Regal masih tetap tak bergeming ditempatnya, ia masih saja memperhatikan keluarganya yang sedang tertawa gembira diruang makan. Ingin rasanya ia menghampiri dan ikut serta ditengah tengah mereka, tapi hal itu tentu merupakan suatu hal yang sangat mustahil. Bagaimanapun caranya ia tetap tidak akan pernah bisa menggapai cahaya itu kembali seperti dulu karena sesuatu hal, dimana badai telah mengusik kehidupannya yang dulu begitu menyenangkan dan sekarang menjadi sebuah api yang berkobar dan hanya menyisakan rasa sakit apabila disentuhnya.
Regal tersadar dalam lamunannya ketika Reyna kakak sulungnya menyentuh bahu cowok itu dan mulai berbicara
"Dek, kamu belum berangkat?" Tanyanya
"Emm..i-itu..belum kak." ia lantas menjawab dengan perasaan gerogi, walaupun itu dengan kakak kandungnya sendiri.
"Kakak kira udah berangkat dari tadi biasanya kan kamu juga pagi pagi banget udah berangkat."
"Oh iya Regal udah sarapan belum? sarapan dulu yuk." ajak Reyna. Ia tentu sudah bisa menebak bahwa adiknya itu tidak mungkin mengiyakan ajakannya. Ya ia sudah sangat tahu.
"E-enggak kak, Regal sarapan dikantin aja udah biasa juga." ucapnya dengan gerogi.
"Kalo ngomong sama kakak jangan gerogi gitu ahh, masa sama kakak sendiri kek orang asing kan enggak lucu, Dek."
"Yasudah terserah kamu aja, kakak ngerti kok." sambungnya sambil menepuk bahu Regal.
"Kalo begitu aku berangkat dulu kak."
"Iyaa hati hati Dek, jangan ngebut."
"Iyaa."
Regal pun kemudian keluar meninggalkan sang kakak yang masih berdiri ditempat. Reyna tersenyum sendu menatap punggung adiknya yang semakin tak terlihat dari balik pintu. Ia tahu bahwa adiknya itu lebih memiliki sikap pendiam dan tak pedulian dengan hal sekelilingnya kecuali saat sudah bersama dengan sahabat sahabatnya, berbeda dengan Revan yang mempunyai sikap petakilan, banyak bicara, bahkan terkadang juga memiliki sifat keras dalam melakukan sesuatu termasuk menyangkut orang yang dia sayang. Kecuali dia adik kembarnya sendiri.
Mengingat kejadian beberapa tahun silam membuat Reyna seolah menyalahkan takdir, mengapa saat di hari bahagia itu justru malah mengantarkan mereka kedalam jurang menyakitkan yang tak akan pernah bisa mereka kembalikan seperti sedia kala?
Ingin rasanya ia memutar balikkan semuanya seperti dulu, ya dulu sebelum kejadian itu terjadi.****
Regal telah sampai diarea sekolah, SMA Pelita Bangsa. Ia lantas memarkirkan motornya kemudian bergegas pergi kekelasnya. Pagi ini sekolah masih sepi, kebiasaan Regal setiap harinya memang seperti ini, berangkat lebih pagi. Bukan karena ia merupakan murid pintar, rajin, berprestasi, yang hoby sekali berangkat pagi. Itu semua salah,ia justru mempunyai maksud tersendiri yaitu menghindar dari keluarganya. Memang hal itu yang selalu ia lakukan, semenjak kejadian naas itu terjadi.
Saat sampai dikoridor depan kelas X IPS 1 langkah nya tiba-tiba terhenti ketika ada teriakan dibelakangnya.
"Woyy. Lo yang didepan berhenti." teriak seseorang yang memanggilnya tanpa nama.
Regal pun menoleh kebelakang, toh saat itu cuma ada dirinya disitu jadi ia memutuskan untuk meladeni orang yang bahkan tidak ia kenal. Oh bukan! Lebih tepatnya ia yang tak pernah punya niatan untuk mengenal dengan hal di sekelilingnya.
"Ehh lo Regal kan anak IPS 1?"
"Ya, ada apa?" Jawabnya singkat
"Oh ini gue cuma mau ngasih titipan surat dari temen gue, satu kelas sama lo, dia sakit jadi nggak bisa berangkat, beruntung disini ada lo ya gue kasih aja." ucapnya sambil memberikan amplop berwarna putih tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Regal
Teen FictionRegal Benua Amalta : Pendiam✔ Lebih suka sendiri✔ Belum pernah pacaran✔ Tingkat pendiamnya menurun saat bersama sahabat✔ Tidak terlalu pintar✔ Senang menyimpan masalah sendiri✔ Mendadak nakal saat pikiran kacau✔ Satu hal...