12. Kesulitan . *

15.8K 1K 71
                                    

Entah bagaimana cara Juna untuk bersikap sekarang. Semuanya terlalu membuat Juna bimbang. Juna merasa harus menghindari Irene dan menata hatinya kembali atau memperhatikan Irene selayaknya seorang suami pada umumnya?. Semuanya terasa abu-abu bagi Juna.

Pukul 10 malam Juna sampai pada kediaman keluarganya. Ya sudah sejak dua hari yang lalu Juna memutuskan untuk kembali tinggal di rumah ini tepatnya saat pulang berrsama Irene. Juna mulai terketuk hatinya saat Irene berjalan menujunya dengan ringisan sakit karena kakinya yang membengkak.

Kening tampan Juna berkerut saat menginjakkan kakinya di dalam kamarnya. Merasa heran melihat mesin penghisap debu di ruang kamarnya, pada helaian gorden dan sprei yang telah berganti warna baru, juga pada semerbak bau lavender menenangkan yang berasal dari pengharum ruangan. Ekspresi bingung di wajahnya semakin kentara saat indra penglihatannya menangkap sosok mungil berbalut dress dengan perut yang semakin membuncit, tengah terduduk di atas permukaan karpet tebal berbulu halus seraya menumpukan kedua tangan di atas sofa kamar dengan mata terpejam lelap. Melihat bagaimana sosok itu tertidur pulas, langkah Juna dengan otomatis tak bersuara. Ia berjalan pelan sebelum kemudian berlutut di dekat sofa.

Ada sebuah ekspresi kekaguman yang nampak pada air muka Juna. Apa yang tersaji di depan penglihatannya kini bukan sekedar puteri tidur yang berasal dari negeri dongeng yang dulu Ibunya ceritakan kepada Yeri, Irene terlalu nyata untuk digambarkan sebagai tokoh fiksi favorit Yeri, adiknya. Wanita ini, Irene Istrinya masih di tempat semula, mencuri segenap perhatian Juna pada helai rambut panjang Indah yang menyebar di sekitar sofa, pada kelopak mata yang terpejam lelap merasa nyaman juga pada pipi bulat menggemaskan yang masih saja terlihat memesona. Seperti semua yang ada pada Istrinya tidak akan rusak digerogoti waktu yang terus berjalan. Irene akan selalu terlihat muda dan menggemaskan.

Tubuh mungil dengan perut buncit itu menggeliat kecil sebelum kemudian kelopak indah pada matanya terbuka secara perlahan. Kepalanya masih bertumpu pada kedua tangannya, lantas mata indahnya mengerjap beberapa kali, mempertegas penglihatan pada sosok tampan yang kini berlutut di depannya. Tubuhnya menegang ketika segenap atensinya kini menangkap jelas sosok Arjuna, Suaminya. Kemudian wanita itu menarik kepalanya secepat kilat, "ohh sudah pulang? maaf, aku ketiduran." Irene baru berniat untuk bangkit ketika pergelangan tangannya dicekal secara halus oleh Juna.

"Enggak apa-apa." Pria itu menenangkan, membuat raut panik pada wajah Ayu Irene perlahan memudar.

Ada sesuatu yang menahan mata indah Irene pada kedua pasang mata yang tak kalah indah di hadapannya kini. Secara otomatis tangannya perlahan terangkat terulur pada simpul dasi yang melilit leher pria yang masih mengenakan pakaian kerjanya sebelum kemudian tersadar bahwa perbuatannya akan terlalu berlebihan jika mengingat bahwa Juna masih menghindarinya.

"Lakukan saja." Juna membuka suara ketika mendapati tangan lentik milik Istrinya menggantung ragu di depan lehernya.

Sempat tidak yakin meskipun Suaminya sudah memberikannya izin, namun pada akhirnya kedua tangannya bergerak melonggarkan simpul dasi tersebut lalu melepasnya dengan perlahan lahan. Sebentuk aksi yang membuat debar jantung Juna sedikit tidak beraturan.

"Kamu habis bersih-bersih?"

"Urmmm iya. Aku hanya.. bosan dan butuh pergerakan."

"Kamu seharusnya istirahat. Ingat kandunganmu Irene."

"Aku baik. Maksudnya aku enggak melakukannya sendirian ada Yeri dan Budhe Titin yang bantuin."

"Mama ngga dirumah lagi ya?"

"Mama nyusulin papa ke Bandung lusa baru pulang." Jelasnya dan Juna hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.

"Apa Mas Juna lapar? Tadi Irene buat makanan yang mungkin Mas Juna suka." Tukasnya seraya tersenyum kecil. Lalu beranjak dari duduknya. Bertekad untuk mengurus suaminya dengan sebaik mungkin agar tidak ada sejarah pemelakoran dikehidupan keluarga kecilnya "Irene angetin dulu, terus mas Juna mandi- ahh, mau Irene siapin air hangatnya sekalian?"

MY BABY (SURENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang