02. Sebuah Rutinitas

1.1K 148 19
                                    

🐾☘

Pasca kejadian Seno dicemplungin ke kolam ikan di halaman kompleks kelas sepuluh IPS, anak-anak ini pada diem semua, untuk sementara waktu nggak ada yang berani neko-neko lagi. Pasalnya, sekelas kena semprot oleh seorang guru.

Yang paling malu sih si Chandra, tentu saja ia langsung kena marah oleh sang bapak. Ya, memang salah Chandra juga sih yang tidak bisa menjaga anak buahnya supaya tidak bikin ribut di luar kelas. Tapi juga bukan sepenuhnya salah Chandra, karena emang keduabelas siswa dan tigabelas siswi yang ada di IPA 2, kebanyakan punya ide ide kreatif yang saking kreatifnya bikin pusing sejuta umat.

"Sungkan nih gue sama elo, Ndra. Pasti bapak lu ngomel ya di rumah-"

"Santai aja, San. Maklum kok gue, emang salah kita semua inimah. Lain kali, harus jaga sikap biar nggak jadi omongan orang." Chandra merangkul bahu pemuda yang berjalan bersamanya ini. Mereka berdua sedang menuju ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas-tugas yang memang harus dikumpulkan siang itu.

"HASAAAAAAAAAAANNNNNNNNN-"

Hasan menoleh dengan wajah wajah kaget, tapi segera berubah kesel waktu ngelihat di ujung lapangan ada cowok dadah dadah sambil nyengir ke dirinya.

"Ee ada Bambang-"

"Bambang siapa, San?"

"GAUSAH DIDENGERIN PAK KETUA, SUKANYA NGACO EMANG INI ANAK SATU."

Diyo melototin Hasan, yang dipelototin cuma mesem mesem. Berakhir, Diyo ngikutin kedua temennya itu sampai ruang guru, buat naroh LKS, abis itu balik ke kelas juga masih berjalan beriringan.

"Lu gak futsal, Yo?" tanya Hasan sambil mengemas barangnya ke dalam tas.

"Ini hari apasih?" Diyo balik bertanya.

"Rabu, Mbang-"

"Anjir!"

Chandra cuma ngelirik sebentar karena ada sedikit keributan antara Diyo dan Hasan. Bingung mau nimbrung apaan karena cowok ini emang pada dasarnya tuh gak banyak omong. Tapi sebagai ketua kelas yang baik, Chandra berusaha mendekatkan diri kepada pada rakyatnya, sih. Ada usaha juga walau dikit dikit.

"Wah, Diyo ikut futsal? Barengan dong itu sama si Bagas juga. Ngomong-ngomong, gue duluan ya, ada les abis ini soalnya-" pamit Chandra.

"Weheeeee ada Bagas juga ternyata. Yaudah gue mau ganti baju dulu, deh. Lo juga ati-ati di jalan, Pak Ketua-" sahut Diyo sok akrab.

Hasan cuma geleng-geleng kepala ngeliat tingkah Diyo yang makin gaje. "Hati-hati bos-" ucapnya juga sambil melambaikan tangan pada Chandra.

Sementara itu Hasan yang terakhir berkemas, sudah bersiap menuju parkiran tepat ketika suara melengking panjang memanggil namanya. Udah hapal sih sebenernya ini suara siapa.

"Lo abis ngeband?" tanya Hasan langsung tanpa babibu.

"Iyalah. Masa iya gue ikut samrah-"

"Nyambungnya dimana sih gebleeee. Makin lama makin nyebelin ya lo tuh, sama kaya Diyo." pekik Hasan mulai terpancing emosinya.

Jihan, gadis itu cuma tertawa mendengar celoteh Hasan. Gadis yang sudah absen tidak mengikuti pelajaran dari jam keenam itu hanya bersenandung sembari memegangi ujung tali tasnya. "Nebeng dong, San. Hehe-"

"Eh ngomong-ngomong nih, elu tuh baru masuk SMA beberapa hari aja udah jadi vokalis band, enak banget hidup lo-" ocehan Hasan sontak membuat Jihan menelan ludah. Ini ngapain juga tiba tiba nanya begituan.

#4 Kota, Kita, dan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang