Get Ready

3.9K 289 115
                                    

ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pemuda dengan santai memasuki gerbang utama sekolah. Tak terlalu menghiraukan teriakan beberapa guru yang mengomando jajaran murid yang hampir terlambat untuk segera berlari ke kelas, lalu bergabung dengan barisan murid yang lain untuk mengikuti upacara.

"Ayo ayo cepat!" teriak guru tersebut, dengan wajah tak santai. Membuat beberapa siswi berlari ketakutan sambil mempercepat langkah.

Pemuda ini hanya menoleh, mengamati kejadian yang menurutnya lucu. Masih pagi, jam tujuh lewat tiga puluh menit di hari Senin yang memuakkan.

Tak sadar sedari tadi ternyata guru yang tak lain adalah penegak kedisplinan siswa ini turut memperhatikan langkahnya.

"HEH KAMU ARYASATYA DEWANTARA! CEPAT LARI KE BARISAN!" teriaknya sambil menunjuk ke arah pemuda yang sama sekali tidak menggubris. Pemuda itu, keliatan sangat tidak niat ke sekolah.

Tahu-tahu, seorang siswi lain menarik kerah seragamnya, mengajaknya berlari, kemudian diiringi sorakan dari guru yang tadi marah marah.

"Besok besok kalo ada yang ketahuan pacaran di sekolah, bakalan saya hukum!!"

Satya melongo dengernya. Apalagi si cewek ini yang udah mulai misuh misuh dalam hati. Kalau bukan karena mereka itu sahabatan, gak bakal dia rela malu-maluin kek begini. Begitu batinnya.

"HEH SERAGAM BARU GUA, BANGSUL!"

"DIEM LU ENDRO!"

"KURANG AJAR DEH SI APIN NIH. BAJU GUE BARU DISETRIKA HHH."

"BUODOAMAT LUR."

"Yang tinggi di depan dong!" teriak Rena, sambil berkacak pinggang memerintah kelas barunya. Seorang pemuda lantas menyeruak, mengambil alih tempat, menggeser seorang pemuda lain yang ia rasa lebih pendek darinya.

"WOE NGOMONG DULU NAPA? GUE HAMPIR KEJUNGKAL NIH-" protes Seno. Walau akhirnya menurut, mundur satu tempat dari sebelumnya. Barisan cewek di belakang tetap heboh, lagi setelah barisan cowok di depan mereka semakin mundur dan mundur karena harus menyesuaikan.

"Sorry sorry, Sen." ucap pemuda yang ternyata bernama Hasan. Pemuda itu tersenyum, lalu berdiri menghadap depan.

"Kok tahu nama gua?" tanya Seno dengan bodoh. Pemuda lain, yang bernama Bagas, tak tahan lagi akan keributan itu kemudian menjambak rambut belakang Seno dari luar topi. "Ada nama lo di seragam, goblok." pekiknya geram.

Rena memandangi dengan sebal. Sungguh ia tak suka keributan. Baru bertemu sehari saja kelakuannya sudah begini, apalagi tiga tahun mendatang. Seno dan Bagas ini cuma dua dari segelintir cowok penghuni kelasnya. Gimana jadinya kalau ditambah sebelas cowok lain yang sama sama gesreknya.

"SEPULUH IPA DUA DIMOHON TENANG ATAU KALAU TIDAK SAYA SURUH BARIS DI DEPAN TIANG BENDERA!!!"

Astaga, malu-maluin. Baru juga jadi siswa di SMA ini beberapa hari, udah bikin onar. Chandra, mengisyaratkan kawan-kawannya untuk diam. Sebenarnya ia sendiri malu dan takut karena berjejer di barisan terdepan, sedangkan semua guru juga tahu kalau ia anaknya Pak Wicaksono, Guru Pendidikan Agama Islam yang sudah lama mengajar di situ. Diliriknya iseng-iseng barisan guru yang berada di sebelah kiri depan barisan murid kelas sepuluh. Benar saja, bisik-bisik tetangga mulai terdengar, desas-desus pergunjingan akan segera menjadi cobaan.

Chandra menoleh ke pleton yang ada di samping kirinya, sepuluh IPA satu. Anak-anaknya sudah rapi dan disiplin sejak pertama instruksi. Cowok-cowoknya anteng, cewek-ceweknya juga gak kalah anggun. Pft, pemuda ini mendesah pelan merutuki mengapa ia masuk ke dalam kelas ini. Dengan 13 siswa, 12 siswi patut saja terjadi keributan tak tertahankan. Kemarin sewaktu Masa Orientasi Siswa, Fajar, Yusuf alias Ucup, dan Noreen kena semprot oleh Pengurus OSIS. Mereka dituduh sudah berbuat tidak sopan kepada siswi kelas duabelas yang berada di jajaran petinggi OSIS. Katanya sih, tiga bocil ini berusaha menggodai, padahal niatnya cuma bercanda. Berujung tragis.

Baru saja ia akan menegakkan tubuh, mencoba terfokus mengikuti serangkaian upacara bendera hari Senin kala itu dengan khidmat, seorang siswa menoel-noel pundaknya dari belakang. Sebut saja namanya Kevin.

"Eh liat itu yang berdiri di sana kaya si Dhanu." bisik Kevin, sembari menunjuk ke arah deretan siswa terlambat yang membuat barisan sendiri di dekat kelas duabelas. Cowok yang bernama Dhanu itu terlihat jelas, yang paling tinggi dan bongsor dibanding siswa lain yang ada di sebelahnya. Kepala Chandra rasanya mau pecah saja. Baru sehari jadi Ketua Kelas, udah berapa banyak masalah yang diciptain anak-anak buahnya ini.

Sebenarnya, sebagai ketua kelas yang bertanggung jawab, Chandra bisa saja bertindak tegas dan memarahi mereka. Tapi masalahnya, mereka ini kan juga baru terbentuk. Sebagian berasal dari SMP yang sama, nah banyak juga yang dari sekolah berbeda. Itu artinya, memang saat-saat seperti ini tepat untuk membangun karakter dan jiwa persahabatan yang kuat dari masing-masing individu. Tiap individu punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bukan saatnya ego yang bicara, tapi kesabaran dan toleransi yang berakal sehat dikedepankan.

Ini masih awal. Karena waktu itu bergulirnya amat sangat cepat, tak disadari sepenuhnya. Percayalah, seiring waktu kalian pasti akan sama-sama menemukan dimana titik terkuat dan terlemah dalam persahabatan itu berada.

IPA dua bukan berasal dari siswa unggulan. Ada yang memang dilahirkan pandai, ada juga yang tidak pandai tapi berlagak sok pandai. Bahkan banyak yang berusaha jadi pandai agar mereka dihargai, sama seperti yang pandai.

Ada yang cuek, ada pula yang lebay minta ampun. Ada yang dingin, ada yang dikit dikit nangis di kelas. Ada juga yang suka curhat tiba-tiba di kelas karena baper sama kakak tingkatnya. Ada yang hobinya rusuh-rusuh kelas, bahkan ada yang hobinya pacaran sama temen sekelas yang padahal baru aja kenal. Tahan.

Ada yang suka mereceh, tapi ada juga yang mau mereceh tapi jatuhnya garing. Ada yang pendiem banget, tapi berubah jadi singa ketika ada yang usil menyembunyikan kunci motornya. Ada yang hobinya nyanyi-nyanyi gak jelas di kelas, bikin telinga rusak. Masih ada juga sih, cowok kutu buku yang kelihatannya dari luar cool banget, nyatanya bobrok. Pecinta jepang dan segala tentang anime, dia bakal kelihatan liarnya sih kalau udah ada yang mancing dari situ.

Ada sang penari, vokalis band, atlet voli, hafidz Qur'an, kontingan olimpiade sains, admin online shop bahkan model majalah remaja pun ada di IPA dua. Beginilah perbedaan yang saling menyatukan. Karena daripada saling mengeluhkan keadaan, lebih baik hadapi saja permasalahan bersama-sama. Dengan kekuatan pertemanan semua akan terselesaikan. Ada yang mudah kenapa harus dipersulit, benar kan?

Karena pada hakikatnya, memang gak ada dalam suatu kelas itu yang namanya kesempurnaan. Semua datang dengan perlahan, seiring jalan, karena kebiasaan. Kisah bahagia tidak datang dengan tanpa alasan. Membutuhkan waktu, perdebatan adalah hal yang biasa. Namun, itulah jalan yang ditempuh untuk menggapai sebuah kesuksesan.

**

nostalgic vibes;
something that was in the past, experiencing a nostalgia or wistful yearning for the happiness felt in a former place, time, or situation.❞

#4 Kota, Kita, dan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang