2

249 79 62
                                    

"Kak Gavin Radipta jelekkk!"

"Kak, ayo bangun!" Nino terus menggoyangkan tubuh Gavin yang ditimpa bad cover itu. Bukannya bangun Gavin justru menenggelamkan wajahnya. Dan sekarang Nino sudah menimpa wajah Gavin.

Ya, Nino Radipta adalah adik Gavin. Umurnya 5 tahun. Anaknya usil, kalau permintaannya tidak dituruti ia pasti akan mengadu pada Ayu—Mamanya.

"No, ah nggak bisa napas!" Gavin menggerutu dan menimpa Nino dengan tubuhnya seakan-akan Nino terjepit dan tidak bisa bergerak.

"Mama!"

"Aduh ada apa sih sayang berisik terus berdua." Ayu berkacak pinggang dan segera menggendong Nino dan membawanya ke bawah.

Tenang, berhubung sekarang hari minggu, waktunya bagi Gavin tidur kembali.

5 menit kemudian Ayu masuk ke kamar Gavin sambil membawa Nino lagi. Seperti biasa, Ia sangat suka menimpa wajah Gavin sambil berloncat-loncat.

"Jewer aja No, kupingnya!"

"Kakak! Ayo kita sarapan!" Nino mencolok lobang hidung Gavin, membuat Gavin mendesis.

"Hmm." Gavin merenggangkan tubuhnya, ia sangat suka tidur dalam keadaan tidak memakai baju.

"Iya adikku yang rewel." Kini hidung Nino lah yang kena sasaran, hidungnya menjadi merah bekas di jepit oleh Gavin.

"Mama, kakak tuh idung aku ilang!" Nino memegang hidungnya sambil menahan tangisnya.

"Cup cup, nih aku balikin." Gavin bertingkah seperti ingin mengembalikan hidung Nino. Ia segera mengambil baju yang menggantung di pintu kamarnya, memakai bajunya dan ke lantai bawah untuk sarapan.

"Kak, gendong." Nino mendongak sambil memasangkan wajah melasnya.

Gavin mendengus malas. Dan berjongkok menyetarakan tinggi adiknya.

"Mau eskrim nggak?"

"Mau!" Serunya Nino.

"Jalan sendiri ya."

"Oke."

Gavin terkekeh geli sendirian. Itu adalah rumus jitu untuk membuat adiknya tidak rewel. Gavin memang kakak yang baik, tapi tidak juga. Dan yang terpenting sekarang adalah sarapan. Perut Gavin sudah tidak berkompromi saat ini.


Nara sedang menggendong adik perempuannya yang berumur 4 tahun itu, Kiara. Ia akan ke minimarket dekat rumahnya untuk membeli eskrim.

"Ara, mau yang mana?"

"Aku mau yang ini, ini, ini." Kiara segera memasukkan eskrim ke keranjang belanjaan.

"Tapi itu rasanya sama semua." Nara hanya tersenyum, sambil mencubit pipi Kiara gemas.

"Biarin, aku sukanya yang ini semua!"

Enam eskrim rasa coklat itu sudah di genggam Kiara, untungnya saja uang Nara cukup. Kalau tidak, mungkin Nara sudah menggadaikan adiknya ini kepada Mbak-Mbak minimarket. Tidak, itu jahat.

Nara [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang