33 ::: Regal Yang Sangat Berbeda

4.4K 359 118
                                    

Haii lagiii💙
Udah ada yang kangen belom?
Siap menyapa Regal???? :)
Yuk, absen dulu sini☝️
hehehe.

Selamat membaca yak.



Aku kira mimpi itu nyata, tapi seharusnya aku sadar, angan untuk sekedar kalimat fakta pun tidak pernah direstui semesta.
-Catatan Tentang Regal-

___

"Kakak, akhirnya aku boleh pulang!" Regal memekik girang.

Hari ini ia merasa bahagia, dokter telah mengizinkannya pulang meskipun sebenarnya kondisinya masih belum memungkinkan untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Tetapi, sejak pertama ia bangun, keinginan untuk pulang itu begitu besar. Membuat Reyna bertanya-tanya, sebenarnya ada apa dengan adiknya?

Reyna seperti mengenal Regal yang berbeda. Bukan lagi Regal yang pada saat itu ingin sekali menyerah saat sebelum ia tidak sadarkan diri. Kalimat yang Reyna dengar pun juga bukan lagi kata-kata putus asa tentang garis hidupnya selama ini, sama sekali bukan. Reyna tidak tahu apa penyebabnya, tapi yang pasti ia sangat bahagia melihat adiknya bisa tersenyum kembali meskipun kondisinya jauh dari kata baik.

Di sisi lain juga, Reyna merasa takut jika dalam waktu sebentar takdir mematahkan kebahagiaan itu, ia takut bagaimana jika nanti semesta meminta Regal pergi secepatnya, bahkan sebelum bahagia itu benar-benar nyata.

Reyna menepis pikiran itu jauh-jauh, bukankah dihadapan Regal ia tidak boleh terlihat lemah? untuk itu ia berusaha tersenyum seraya menyisir rambut Regal yang orangnya sudah duduk manis diatas ranjang rumah sakit. Wajah itu memang pucat, tapi Reyna bisa lihat mata itu sangat berbinar dengan senyum yang tak kalah melebar.

Reyna akui, adiknya memang sedang bahagia entah itu karena apa, tapi semoga bahagianya tidak berujung kecewa, karena sampai detik ini pun bahagia untuk Regal masih belum terbuka, tapi seolah Regal sendirilah yang membukanya dengan tanpa lara.

"Iya, Dek. Kamu udah boleh pulang. Seneng enggak?"

"Seneenggg bangeettt, Kakak!" pekik Regal heboh. Reyna sampai terkejut, adiknya itu terlihat begitu bersemangat.

Jarang sekali ia melihat Regal seperti ini, bahkan mungkin baru kali ini. Biasanya Regal itu diam, ia selalu tenang dalam menghadapi segalanya, tapi hari ini ia sangat berbeda. Terdengar banyak ngobrol, dan sesekali bersikap manja. Reyna bahagia namun juga takut akan perubahan itu.

"Adek semangat banget, Kakak sampai kaget tau." balas Reyna.

Regal terkekeh. "Kakak, maaf-maaf. Iya harus semangat dong, Regal kan mau pulang, Regal kangen tau Kak sama rumah. Regal kangen Kak Revan,  Regal kangen...bunda."

Hati Reyna seperti dipatahkan untuk kesekian kalinya, rasanya sakit mendengar Regal menyebut kata rumah. Seperti tidak pantas untuk Regal rindukan. Bahkan penghuni rumah itu juga tidak pernah peduli dengan keberadaan Regal selama ini, jangankan peduli untuk menanyakan saja sungguh tidak lebih dari sekedar ilusi.

Reyna menahan tangis, adiknya begitu baik luar biasa. Ternyata ia kembali untuk mereka yang telah mencipta lara, bukan untuk dirinya sendiri yang pantas bahagia.

"Kakak nangis?" tanya Regal saat menatap mata kakaknya yang sepertinya berair.

"Enggak kok. Kakak enggak nangis. Ini Kakak senyum." Reyna membalasnya dengan mengulum senyum yang ia paksakan.

Tentang RegalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang