23. Indahnya Persahabatan

211 33 3
                                    

🐾☘

"Gue duluan beneran gapapa?" tanya Bagas.

"Yoi, santai. Ini juga gue mau ada latihan voli-" jawab Nunu.

Bagas segera berlari, mengikuti langkah beberapa kaum adam yang sudah duluan. Pemuda itu bahkan tidak sadar kalau ia kelupaan membawa kunci motor. Bodoh, masih tertinggal di meja Nunu. Dasar bocah pikun.

Sementara itu, Lia yang tidak sengaja melirik ke arah meja Nunu langsung menanyakan. "Kunci lo bukan, sih?" begitu tanya Lia. Nunu menggelengkan kepala cepat. "Bukan, gue ga bawa motor, Li."

"Terus punya siapa dong?"

"AAA PASTI PUNYA BAGAS!!" seru Nunu. "Tapi gue buru-buru banget nih udah ditunggu Kak Naya."

"Yaudah biar gue yang anterin, sekalian gue mau ke parkiran ini.." sahut Lia sambil meraih kunci itu dari meja.

Benar saja, di tempat parkir Bagas tengah kalang kabut menggeledah seisi tas dan saku seragamnya, mencari dimana gerangan benda teramat sangat berharga itu. Lagi pusing nyari kunci, ditambah suara Seno yang makin ricuh karena nungguin Bagas kelamaan.

"HIIIHHHH DIMANA SEEEEHHHH!?" pekik pemuda itu sambil tetap mengobrak abrik tasnya.

"Buruan dong, Gas."

"Elo bantuin cari, jangan cuma ngomel. Kalau kunci gue kagak ketemu ya kita berdua gak bakal bisa balik-"

Akhirnya, Seno ikutan sok sibuk. Gak lama setelah itu, Galang datang. Bagas makin heboh, suruh Galang ikutan cari kunci.

"Laaanggggg, bantuinnn nyarii kunci gua ilaanggg!!!" pekik Bagas histeris.

"Berisik elah. Lupa lo taruh kelas kaliㅡ" potong Galang lebih cepat sebelum suara Bagas makin merusak gendang telinganya.

"Tau tuh si Bagas, gak coba balik ke kelas kan siapa tau ketinggalan di sana-" imbuh Seno memperkeruh suasana.

Merasa dipojokkan, Bagas akhirnya mengambil langkah untuk kembali ke kelas. Namun, di persimpangan jalan sosok Ellia menghentikan langkahnya. Gadis itu menyodorkan tangannya yang memegang kunci motor milik Bagas. Membuat pemuda itu langsung memekik, berterimakasih pada Lia.

"Ya ampun Milea-ku, penyelamatku!" serunya dengan nada dibuat sedramatis mungkin.

"Apasih, alay. Dah sono pulang." balas Lia tak banyak ekspresi, malah melangkah mendahului Bagas yang masih bersujud syukur atas kembalinya sang kunci.

Awalnya, gadis itu melangkah dengan tenang mencari motornya di antara deretan motor milik siswa kelas 10 yang terparkir rapi di tempat. Tapi setelah menyadari keberadaan Galang yang tak jauh darinya, membuat Lia jadi sedikit tidak tenang. Apalagi, kini tinggal berjarak dua langkah dari tempatnya berdiri.

Gadis itu belagak tak tahu, menutupi perasaan campur aduk dalam hati dan pikirannya. Mencoba dengan tenang mengeluarkan sepeda motornya dari barisan, tetapi ternyata susah. Samping kanan dan kini motornya masih terparkir berdekatan, sehingga menyulitkan Lia untuk memundurkan motornya.

Seno yang melihat kejadian, langsung berteriak yang entah ditujukan kepada siapa. Pada Galang atau Bagas, pemuda itu hanya asal teriak.

#4 Kota, Kita, dan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang