28. Perseteruan

235 38 3
                                    

🐾☘

Pingkan melangkahkan kakinya dengan penuh semangat memasuki halaman utama. Hari ini dia bawa motor sendiri, makanya harus parkir di belakang lalu jalan kaki ke depan lagi karena kelasnya ada di kompleks depan. Tepatnya di lantai dua. Anggap aja olahraga pagi.

Di sekitaran tiang bendera, langkah gadis itu terhenti tatkala teriakan seorang pemuda memekikkan telinganya. Terlebih lagi, pemuda itu meneriakkan namanya dengan lantang. Setengah geram mungkin, ya.

"PINGKAN!!!"

"Eh, si Aa'ㅡ"

"Gak usah sok polos anjirrr ngapain sih lo semalem ngirim begitu di grup!?!?!"

Oh, ternyata Fajar mau protes soal pesan Pingkan semalam di grup. Mau langsung labrak tadi malem sih niatnya, tapi Pingkan lebih cerdas ketimbang Fajar. Cewek itu memblokir kontak Fajar di whatsapp miliknya. Jadi, sebelum Fajar sempat membombardir dirinya, semua udah aman terkendali. Pingkan bisa tidur dengan lelap semalam. Dasar julid.

"Hehe, kan canda doang sih. Jangan heboh gitu dong, yang ada ntar semua ngira lo beneran suka sama Apin. Nah, lo sendiri kan yang bikin semua tahu, bukan gue-" kilah Pingkan.

Fajar makin gerah. "YA TAPI KAN ELO YANG MANCIIINGGG, MAEMUNAAHHH!!"

"Berisik anjir, gue gak mau kena hukuman pagi pagi!" seru Pingkan sambil berlari ke arah tangga duluan. Fajar rasanya mau tobat aja ngadepin ini cewek satu. Ngapain juga sih kemarin harus ketahuan sama Pingkan, kan jadi ribet begini. Fajar pusing.

Sementara itu di depan kelas, sudah terjadi keributan kecil antara Satya dengan Ardiyo dan Hasan. Ribut ala anak TK.

"Udah San, gak usah temenan sama Diyo. Emang Diyo tuh gak setia sama temen-"

"WOE BANGSAT KAGAK USAH KOMPORIN YANG ENGGAK BENER DAH LUUU!!" pekik Diyo, mulai ricuh.

Hasan memijit kepala, pusing. Pemuda itu meninggalkan tempat secara diam-diam, niatnya supaya terbebas dari kekacauan antara Satya dengan Diyo eh malah jadi korban di kericuhan yang lain.

Pingkan berlari ke kelas dengan kecepatan maksimum, tidak memperhatikan sebelumnya kalau keadaan di depan pintu cukup ramai, penuh manusia yang gak jelas lagi ngapain di sana. Fajar juga ikut lari, tambah gak jelas.

Tepat sampai di dekat kerumunan, Pingkan kehilangan keseimbangan, kakinya tersandung kaki seseorang yang berdiri di sana. Membuat gadis itu kemudian oleng dan menabrak tubuh seorang pemuda yang tidak tahu apa-apa. Ditambah lagi Fajar yang tidak mengurangi kecepatan berlarinya, ikut menabrak Pingkan dan pemuda tadi dari belakang.

Pingkan berteriak, Fajar juga. Cuma pemuda itu yang gak teriak, hanya meringis kesakitan sembari bangun. Pemuda itu menatap nanar gadis yang kini berjarak amat dekat dengannya.

"Maaf, lo nggak apa-apa kan?" tanyanya.

"Ya ampun, harusnya gue yang minta maaf, San. Maaf yaaaaa! Beneran gak sengaja nubruk elu-" sahut Pingkan sambil ikutan berdiri.

"Yaudah, santai aja. Lain kali hati-hati, Ping." Hasan kemudian berjalan memasuki kelas. Ada sedikit perasaan yang mengganjal dalam hatinya. Cukup ia dan Tuhan yang tahu.

Sementara Pingkan, terdiam di depan kelas. Sampai kemudian Fajar menepuk bahunya, "Heh, ngelamun mulu! Tuh, guru-guru udah pada jalan kemari!"

"Diem lu, Santoso! Bikin susah orang aja!" sungut Pingkan, memegangi lututnya yang terbentur ke lantai. Menyadari kalau Fajar juga membuatnya tersungkur barusan.

"Eeee sewot amat, Maemunah!"

Fajar membenahi seragamnya sebelum memasuki ruang kelas. Langsung mendapat sorakan keras dari oknum bernama Satya dan Ardiyo. Cih, tadi aja mau gelut sekarang jadi komplotan berdua ngecengin Fajar.

#4 Kota, Kita, dan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang