24. Pendekatan Sahabat

215 34 7
                                    

🐾☘

"Ping, nanti malam ada acara gak?" tanya Arjun.

Pingkan melepas helm, lantas membawanya di depan dada. "Gak ada, tuh. Kenapa?" sahut Pingkan kemudian.

"Temenin gua dong, Ping. Cobain kafe baru di deket toko bunga depan kompleks."

"Hmmmmm, oke deh. Abis isya' aja ya, Kak!" seru Pingkan sambil melangkah memasuki halaman rumahnya. Baru saja melepas sepatu di teras, Kak Syadza sudah muncul dari dalam rumah.

Syadza sengaja terbatuk-batuk kemudian menginterogasi adiknya, "Lu masih deket sama si Arjun?" tanyanya.

Pingkan menoleh pada Syadza, "Biasa aja tuh. Aku kan deket sama siapa aja-"

"Iya, gue tahu. Lo kan idola dari semua idola. Semua deketin lo, dan lo terima gitu aja gatau mana yang bener mana yang enggak,"

"Coba deh kalo gitu sebutin yang gak bener??"

Syadza terdiam. Namun matanya segera berbinar beberapa detik kemudian. "Mungkin si Mirza," begitu kata Syadza, membuat Pingkan sedikit melotot kaget. "Kalau dia termasuk yang bener, mana mungkin lo minta putus duluan.." lanjut Syadza.

"Kakak ih, udah ah males bahas begituan aku-" kilah Pingkan berusaha menyembunyikan fakta kalau Mirza memang pernah menyakitinya di masa mereka pernah menjalin hubungan dulu. Ya tapi salah mereka sendiri sih, masih kecil udah berani pacaran.

"Ntar kalo lo keluar sama Arjun, gue titip nasi bakar deket toko kelontong-nya Apin, ya!" seru Syadza.

"Bodoamat, Kak."

Karena ditinggal Galang ke rumah Satya bersama kaum lelaki yang lain, Erin akhirnya sendirian. Mau cari tebengan, tapi sampai detik ini belum ketemu. Tadi, ia harus ke ruang kesenian dulu setelah bel, padahal setelah ia balik dari sana Nunu bilang kalau Lia bawa motor terus juga gak lagi bonceng siapa-siapa. Eh, telat. Lia-nya udah balik duluan waktu Erin sampai di kelas.

Pingkan juga udah balik, nebeng sama Kak Arjuna. Kinan lagi ikut ekskul tari, Indah sama Nunu juga ekskul voli. Kalau si Chantika, kaum dijemput supir bersama Rena dan Ulfa. Apin sama Jihan, entah gimana ceritanya kok kebetulan banget berada dalam satu ekskul yang sama, satu kelompok kecil juga, di PMR.

"Apa gue naik ojol aja, ya? Tapi sayang banget duit gue tinggal limaribu. Emang cukup?" Erin bermonolog dengan dirinya sendiri. Dilihatnya, Nunu sudah tidak berada di kelas, mungkin gadis itu sudah menuju tempat latihan.

Ketika Erin sedang bingung sendiri, muncul Bintan dengan tergesa-gesa memasuki ruang kelas. Bintan berlari ke arah belakang kelas, oh ternyata gadis itu sedang mengambil helm-nya yang tertinggal.

"Erin, belum pulang? Ada ekskul?" tanyanya saat melewati Erin.

"Iya nih, Bintan. Gak ada tebengan huhuhu ditinggalin sama Galang kampret," jawab Erin.

"Bareng gue aja, yuk. Mumpung gue bawa motor sendirian, nih-"

Erin seneng banget dengernya. Tentu saja, gadis itu langsung mengiyakan tawaran Bintan. Meskipun sempat denger gosip tetangga soal perselisihan Bintan, Chandra dan Tika waktu SMP dulu, Erin sih tidak begitu mempermasalahkan. Lagipula menurut Erin, Bintan ini anak baik-baik dan belum lama ini kelihatannya hubungan mereka bertiga juga sudah lumayan membaik. Mungkin ada kemajuan, saling memaafkan satu sama lain. Erin sendiri tidak tahu pasti apa masalahnya.

Di jalan, gak terlalu banyak bicara. Cuma pas sampai deket pujasera, Bintan nanya. "Mau mampir dulu gak, Rin? Jajan bentar gitu,"

"Wah, boleh juga tuh. Gue juga udah laper. Hahaha mantab, Bi. Kiri dulu kiri,"

#4 Kota, Kita, dan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang