06. Kawan

446 87 14
                                    

🐾☘

"Diyo nggak ikut?" tanya Juan sewaktu mengabsen diam-diam gerombolan yang akan berangkat ke rumah Hasan. Sebelum berkumpul jam 4 di depan masjid, anak-anak ini emang lagi pada ngikutin ekskul masing-masing.

Juan sama Hasan semangat banget ikut pembinaan olimpiade, padahal nih ya yang ikut masih buanyak banget dari kelas sepuluh karena emang masih tahap awal, belum ada seleksi penjaringan ke lingkup yang lebih serius.

Tapi meski begitu, peminatnya cukup banyak dan sampai harus berdesak-desakan di tiap kelas. Tadi Juan sedikit terperangah ketika menemukan sosok Rena di kelas Fisika. Padahal kemarin Rena sendiri yang memprotes Juan waktu tahu cowok itu gabung klub begituan.

Sementara si Galang, tadi ikut ekskul seni lukis, yang bisa dibilang masih sedikit peminatnya.

"Diyo lagi ada urusan katanya." jawab Galang, yang tadi nggak sengaja ketemu Diyo di lapangan depan.

"Alah pasti urusan sama Jihan." Hasan menimpali dengan santai.

"Emang Diyo sama Jihan tuh ada hubungan spesial gitu, ya?" Juan kembali bertanya dengan muka dia yang emang polos.

"Tau tuh-" timpal Galang.

Hasan menarik nafas panjang sebelum memberanikan diri menjawab dengan hati-hati supaya tidak sampai salah bicara.

"Akrab dari kecil mereka tuh sebenernya. Sejak keluarga Diyo masih baik-baik.."

Setelah mendengar penjelasan singkat dari Hasan, Juan langsung diem. Keinget saat dia sama Satya datang ke rumah Diyo kemarin malam, lalu Diyo bilang.

"Main kesini bebas, Ju. Rumah gue sepi, cuma ada pembantu sama Dion, adek gue doang."

Mungkin ada makna tersirat di balik pernyataan sederhana itu. Jiwa-jiwa penasaran Juan kembali tumbuh, meskipun kali ini ia tahan dan sembunyikan dulu karena memang situasi yang tidak memungkinkan untuk membahas soal keluarga Diyo.

"Yaudah kuy berangkat!" Hasan berteriak paling lantang. Tidak biasanya, cowok yang dikenal alim itu mengeluarkan sisi bobroknya.

"Gaaaasss terooosss, San!" Galang merangkul Hasan, berjalan beriringan menuju tempat parkir sepeda.

"Kaya ada yang kurang, deh.." gumam Juan pelan. "Satya mana, ya?"

"WOEEEE TUNGGUIN GUE ANJIIIRRR GAK SETIA KAWAN LOOOO SEMUAAAㅡ"

Yang lagi dicariin, langsung nongol sambil berlarian mengejar ketertinggalan dari rombongan yang sejak pagi sudah mengatur jadwal main ke rumah Hasan.

"Dari mana aja sih, Sat?" tanya Juan.

"Anu, tadi ada pembimbing cantik di kelas fisika. Kan mubadzir tuh kalau ditinggal pulang duluan-" jawab Satya sambil cengengesan nggak tahu malu. Satya ini emang satu spesies sama Bagas, alias tukang menel ke kakel. Cantik dikit, pepet. Gak inget sama si dedek gemes alias degem yang daritadi padahal nanyain kabar melulu.

Galang dan Hasan lebih dulu sampai. Hasan langsung pakai helm, siap nebeng Galang. Tapi begitu sadar masih ada yang ribut di belakang, dirinya pun kembali bergabung.

"Oh iya ya, gue sampai lupa sama Satya. Kelamaan sih eloㅡ" ucap Hasan yang langsung mendapat jitakan kecil dari Satya.

Masih beradu argumen, keempat pemuda tadi terkesiap ketika mendengar suara datar menyapa. Bukan menyapa sih, lebih tepatnya seperti menginterogasi Juandra.

#4 Kota, Kita, dan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang