Entah kapan terakhir kali Juna berjalan dengan tubuh tegap dan kepala mendongak penuh percaya diri. Ia lupa. Juna juga tidak tahu sejak kapan cara berjalannya berubah, melangkah dengan gontai dan lebih banyak menunduk lesu penuh kesedihan. Seperti seseorang yang begitu putus asa dan payah.
Jas putih ber-name tag Arjuna A. J. diikuti beberapa huruf gelar itu membalut tubuhnya, setiap orang menunduk hormat saat sosok tampan bergelar dokter spesialis Jantung terbaik di seluruh tanah air Indonesia tersebut memasuki sebuah ruang ICU.
Langkahnya terseret mendekati ranjang pasien, salah satu perawat menyambut ramah dan menyerahkan rekam medis yang langsung ditelitinya dengan cermat, melihat pada Monitor sejenak lalu beralih pada perawat yang sedari tadi berada di sebelahnya. "Pastikan untuk terus memeriksa tanda vitalnya."
"Baik, dokter." Sahut perawat itu setelah susah payah menghirup udara, kengugupan yang melanda sedari tadi karena sang dokter tampan yang berada di sampingnya tersebut -walaupun sekarang sedikit berkurang karena sebuah kantung mata yang menghiasi-.
Juna menyerahkan kembali rekam medis dan berlalu dari sana. Pria itu melirik jam yang bertengger di pergelangan tangan, lalu menghela napas berat sebelum kemudian mempercepat langkah menuju ruangannya.
Sesampainya di sana, ia melepas jubah kedokteran lantas menggantung nya.
Seminggu berlalu sejak hari ulang tahun yeri dan selama itu pula Juna tidak pernah menginjakkan kakinya pada kediaman kedua orang tuanya.
Sebuah apartemen mewah milik Sean lah tempatnya untuk berlindung dari dinginya malam. Juna hanya tidak ingin berjumpa dengan Irene dan membuat sesak didalam hatinya semakin menyiksa. Juna tidak juga berharap bahwa pertemuannya yang masih dikuasi oleh kemarahan akan membuat Irene terluka lagi dan membahayakan bayi yang sedang di kandung Irene.
~~~my baby~~~
Entah sejak kapan kehidupan mulai terasa begitu menyesakkan bagi Irene.
Sebenarnya ia tidak bermaksud mengeluh dan membuat kehidupannya terdengar semenyedihkan itu.
Memang bukan sebuah kebohongan jika Irene amat sangat bahagian ketika mengetahui bahwa dia akan memikiki seorang anak. Dia calon ibu.
Tapi dengan tidak adanya sang Suami, membuat kehamilan pertama yang seharusnya berkesan seperti semua ibu muda yang selalu ditemuinya menjadi sangat hambar atau bahkan terasa pahit mencekik?Apakah benar jika hidup itu selalu berputar seperti roda? Akan ada masa dibawah dan diatas?
Tetapi mengapa masa diatas Irene berlalu begitu cepat?
Baru saja dia merasakan sedikit kebahagiaan kenapa harus berlalu secepat itu.
Entah apa yang terjadi kepada suaminya, Arjuna. Sudah sejak sepekan. Irene tidak pernah menemuinya. Yeri mengatakan bahwa kakak laki - laki nya sedang berada di luar kota. Dan hari ini kembali namun berada dirumah sakit untuk berkerja lagi.
Jadi dengan kerinduan yang sudah tak tertahankan Irene memantapkan hatinya untuk menemui Juna dirumah sakit Dengan dalih untuk memeriksakan kandungannya bersama yeri sebagai pengawal sejatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BABY (SURENE)
FanfictionKisah antara sepasang kekasih pada masa remaja yang berakhir tidak baik, lalu dipertemukan kembali dalam lingkungan yang kembali sama. Lalu bagaimana jika keduanya melakukan kesalahan satu malam yang membuat Irene Aryasena Arundaya harus dinikahkan...