Wanna 10

3.7K 536 96
                                    

Tak ada lagi yang bisa dikerjakan oleh Daehwi selepas bimbingan bersama dosennya beberapa menit yang lalu. Ia hanya terduduk di kantin universitas sambil mengaduk-aduk minumannya yang baru ia minum sedikit.

Bosan..

Biasanya ia makan bersama teman-temannya, tapi karena mereka semua masih harus banyak merevisi skripsinya jadilah Daehwi sendirian disini.

Daehwi menoleh saat seseorang meletakkan sekotak Takoyaki di hadapan Daehwi kemudian menarik kursi yang berhadapan dengan Daehwi.

"Lo kayak kehilangan semangat hidup, Dav." Sindir orang itu kemudian duduk tanpa permisi. Daehwi pun tampak tak keberatan.

"Gue cuma lagi berpikir, gimana masa lalu gue. Pasti indah banget." Ucap Daehwi sambil melipat kedua tangannya diatas meja.

"Jangan kebanyakan mikir, kepala lo bisa sakit lagi." Kata orang itu.

Daehwi hanya menatapnya yang sedang asik memakan takoyaki tanpa menawarinya.

"Mark.." Panggil Daehwi.

Pria bernama Mark itu hanya bergumam sambil menikmati takoyaki nya dengan mata yang tertuju pada layar ponsel.

"Salah gak sih, gue ngelepasin seseorang gitu aja hanya karena gue gak inget ?" Tanya Daehwi.

Mark meletakkan ponselnya di meja kemudian menatap Daehwi.

"Kak Baejin-lo itu ?" Sindir Mark.

Daehwi terbelalak kemudian menjadi antusias dengan obrolan ini.

"Lo tau kak Baejin ?"

Mark menggeleng."Sejak lo pulang dari Korea itu lo selalu membangga-banggakan pacar lo yang namanya kak Baejin itu. Temen sekelas di LA sampe pada gumoh dengernya."

"Masa sih gue secinta itu sama kak Baejin ?" Daehwi bergumam pada dirinya sendiri.

"Oh ya, lo tau apa lagi tentang.. gue ?" Tanya Daehwi lagi.

Mark menyedot minumannya sebelum menjawab.

"Entahlah, kita gak terlalu deket sebagai temen sekelas dulu."

"Oh ya ? Kok bisa ?"

"David.. kita itu cuma sekelas pas di semester awal doang, semester kedua lo ikut program pertukaran pelajar ke Korea. Pulang dari Korea pun pas kita kenaikan kelas dan udah pisah kelas. Lima bulan di LA kelas lo ngadain tour ke Jepang dan kalian ngalamin kecelakaan di..." Mark memperhatikan wajah Daehwi yang menegang. "Ah pokoknya, sejak itu lo gak balik-balik lagi ke LA karena mama lo lebih milih sekolahin lo disini." Lanjutnya.

"Tapi selama yang gue liat, lo itu anaknya ceria, periang, optimis, penuh semangat dan berisik. Lo itu pantang nyerah Dav, lo itu tipe orang yang ngedapetin apa yang lo mau. Contohnya program pertukaran pelajar itu, padahal matematika lo jelek tapi lo maksain diri lo buat lolos." Mark menatap Daehwi sekilas kemudian menyantap takoyakinya.

Daehwi merasa ucapan Mark ada benarnya. Ia memaksa masuk jurusan musik karena ingin menjadi penata musik padahal ia hanya bermodalkan bisa bermain piano tanpa bisa membaca not balok. Tapi pada akhirnya dia bisa masuk ke jurusan yang ia mau berkat tekad dan kerja kerasnya.

Dan juga.. tentang ia yang ingin merebut Guanlin dari Jihoon yang jelas-jelas ia sendiri tau kalau mereka berdua adalah sepasang kekasih.

Iya, Daehwi mengetahui semua tentang hubungan Guanlin dan Jihoon. Tapi ia menolak menerimanya.

"Jadi lo putus sama kak Baejin itu ?" Mark membuyarkan lamunannya.

"Hm.. gitu lah. Abis gue bingung pacaran tapi gue gak inget apa-apa. Kasian juga dia nya." Keluh Daehwi.

Lee Daehwi [2/3] [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang