6 ::: Rasa sakit

12.1K 748 45
                                    

Penderitaan lo itu termasuk dalam daftar kebahagiaan gue.
-Revan Benua Amalta-

Buat apa bersuara jika hanya berujung kesalahan?
-Regal Benua Amalta-


Pagi ini nampaknya ada perbedaan dari diri Regal. Lihatlah, Regal yang biasanya bangun lebih awal, berangkat lebih pagi, dan tidur dimeja kelas, sekarang masih saja berada didalam kamar. Ia juga masih menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut sampai diatas dada, wajah tampannya terlihat sangat pucat dan diikuti bibirnya yang agak kebiruan.
Sepertinya ia memang benar-benar sedang sakit.
Bayangkan saja, dari kemarin dirinya belum makan apapun, niat awal semalam seharusnya akan ia gunakan untuk makan terlebih dahulu karena perutnya yang masih saja kosong, tapi itu semua gagal karena kejadian yang tidak pernah ia inginkan sama sekali malah datang menghampiri dan membuat hatinya seakan seperti ditusuk ribuan panah.
Setelah kejadian itu, ia memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tidak hanya tubuhnya, tapi hatinya pun juga ikut.

Dan sekarang, Regal memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Tanpa ada yang mengetahui kondisinya saat ini. Karena, melihat kondisinya yang tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas. Badannya terasa lemas, perutnya sakit akibat belum terisi makanan dari kemarin, kepalanya berdenyut sakit, bahkan sangat sakit. Namun, ia tetap saja berdiam diri, mengurung dirinya dikamar, dan memilih untuk tidur. Tanpa harus memberitahu siapapun. Ia tidak mau merepotkan orang meskipun itu keluarganya sendiri. Walau sebenarnya didalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat menginginkan keluarganya berada didekatnya, ia sangat ingin bisa merasakan pelukan hangat sang bunda, ia ingin disuapin makan setiap kali lagi sakit, bahkan ia juga menginginkan bundanya menemaninya sampai dirinya benar-benar sembuh. Namun, patut digaris bawahi, bahwa semua itu adalah hal yang sangat mustahil, bagaimanapun caranya ia tidak akan pernah bisa mendapatkan perlakuan lembut dari sang bunda, karena hanya kebencian lah yang tertanam dalam diri sang bunda.

Tok tok tok

Terdengar bunyi ketokan pintu dari luar kamar Regal, namun sang pemilik kamar tidak menyahuti siapa yang datang.

Hingga tiba-tiba suara Reyna, terdengar sangat jelas.

"Dek, buka pintunya! Kakak bawain makanan buat kamu, ini dimakan dulu." Sahut Reyna dari depan pintu sambil membawa nampan yang berisi sepiring makanan dan segelas susu.

"Dek, kakak tau ya kamu ada didalam, cepetan buka pintunya!" Ucapnya sekali lagi.

Saat tidak ada tanda-tanda balasan dari sang pemilik kamar, Reyna memutuskan untuk membuka pintu tersebut, benar saja pintunya tidak terkunci. Reyna memang mengetahui bahwa Regal masih berada didalam kamar. Hal itu ia ketahui dari tidak nampaknya batang hidung adiknya tersebut dari arah meja makan. Ia pun lantas berpikir, kemana adiknya itu? Biasanya jam segini udah muncul. Dan ia pun lantas pergi menghampiri ke kamar Regal untuk memastikan bahwa adiknya itu baik-baik saja. Namun, pikiran itu sangat jauh diluar dugaannya, saat telah memasuki kamar adik bungsunya, yang pertama kali ia lihat adalah, adiknya itu tidak dalam keadaan baik-baik saja, dilihat dari wajahnya yang sangat pucat, bibirnya yang berubah warna menjadi biru, dan kerutan didahi Regal yang menandakan bahwa adiknya tersebut sedang dalam kesakitan, serta hembusan nafas yang terlihat tidak begitu teratur.

Reyna lantas berpikir jauh, bagaimana jika dirinya tidak memasuki kamar ini? Apakah dirinya akan menemukan mayat adiknya yang tidak ada seorangpun mengetahui kondisinya? Ah sudahlah, ia lantas membuang pikiran itu jauh-jauh, yang sekarang membuatnya khawatir adalah, mengapa adiknya bisa seperti ini? Dan, mengapa adiknya itu tidak pernah memberitahu dirinya saat dalam kondisi tidak baik? Mungkin, hal itu akan ia tanyakan nanti.
Sekarang, ia mulai mendekati tubuh Regal yang tertidur lemas di atas kasur dan menyentuh keningnya yang ternyata sangat panas.

Tentang RegalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang