1

318 90 87
                                    

Senin

"Kenapa cepet banget sih, baru juga kemarin libur." Nara mendengus kesal.

"Hoammm, ngantuk nih gue." Rissa menutup mulutnya dengan tangannya.

"HAE SEMUA!" seru Chacha dan Balqis.

"Berisik pea!" Rissa melemparkan botol mineral yang setengah habis diminumnya. Yap, tepat sasaran. Botol itu berhasil ditangkap oleh Balqis.

"Lumayan minuman gratis, lupa bawa gue. Besok kalo mau lempar yang penuh ya." Balqis mengedipkan matanya.

"Udah ah mending dengerin cerita gue, nih kemarin gue abis chat sama stranger. Asli cogan parah!" Chacha menunjukkan ponsel miliknya. Ia terus mengescroll chat dengan orang itu, lalu menunjukkan gambarnya.

Seperti biasa, Chacha lah yang selalu rame untuk urusan cogan, dia yang paling ahli mencari kontak para cowok ganteng. Entah itu di sekolah atau di luar sekolah. Tapi bagi Chacha, Balqis, Rissa, dan Nara—asupan di pagi hari.

"Ah punya gue!"

"Nggak, punya gue!"

"No, punya aing." Chacha memasukan ponsel ke saku miliknya.

"Kayak dia mau aja sama lo semua." Celetuk Nara membuat semuanya menganga.

"Bentar lagi lo juga mau, nih liat makanya." Chacha menunjukkan foto cowok itu.

"Oh, dia maunya sama gue gimana dong." Ledek Nara.

"Dari pada tebir, mending dia cokiber aja." Rissa memampangkan wajah bahagianya.

"Apaan cokiber?" tanya Balqis.

"Cowok kita bersama."

Semuanya tertawa terbahak-bahak.
10 detik kemudian—diam.

"Capek njir gue ketawa mulu." Chacha memegangi perutnya.

"Bodo mamat njir." Rissa mengibaskan sapu tangan yang sering dibawanya itu.

Nara memasukan peralatan sekolahnya ke dalam tas berwarna navy miliknya, rasanya sudah seperti surga dunia. Hari ini guru rapat, semua murid dipulangkan. Kapan lagi Nara memanfaatkan momen ini. Apalagi teman-temannya yang sudah ribut minta jalan-jalan.

"Gece ah, laper nih." Rissa menepuk-nepuk meja sambil menghentakkan kedua kakinya.

"Bodo, abis makan pokoknya mau beli buku gue sama Nara!" Sewot Balqis sambil mengunyah permen karet yang beberapa kali dibuat balon.

"Iye, abang." Nara berdesis.

"Emang gue abang lo."

Mereka berempat pun segera menuju parkiran karena Chacha dan Rissa membawa motor, sedangkan Nara dan Balqis menumpang motor mereka.

"Yuk ah."

Sepanjang perjalanan Nara dan Balqis yang dibonceng terus saja mengobrol di pinggir jalan sambil tertawa membuat seisi penghuni lampu merah menatapnya, sementara Chacha dan Rissa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kalau saja bukan teman, mungkin mereka sudah di turunkan di jalan.

"Woi diem apa, pengang nih kuping gue." Rewel Rissa.

"Hello, mau kemana kita pok pok pok." Balqis terus saja mengsnapgram dengan ponsel miliknya. Sementara Nara sibuk membalas chat grup kelas yang sedang ramai sambil mengemut permen lolipopnya.

"Handphone lo jatoh liat aja, gue ketawain hahaha." Nara pun melempar gagang permen lolipop yang sudah habis dia makan tadi ke Balqis.

"Udah sampe, bayar ojek sini sama kita." Pinta Chacha.

"Santai, gue traktir, Cha." Balqis langsung menampakkan cengiran khasnya.

"Asique."

Di tempat makan mereka terus saja membicarakan hal-hal yang menurut mereka lucu. Mulai dari pulang cepat, ke anak-anak kelas, dan yang terpenting cogan mall.

"Udah yuk makannya, gue mau ke toko buku. Biasa mau cari..." Omongan Balqis terpotong sesaat, "COGAN!" Mereka bertiga menyahut bersamaan.

"Hehe, kali ini beda. Agak kutu buku sedikit." Balqis memperlihatkan deretan giginya.

Nara dan yang lainnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Chacha dan Rissa hanya melihat-lihat dan mencoba pulpen yang menurut mereka bagus dipakai. Ya kalian pasti tahu, dalam semenit pulpen ditinggal dimeja kelas saja sudah raib.

Sementara itu Nara dan Balqis mencari novel yang cocok untuk mereka masing-masing. Nara pun segera mengambil novel yang ia inginkan. Kini novelnya sudah berada di tangannya.

Bugh!

"Eh sorry, lo nggak apa-apa?" Nara mengambil bukunya yang jatuh dan mendongak ke atas untuk melihat siapa yang menabraknya.

"Elo?" Nara segera berdiri memegang bukunya dan menyelipkan sebagian rambutnya ke belakang telinga.

Fatha Rayhan, cowok itu adalah mantan Nara satu tahun yang lalu. Dia kelas 12. Lumayan lama mereka berpacaran, ya untungnya mereka sama-sama mempunyai pemikiran yang dewasa. Kalau saja berbanding terbalik, mereka tidak akan lagi mau bertemu atau hanya sekedar bertegur sapa saja.

"Hai, udah lama kita gak saling sapa." Fatha tersenyum, sudah lama Nara tidak melihat senyuman itu. Jujur, Nara rindu.

"Lo ke sini ngapain?" Nara memotong pembicaraan mereka berdua.

"Mau beli paket pendalaman materi, ke sini sama siapa?"

"Sama temen, ya udah gue duluan ya, Tha." Nara segera menyusul teman-temannya dan menuju kasir untuk membayar novelnya. Untungnya saja Balqis dan yang lainnya tidak melihat kalau Nara bertemu dengan Fatha. Kalau iya, pasti ia sudah ditarik menjauh dari Fatha.

Tiba-tiba saja Nara mendapat notif Line, ia segera mengecek ponsel miliknya.

Fatha R : hati-hati ya pulangnya;)

Seketika jantung Nara berdegup kencang, apalagi ini?

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Hallo! Gimana sama ceritanya?
Jangan lupa Vote+Comment cerita ini ya. Thanks!💕

Nara [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang