Waktusudah menunjukkan jam istirahat. Seperti biasa, waktunya rombongan Gavin dan kawan-kawan untuk meramaikan suasana kantin.
"Yah! Bakso gue loncat!" teriak Kamil sambil meremas kepala dengan kedua tangannya.
Ken terkejut bukan main, "Kaget njir, gue kira pala lo loncat."
"Astagfirullah, bakso satu doang," celetuk Gavin.
Semuanya terkekeh geli.
"Reflek maap." Kamil menopang dagunya seperti anak perempuan yang sedang galau.
Gavin merogoh ponsel dari saku celananya. Seperti bosan hanya mengecek ponsel dan menutupnya terus seperti itu, ia langsung menghubungi Nara.
"Halo."
"Halo, Nar. Sokin kantin." Afif, Kamil, dan Ken saling menaikkan satu alisnya.
"Nggak ah, udah kenyang."
Gavin terkekeh geli, "Siapa yang ngajak makan."
"Oh, iya iya maap."
"Ke sini nggak?"
"Nggak deh. Udah ya ntar aja di kelas ngomongnya apa."
"Iya oke, By..." belum selesai bicara Nara sudah memutuskan sambungannya.
"Ba by ba by, babi kali ah." Sindir Afif yang masih menatap layar ponsel miliknya.
"Uh... hottttt." Kamil mengipaskan kedua tangan ke wajahnya.
"Udah ya gue mau ke kelas. Boring." Gavin berjalan menuju kelas sambil menyeruput minuman kopinya.
Belum saja ia sampai kelas, Gavin melihat siswi yang sedang berkaca sendirian di bangku depan sebelah kelasnya. Memang sepi, tapi tidak di depan kelas juga pikir Gavin.
Cihh, genit tuh cewek
"Eh kamu!" panggil siswi itu sambil mengibaskan rambutnya pelan.
"Hah? Gue?" Gavin menunjuk dirinya sendiri dan menaikkan satu alisnya.
"Iya. Boleh nanya nggak?"
"Apa?"
"Deket sama Afif?"
"Kalo iya kenapa kalo nggak kenapa?"
"Galak amat sih. Ganteng sih tapi..." belum saja siswi itu meneruskan ucapannya Gavin sudah mengelaknya, "Gak usah basa basi! Ada apaan?" wajah Gavin yang tadinya penasaran berubah menjadi datar.
"Boleh tau nggak Afif lagi di mana?"
Gavin diam dan menatap siswi itu dalam-dalam. Bukan tertarik, tapi ingin saja ia memasangkan wajah meledeknya di depan siswi itu.
"Anak baru aja udah belagu!"
"Kalo gue anak baru kenapa? Masalah?" Gavin serius kali ini, namun siswi itu tetap saja memaki dirinya. Untungnya telinga Gavin belum panas. Sebenarnya Gavin tidak tau siswi itu siapa, namun rasa tidak suka pada siswi itu muncul dari lubuk hatinya sendiri.
"Gue nanya! Afif di mana?!" Bentak siswi itu sambil menghentakkan kaki kirinya.
"Ada masalah apa lo sama gue?" Suara Afif tiba-tiba muncul dan langsung membuat suasana menjadi tegang. Pasalnya Gavin tidak mengerti mengapa mereka seperti ini.
"Urusan kita belum selesai." Siswi itu langsung menarik pergelangan tangan Afif. Afif tentu lebih kuat, ia menepisnya.
"Gue masuk." Gavin masuk kelas dan tidak mau mengurusinya lagi. Itu urusan mereka dan Gavin tidak mau ikut campur untuk masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara [SUDAH TERBIT]
Teen FictionRasa itu yang memulai, rasa itu yang membuat semuanya berbeda, rasa itu yang menemukan kata cinta, tetapi cinta yang dapat mengubah rasa itu. Meskipun Nara belum mengenal cowok itu sepenuhnya, rasa itu mulai ada. Sampai akhirnya ia lebih memilih dia...