Irene tersenyum lebar saat mobil yang dikendarai suaminya berhenti tepat didepan rumah milik keluarganya, gadis itu menghela nafas lega, akhirnya ibunya bisa pulang dari rumah sakit. Juna mematikan mesin mobil yang disewanya, berputar membukakan pintu untuk Irene yang tidak sabaran dan juga ibu mertuanya yang membutuhkan bantuan.
"Terimakasih Arjuna." Wanita paruh baya itu bergumam kepada arjuna, kemudian dengan riang irene mengganti kan tangan Juna yang sesaat tadi melingkar di lengan ibunya, untuk membantu berjalan masuk meninggalkan Juna yang membawa tas jinjing miliknya. Juna menghela nafas, mencoba memaklumi dan memberi perintah kepada Tegar untuk membantu membawa koper yang tersimpan di bagasi mobil.
Tidak pernah di lihatnya Irene se-senang ini karena ke adaan ibunya yang membaik paska dirawat dirumah sakit selama sepekan dan entah kenapa membuat Juna tersenyum lega, dia rela melakukan apapun untuk kebahagiaan Istrinya tersebut.
Irene keluar dari kamar ibunya dengan senyuman cantik. Dilihatnya Juna memasuki kamar yang selama ini ditempati mereka berdua. Diikutinya Juna memasuki kamar dengan senyum yang tak menghilang.
"Mas Juna..." Irene membuka percakapan saat melihat Juna sedang duduk memainkan ponselnya.
"Mmm... kenapa?" Tanya Juna yang sibuk dengan ponselnya.
"Terima kasih banyak."
"Untuk?" Juna terheran dan menatap Irene.
"Mas Juna udah mau ngerawat ibu sampai sembuh."
"Itu emang yang seharusnya mas lakuin rene... kamu ngga usah berlebihan gitu"
"Tetep aja Irene utang nyawa sama mas"
"Kamu ada ada aja deh rene.. udah ngga usah mikirin itu lagi. Mas mau cari makan sama tegar, kamu pengin makan apa?"
"Ngga usah cari makan deh biar Irene aja yang masak."
"Ngga mau! Kamu temenin ibu aja dirumah ngga usah nglakuin apapun"
"Ya udah deh Irene pengin Ayam bakar"
"Oke ibu ratu..."
~~~My Baby~~~
Juna dan Tegar sedang duduk menunggu pesanannya di sebuah restoran setelah tadi mereka memutuskan untuk pergi melaksanakan sholat Dzuhur terlebih dahulu.
"Tegar... gimana sekolah kamu?" Juna memutuskan untuk menghilangkan atmosfer kesunyian.
"Sebenarnya Tegar pengin masuk asrama di sekolah biar enggak susah kalo pulang sore buat bimble tapi Ibu sakit jadi kayanya enggak jadi." jelas Tegar lesu.
"Emangnya kenapa kalo kamu tetep tinggal dirumah?"
"Kalo pulangnya susah kendaraan buat pulang, kalo ngojeg sayang ongkos mending buat ditabung."
"Kamu enggak punya motor?"
"Punya tapi di sita sama Mbak Irene gara-gara waktu itu kebanyakan pergi main pake motor. Salah aku juga enggak bisa di manfaatin dengan benar, sekarang pas butuh malah enggak ada." Tegar menghela napas "Biasanya sih ada Mas Bayu yang jemput tapi dia lagi diluar kota ngurusin bisnis kulinernya."
"Siapa? Bayu? Dia itu siapa?" Juna tersentak. Bayu . Salah satu nama yang selalu menghantui dirinya sepanjang 6 tahun ini. Bolehkah Juna menyebut bahwa nama itulah yang membuat hidupnya porak poranda?
"Iya Mas Bayu adek nya Ibu. Pamannya aku sama Mbak Irene, tapi karena masih muda cuma selisih satu tahun sama Mbak Irene kita berdua enggak panggil dia dengan sebutan Om. Emangnya kenapa? Mbak Irene enggak pernah cerita ya?"
Juna merasa sangat lega ketika mendengar penjelasan Tegar. Hati Juna layaknya lahan tandus yang gersang tanpa satu pun tanaman yang tumbuh dan fakta yang di ucapkan oleh adik iparnya itu adalah sebuah air dengan kandungan yang baik siap menyembuhkan kegersangan yang terjadi pada hati Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BABY (SURENE)
FanfictionKisah antara sepasang kekasih pada masa remaja yang berakhir tidak baik, lalu dipertemukan kembali dalam lingkungan yang kembali sama. Lalu bagaimana jika keduanya melakukan kesalahan satu malam yang membuat Irene Aryasena Arundaya harus dinikahkan...