Wanna 14

3.6K 571 278
                                    

"Jinyoungie."

Jihoon meletakkan secangkir kopi hangat di dekat laptop Jinyoung sementara pria yang sedang mengerjakan dokumen penting itu menoleh kemudian tersenyum.

"Terimakasih hyung." Ucap Jinyoung lembut. Kemudian kembali pada pekerjaannya.

Jihoon berinisiatif mengambil duduk di sisi Jinyoung, dan kebetulan Jinyoung tak keberatan. Memandangi wajah kecil Jinyoung yang terbingkai oleh kacamata dan ekspresi yang begitu serius membuatnya tampak perlihat seribu kali lipat lebih tampan.

Tangan Jihoon bergerak menuju kedua pundak Jinyoung membuat pria itu sedikit tersentak kemudian menoleh lagi.

"Kamu pasti capek, biar aku pijitin ya." Ucap Jihoon dengan suara yang sedikit seksi.

Jinyoung tersenyum tipis kemudian mengangguk karena pundak dan lehernya memang terasa kaku akibat terlalu lama menunduk.

Jihoon pun melancarkan aksinya, memijat lembut kedua bahu Jinyoung membuat pria itu tampak lebih rileks dari sebelumnya.

Beberapa menit berlalu, Jinyoung telah menyelesaikan pekerjaannya. Namun ia masih menikmati betapa enaknya pijatan Jihoon di pundaknya.

"Young.." Panggil Jihoon dengan suara yang sedikit lirih.

"Kenapa hyung ?" Tanya Jinyoung, kecewa karena kehilangan perasaan nyaman di pundaknya. Tapi ia menunggu pemuda manis itu berbicara dulu.

"Jangan marah.. karena sebenernya gue.. gue.. suka sama lo." Jihoon mencicit menurunkan kedua tangannya dari pundak Jinyoung.

Jinyoung cukup terkejut dengan pernyataan Jihoon. Kemudian ia berbalik menatap Jihoon yang sedang menunduk memainkan tautan jemarinya sendiri di atas paha.

"Terus gimana dengan Guanlin ?" Tanya Jinyoung tak percaya.

Dengan segenap keberanian, Jihoon mengangkat kepalanya sekedar untuk menatap manik Jinyoung agar meyakini pria itu bahwa ucapannya tak main-main.

"Kamu tau kan, perasaan seseorang bisa berubah. Jadi sekarang aku gak bisa memungkiri kalo hati aku ternyata buat kamu." Ungkap Jihoon menyakini.

Jinyoung termagu sejenak. Menatap kedua manik Jihoon yang meyakinkan perasaannya.

Menghela nafas pelan, Jinyoung meraih jemari Jihoon yang tadi tak bisa diam. Menggenggamnya erat dan memberikan senyuman lembut.

"Aku juga capek sama Daehwi." Kata pertama yang terlontar dari mulut Jinyoung membuat Jihoon tercengang.

"Kalo gitu, aku bakalan ninggalin Daehwi dan kita bisa hidup bahagia berdua, hyung." Lanjutnya.

Mata Jihoon berbinar, cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Refleks ia memeluk Jinyoung erat-erat. Mengeratkan pelukannya pada leher pria berwajah kecil itu.

Kemudan Jihoon melepaskan pelukannya, namun dengan cepat Jinyoung menariknya kembali membuat Jihoon berada dalam jarak pandang yang cukup dekat.

Mengerti akan situasi saat merasakan hembusan nafas yang saling beradu dari keduanya. Tersungging senyuman tipis dari bibir keduanya seiring wajah yang semakin mendekat.

Jihoon memiringkan kepalanya kekiri, dan Jinyoung ke kanan. Memejamkan kedua matanya bersamaan setelah tau bahwa kedua belah bibir mereka sudah semakin saling berdekatan.


































Nafas Daehwi terengah-engah dengan kucuran keringat yang membasahi dahi dan seluruh wajahnya.

Apa-apaan mimpi tadi ?!

Lee Daehwi [2/3] [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang