Apa setiap masalalu itu harus selalu menyedihkan? Boleh enggak sih kata 'menyedihkan' itu diganti dengan satu kata 'bahagia'? Jujur sejak saat itu, gue enggak pernah ngerasain apa itu arti bahagia yang sesungguhnya?
-Regal Benua Amalta-6 tahun yang lalu.
Dua anak laki-laki berumur 10 tahun itu nampaknya sedang fokus pada masing-masing kertas putih yang mereka bawa. Satu anak itu keliatan bahagia dan gembira melihat apa isi dari kertas tersebut. Tapi, berbeda dengan dengan anak satunya, ia kelihatan sedih dan wajahnya terlihat seperti ketakutan.
Si anak yang terlihat bahagia itu lantas bertanya.
"Dek, kamu kenapa? Kok sedih gitu mukanya?" Tanya anak laki-laki itu.
"Aku takut kak." Jawabnya.
"Takut kenapa dek?"
"Nilai aku jelek kak, nggak kayak punya kak Revan. Habis ini pasti bunda marah sama aku." Ucap anak itu.
"Enggak perlu takut, dek. Ada kakak disini, nanti kalo dimarahin bunda biar kakak yang bantu bilang. Lagian kamu jujur kan jawab soalnya?" Yang ditanya pun membalas dengan anggukan.
"Bunda pasti bangga kok, lagian juga buat apa dek kalo punya hasil bagus tapi hasil dari contekan?" Ucap sang kakak menenangkan.
"Iya kak, tapi benar yaa nanti kakak bantuin bilang sama bunda biar aku nggak dimarahin terus."
"Iya adikku. Yaudah kita pulang yuk."
Mereka pun kemudian berlalu dari tempat itu, jarak dari rumah sampai Sekolah Dasar memang tidak jauh sehingga mereka memilih untuk berjalan kaki saja.
Dan sesampainya dirumah, mereka kemudian lantas masuk. Revan kecil lebih mendahului langkahnya untuk segera menemui bundanya yang ternyata tengah berada diruang keluarga sambil nonton televisi. Sedangkan, Regal kecil mengikuti langkah kaki Revan dibelakangnya.
"Loh, anak bunda yang paling ganteng udah pulang?" Ucap Mona yang langsung mencium kening putranya dan Revan kecil membalas dengan ciuman ditangannya.
"Udah bunda."
"Sini duduk, lepas dulu sepatunya biar bunda bantu. Gimana sekolahnya hari ini?" Tanya Mona kepada Revan kecil yang sedang melepas sepatunya.
"Baik bun."
Ia melupakan sesuatu bahwa disampingnya masih ada anak yang serupa. Anak itu Regal, ia masih saja berdiri ditempatnya, disamping bundanya yang sedang membantu Revan kecil untuk melepas sepatunya.
Sungguh, Regal ingin menangis saat itu juga, tapi ia tahan jangan sampai ia menangis didepan bundanya, meskipun masih terbilang kecil, namun hal semacam ini sudah bisa membuat hati anak seperti dirinya merasakan sakit yang amat dalam diulu hatinya. Sebenarnya Ia juga ingin seperti kakaknya, dicium oleh bundanya setiap kali berangkat dan pulang sekolah, ia ingin ditanya gimana sekolahnya hari ini, ia ingin dibantu melepaskan sepatunya, bahkan ia juga ingin mencium tangan bundanya seperti apa yang telah dilakukan oleh kakak kembarnya tadi.
Namun, hal itu tentu sangat mustahil baginya. Karena, akibat kejadian itu yang telah mengubah semuanya, kejadian yang juga belum lama terjadi, beberapa bulan yang lalu kejadian itu menimpa keluarganya.
Regal kecil tetap bersabar dengan perlakuan seperti ini, ia sangat sabar menghadapinya. Dan ia lebih memilih untuk diam. Ia tahu, bahwa bundanya itu memang sedikit tidak suka pada dirinya, bundanya lebih menyayangi kakak kembarnya, ia tahu karna kakaknya lebih pintar dari dirinya, kakaknya selalu mendapat nilai bagus, rangking satu setiap kali ulangan semester. Sedangkan dirinya? Berbeda jauh, dan Regal kecil juga sudah sangat paham bahwa bundanya membencinya karena hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Regal
Novela JuvenilRegal Benua Amalta : Pendiam✔ Lebih suka sendiri✔ Belum pernah pacaran✔ Tingkat pendiamnya menurun saat bersama sahabat✔ Tidak terlalu pintar✔ Senang menyimpan masalah sendiri✔ Mendadak nakal saat pikiran kacau✔ Satu hal...