19 ::: Tidak seharusnya

7.3K 618 43
                                    

Tak apa, aku baik-baik saja. Jangan buat seakan aku berat untuk sebuah keputusan. Meski memang benar, semuanya terlalu melelahkan.
-Regal Benua Amalta-

Lelah rasanya saat satu perjuangan harus disesali dengan sebuah harapan, lelah rasanya saat satu hal permainan harus kembali pada kenyataan yang membuktikan semuanya akan tetap berujung pada Game Over.
-Gallena's Quote-

____

REVAN terlihat sangat letih saat ini, dikarenakan memang tugas sekolah yang ia kerjakan bisa terbilang banyak. Hal itu patut terjadi karena memang dirinya merupakan ketua OSIS. Menjadi orang yang bertanggung jawab dalam sebuah organisasi itu tidaklah mudah, semuanya harus serba tertib, jika ada tugas ataupun kegiatan yang harus dilaksanakan diwaktu kedepan, maka hal itu juga harus terencana di hari-hari sebelumnya.

Dan sepertinya sekarang Revan telah sampai dirumah setelah semua hal yang berkaitan dengan organisasi sekolah ia selesaikan tadi sebelum pulang meskipun memang belum terselesaikan semua. Tapi setidaknya menyicil sedikit demi sedikit juga akan lebih baik.

Saat telah sampai didalam rumah, ternyata ada sang bunda kesayangannya yang seperti menunggu dirinya pulang. Revan yang melihat pun langsung menghampiri dan tersenyum kemudian mencium tangan bundanya yang setelah itu dibalas juga dengan ciuman di kening seperti anak kecil pada biasanya. Revan sempat tak terima dan merasakan geli saat di perlakukan seperti itu, karna dirinya sekarang bukanlah anak kecil lagi melainkan sosok remaja yang tengah mencari jati dirinya.

"Bunda, kebiasaan deh." Protes Revan kemudian mengambil posisi duduk disamping sang bunda.

"Kebiasaan apa sih, sayang?" Tanya Mona, sang bunda.

"Tau ah." Balas Revan yang terlihat sangat lelah.

"Kok gitu? Capek ya belajarnya? Hmm?" Ucap Mona sambil mengelus puncak kepala Revan.

"Udah biasa juga."

"Mau makan apa biar bunda masakin sekalian?" Tanya Mona dengan lembut.

"Terserah bunda."

"Bunda buatin nasi goreng mau?"

"Terserah bunda aja yang penting perut aku kenyang."

"Baik bunda buatin dulu."

"Kak Reyna udah berangkat kuliah, bunda?" Tanya Revan sebelum Mona melangkah pergi ke dapur.

"Kakak kamu itu udah berani ngelawan bunda sekarang," ucap Mona dengan sangat kesal.

"Emang kenapa sih, bun?" Tanya Revan bingung.

"Gara-gara anak nggak tau diri itu!" Katanya ketus.

Revan pun menghembuskan nafas kesal saat mendengar pembahasan yang terlalu dirinya benci.

"Kenapa harus dia sih yang selalu bikin masalah di rumah ini? Muak tau nggak, bagusnya tuh dia pergi dari sini." Ucapan Revan pun seakan ikut juga terlampau emosi saat menyangkut pembahasan tentang saudara kembarnya.

"Bunda udah usir tadi."

"Ya bagus dong kalo udah bunda usir. Terus kenapa bunda sekarang malah jadi marah-marah?" balas Revan dengan sangat mendukung.

"Belum pergi dia, tadi gayanya sok pingsan didepan bunda."

"Kenapa harus lebay sih? Jijik tau nggak bun?"

"Loh loh kenapa kamu jadi marah sama bunda?"

"Revan benci bun sama dia. Revan mau dia pergi dari rumah ini, Revan nggak pernah sudi punya kembaran bodoh seperti dia." Ucap Revan yang tersulut emosi.

Tentang RegalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang