Pagi yang sejuk dengan suara kicauan burung yang merdu, Irene membuka kelopak mata indahnya. Menghirup udara pagi dan menggeliat merentangkan tangannya.
"Aduh" suara kesakitan yang berasal dari balik punggungnya menyadarkan Irene bahwa dia tidak sendirian di dalam kamar ini.
Dilihatnya Juna yang sedang memegangi hidung bangirnya.
"Mas Juna kok ada disini?" Tanya Irene heran
"Lah kenapa? Inikan kamar mas! Seharusnya mas yang nanya kenapa semalam mas pulang kamu ada disini bukannya tidur di kamar bawah? Pengin mas kelolin lagi?"
"Apaan sih mas! Suka suka Irene dong! Gak boleh gitu?"
"Ya ngga gitu juga rene..."
"Bilang aja iya.."
"Rene kamar kamu di bawah kan biar kamu ngga usah naik turun tangga.. tuh kaki kamu makin bengkak ntar.." ucap Juna sambil menunjuk kaki irene dengan ekor matanya "kalo kamu minta dikelonin kan tinggal bilang aja!"
Bugh
Juna harus rela wajah tampaknya terkena pukulan bantal istri cantiknya.
~~~my baby~~~
Perasaan Irene sedikit lebih baik ketika ia telah menenggelamkan badannya dalam bathup dengan aroma strowberry yang menguar mengasikan. Dia biarkan semua persendiannya meregang setelah Juna membuatnya kaku. Alasan sebenarnya tidak hanya disitu, ini bisa disebut alibi untuk menutupi ekspresi wajahnya yang terlalu kentara terlihat bahagia kepada si lelaki tampan yang disayanginya.
Irene bisa menenangkan diri dan perasaannya dengan berendam air aroma strowberry kesukaannya. Irene akan tetap berada dalan bathup beberapa waktu lagi untuk menikmati waktu senyaman ini sebelum...
"Apa enaknya berlama-lama di dalam bathup?"
...suami tertampannya datang.
"Ya! keluar!" cipratan air itu sengaja Irene ciptakan agar Juna berhenti untuk terus mendekati. Tapi pada dasarnya Juna adalah lelaki yang kelewat keras kepala, maka cipratan air benar benar bukan sebuah ancaman yang berarti.
"Kenapa mandinya lama sekali? Tidak lapar?"
Tidak sepatutnya Juna mendekat dan duduk di pinggiran bathup penuh busa dengan aroma stowberry yang sangat kuat.
"Mas Juna keluar! Aku sedang mandi!"
"Aku kan tidak berniat mandi denganmu... perutmu menyembul itu menarik"
"Mas Junaaaa..." rengek irene
"Kakimu masih membengkak?"
Irene mengangguk "mas Juna pijitin kaki Irene ya ntar malem"
"Aku tidak janji.. ada jadwal operasi mungkin aku akan pulang malam. Kenapa mukamu juga membengkak?"
"Ini bukan lemak loh!"
"Aku tau! siapa yang bilang itu lemak?"
"Aku terlalu banyak menangis karena drama korea yang ada di laptop Yeri"
"Yeri membawa dampak buruk" gumam Juna.
"Apa aku terlihat jelek?"
"Tidak kamu tetep cantik."
"Pembohong!"
Obrolan mereka tidak berbobot tinggi tapi mengeluarkan sebuah aura kebahagiaan. Semua tertata pas karena yang di inginkan Irene yaitu waktu luang berdua yang berkualitas.
Lalu lelaki itu terkekeh geli hanya karena calon ibu di dapannya yang mulai menampilkan ekspresi kekanakan yang cukup membuat Juna ingin mencubit pipi bulatnya gemas.
"Ya sudah. Cepat selesaikan mandimu lalu makan. Sarapan tidak akan pernah enak kalau dimakan dalam keadaan dingin."
"Tidak mau!"
"Lalu maunya apa?"
"Mas juna yang nyuapin."
"Dasar manja." Juna mencubit gemas pipi bulat wanitanya itu.
"Kamu tidak malu dengan Yeri? Atau dengan Kevin? Putra tampan nya mba Jessica sudah bisa makan sendiri sejak umur 3 tahun."
"Jadi nolak? Ini bukan sepenuhnya ke inginan Irene!" Rengekan Irene semakin menjadi.
"Iya ibu ratu..."
~~~my baby~~~
Pukul 23.00 Juna menyelesaikan ritual mandinya. Seperti yang direncanakan tadi pagi Juna benar benar menginjakkan kakinya di rumah pada waktu malam hari.
Juna melemparkan handuk basahnya kedalam keranjang pakaian kotor pada sudut kamarnya.
Menghela napas lelah lalu merebahkan diri pada ranjang yang amat sangat dirindukannya.
Malam ini keadaan rumah teramat sepi. Orang tua Juna sedang mengurusi sebuah yayasan baru di luar kota, Yeri sedang menginap dirumah temannya untuk mengerjakan tugas akhir di sekolahnya.
Dan Irene, istri cantiknya itu makin hari makin sensitif saja membuat Juna semakin bingung untuk menghadapi mood swing istrinya dan malam ini Irene tertidur kelewat sore. Dan Juna cukup tahu diri untuk tidak menggangu waktu istirahat istrinya.
Juna mengambil ponselnya yang diletakkan di nakas. Membuka kuncinya dan menemukan 12 notifikasi pemberitahuan jika adik iparnya, Tegar mencoba untuk menelponnya namun dirinya tidak dapat menerima panggilan tersebut.
Dengan rasa bersalah yang menyelimuti dan sebuah firasat yang tidak baik Juna mencoba untuk menghubungi Tegar.
~~~my baby~~~
Dengan terburu buru Juna menuruni tangga. Dengan penerangan yang minim Juna mencoba untuk sampai ke kamar Irene dengan selamat dan tanpa keterlambatan.
Juna harus memastikan jika Irene, istrinya dalam keadaan yang baik.
Dibukanya pintu dengan cepat.
Dan dilihatnya Wanita hamil itu tertunduk dan terisak di balik telapak tangan.ketika sebuah tangan lain membelai rambutnya dengan lembut penuh kasih sayang, membuat Wanita itu mendongak. Matanya semakin basah saat mendapati sosok Suaminya tengah menatapnya lekat, dan air mata Irene turun semakin deras.
Tangan Juna terulur, menghapus cairan yang membasahi pipi Irene dengan pelan dan hati-hati, seolah tangan berototnya bisa saja menggores pipi itu jika melakukannya dengan sedikit tergesa.
Irene semakin terisak dan tersendat sendat, menggengam tangan Juna dengan sangat erat.
Juna menyimpulkan jika Irene sudah cukup lama menangis membuat sesuatu didalam dadanya berdunyut sakit tidak nyaman lalu dengan inisiatif yang ada dalam dirinya, Juna memutuskan untuk mempersempit jarak, memeluknya lalu mendekatkan wajahnya. Mengecupi pelipis Irene dengan hati-hati sebelum kemudian menempelkan dahinya pada dahi gadis itu. Matanya terpejam, merasakan hembusan napas Istrinya yang memburu.
Irene terus menggumamkan berbagai kalimat dengan suara paraunya, dan juna tidak dapat menangkap dengan jelas kata-kata yang Irene katakan selain kata takut penuh kekhawatiran dengan getaran memilukan.
"Tenang rene... semua akan baik baik saja.." ucap Juna lembut menenangkan.
"Ibu hiks..." isak Irene didalam dekapan Juna.
TBC
Jumat, 16 maret 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BABY (SURENE)
FanficKisah antara sepasang kekasih pada masa remaja yang berakhir tidak baik, lalu dipertemukan kembali dalam lingkungan yang kembali sama. Lalu bagaimana jika keduanya melakukan kesalahan satu malam yang membuat Irene Aryasena Arundaya harus dinikahkan...