05. Terlambat

466 76 5
                                    

🐾☘

"Ih siapa yang mau ngomong ke Jihan?" tanya Kevin dengan suara lirih.

"Seno aja sana." jawab Ucup tak kalah pelan.

"Lah kok gue? Elu aja dong Vin-" Seno-nya protes, kawan. Tak terima kalau dirinya yang harus berhadapan dengan cewek jutek itu. "Dhanu aja coba."

"BANGSAT GUE KAGAK NGERTI APA-APA!!" kali ini teriakan Dhanu, sukses bikin Rena ngamuk.

Rena, si cewek wakil ketua kelas yang garangnya minta ampun kalo ke geng rusuh Kevin, Seno, Ucup, Dhanu. Gatau kenapa, bawaannya gampang kesulut api aja tiap denger keributan antara keempat cowok-cowok kurang kerjaan itu. Padahal kali ini yang teriak cuma satu orang, masih aja disamber sama nenek lampir.

"Berisiiikkk!!!" teriaknya sambil melontarkan tatapan tajam ke arah Dhanu.

Dhanu mendelik. Mencoba menunjuk Seno dengan dagunya, mempengaruhi Rena supaya tidak menyalahkan dirinya seratus persen atas kebisingan yang diciptakan. Melainkan ini semua ada hubungannya dengan Seno dkk.

"Tuh, Na. Adik lo yang bikin gue emosi mulu-" kilah Dhanu dengan mimik wajah dibuat merengut sealay mungkin.

Rena langsung melengos, balik menghadap depan. "Serah deh bangsul."

Sementara Dhanu kembali bahan percobaan. Tak sadar sedari tadi sebenarnya ada yang menguping pembicaraan mereka berempat.

"Kemarin gue berhasil nge-gol-in 3! Bener dah, ya gak Yo?"

Suara cempreng Bagas mau tak mau membuat Diyo harus mengalihkan perhatiannya yang sengaja ia tujukan untuk sekawanan yang dari tadi membicarakan soal Jihan.

"Hah..mana ada?? Ngaco lu, Gas.." jawab Diyo setengah mengarang, masih membagi fokusnya kepada kedua pembicaraan yang arahnya berbeda itu.

"Pertemuan depan gue mau pindah basket aja biar sama Alang. Oke nggak, bos?" kata Bagas sambil menyenggol lengan Galang yang asyik makan kacang panggang rosta. Ngomong-ngomong, baru dapet stok makanan ringan ini gratis dari Juan.

Yang terhormat Juandra, cuma nyimak obrolan, tapi tetep anteng tutup mulut. Sekali dua kali ngomong cuma 'Hah apasih?', 'Bisa gitu, ya?', sisanya ketawa hahahahehehe. Apalagi ditambah duduk samping Hasan yang notabene juga sama-sama pendiem. Baru di seberang mereka, ada perusuh Satya juga Bagas. Ada juga si ganteng Galang, lagi sibuk ngegambar ala-ala, tapi direcokin sama Satya. Diyo duduk paling pinggir deket Bagas, tapi ya gitu telinga sama mulutnya suka gak sinkron. Yang diajak bicara siapa, yang didengerin obrolan siapa.

"Asal jangan malu-maluin deh, Gas. Awas aja ntar elo mepetin gue mulu, taunya pas main bola kagak bener-" celetuk Galang masih tetep menunduk pada pekerjaannya.

Bagas mau noyor kepala Galang, tapi kejauhan. Akhirnya yang kena malah Satya, yaudah deh langsung adu jambak keduanya. Bukannya melerai, Galang, Juan, dan Hasan malah tak henti hentinya tertawa. Juan ketawanya lepas banget, baru kali ini semenjak menginjakkan kaki di kelas, pemuda ini mengeluarkan sisi tak tahu malunya.

"Ayooo gelut teruss ayooo!! Gue suka keributan!!" sorak Galang.

"Eh eh astaghfirullah hal adzim, udah udah."

Udah jelas kalau yang ini siapa. Awalnya Hasan masih ikutan heboh, berteriak kesana kemari, termasuk meneriaki Diyo supaya melerai dua bocah di hadapannya ini.

Namun, setelah tak mendapat jawaban apapun dari Ardiyo, pemuda itu mencoba mengamati lekat-lekat. Gerak gerik Ardiyo nampak gelisah. Pandangan matanya menerawang jauh entah kemana. Bibirnya seperti komat-kamit mengucapkan kata-kata.

#4 Kota, Kita, dan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang