20.0

6.1K 908 11
                                    

DAY 10

Hari terakhir. Aku dan Jimin tengah bersama di depan televisi. Jimin menyenderkan kepalanya di pundakku.

"Kau akan pergi hari ini?" Tanya Jimin memastikan. Siapa tahu kenyataan berubah nantinya.

"Ya. Aku akan menghilang dengan sendiri nantinya. Jadi, kau jangan cemas," ungkapku.

Jimin menautkan jari-jari kami. Mengenggamku dengan sangat erat, seakan ia tak ingin jika aku pergi meninggalkannya.

"Kita bahkan belum sempat kencan," ungkap Jimin lagi.

"Bagiku, setiap hari bersamamu itu adalah kencan," balasku sembari mengusap wajah Jimin.

"Aku akan sangat merindukanmu nantinya," kata Jimin.

"Aku.. juga,"

"Jim, terima kasih karena telah membalas perasaanku,"
Jimin diam. Tak bisa berkata apapun.

"Jangan pergi, kumohon,"
Jimin mengeluarkan kata-kata itu dengan nada bicara yang menyedihkan.

"Jim, ingat, jaga kesehatan karena tak ada lagi yang meengingatimu untuk makan dan istirahat," ucapku.

"Jangan.. pergi,"

"Jalani kehidupanmu dengan baik. Kau akan mendapatkan gadis yang lebih baik dariku. Percayalah. Kau akan bahagia nantinya," kataku dengan suara bergetar.

"Kumohon.. tetaplah disisiku,"

"Jim, jangan pernah lupa jika aku pernah mencintaimu," tambahku.

Aku sadar, aku akan menghilang dalam hitungan detik. Karena aku bisa merasakan jika tubuhku sudah mulai memudar.

"Mungkin akan lebih baik seperti ini. Karena pada dasarnya, kita tak akan pernah bisa bersama," ucapku.
Aku yakin Jimin mendengarnya, walaupun dia enggan membalasku perkataanku. Bahkan dia tak menoleh kearahku sama sekali.

"Jimin, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu,"

Dan tepat setelah mengucapkan kata-kata itu aku menghilang.

Jimin langsung menangis dengan keras tatkala ia tak merasakan lagi tangan mungil dingin yang tadi ia genggam.

Kini, yang dapat ia peluk sekarang adalah kenangan. Jimin menyumpahi dirinya yang dulu selalu bersikap kasar padaku.

"Aku juga mencintaimu,"

FATE : Ghost [ PJM ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang