"Kenapa sih?"
"Itu dong lo liat, hari ini kan senin. Kok dia pakai celana abu-abu?" Tanya Rissa heran.
Chacha menoleh, "What? Gila mimpi apa gue semalem. Ganteng parah!" Ia membuka mulutnya lebar-lebar sambil memegangi kedua pipinya itu.
Tiba-tiba saja upacara sudah selesai, semua murid diperintahkan masuk ke dalam kelas masing-masing.
"Bosen gue fix, gue ke Ken dulu ya semua." Balqis berlari menuju Ken dan mengajaknya untuk ke kelas.
Nara hanya diam mematung, ia belum melihat jelas siapa yang dimaksud teman-temannya itu. "Yang mana sih?"
"Itu di barisan anak yang telat." Chacha menunjuk siswa itu, tentu saja langsung di tepis oleh Rissa. Kalau saja Rissa tidak menepisnya, mungkin orang itu akan tahu kalau dia sedang dibicarakan mereka.
"Loh!" Nara terkejut dengan yang ia lihat, ya cowok itu. Siapa lagi kalau bukan Gavin. Nara masih mengeryitkan dahinya, tiba-tiba Gavin menoleh tepat ke arah Nara.
Entah sadar atau tidak, intinya Gavin malah memberikan senyuman kepada Nara. Chacha dan Rissa pun terkejut.
"Nar? Lo kenal?" tanya Chacha sambil menepuk lengan Nara.
"Ya. Gue ke kelas ya." Nara berlari kecil meninggalkan lapangan. Dan yang pasti Gavin heran, Nara tidak membalas senyumannya itu. Gavin hanya menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya sambil membenarkan posisi gaya rambutnya.
"Nara tungguin me." Rissa berlari menyusul Nara diikuti Chacha.
"Lo kenapa deh, tiba-tiba nggak jelas."
Sesampainya di kelas Nara langsung duduk di bangkunya dan membuka topinya. "Itu Gavin, orang yang pernah gue ceritain."
"Gila, sumpah kenapa lo kaya gitu sama dia? Atau jangan-jangan..."
"Nar, gue izin sama guru tadi nyokap ke sekolah, gue mau ada acara, hari ini lo duduk sendiri ya. Bye ciwi-ciwi ku!" Balqis segera mengambil tas miliknya dan meninggalkan kelas. Tiba-tiba Balqis kembali lagi ke kelas. "Oh iya, bye Ken aku!"
"Ditinggal again." Ken memasangkan wajah yang sangat datar.
"Belum masuk aja udah izin." Rissa mendumel heran.
"Jadi?"
"Pagi anak-anak." Bu Eka, guru Bahasa Indonesia masuk ke dalam kelas bersama—tunggu itu Gavin.
Jangan bilang dia
"Perkenalkan dia Gavin, anak baru di sekolah ini."
"Halo. Gue Gavin." Suaranya yang khas itu membuat murid perempuan di kelas menjadi ramai.
"Duduk sama gue dong!"
"Id line sabi."
"Kata temen gue udah ada cewek belum!"
"Ganteng banget sih kamu." Celetuk Kamil si perusuh kelas itu.
"Homo njir." Afif teman sebangkunya itu menoyor kepala Kamil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nara [SUDAH TERBIT]
TeenfikceRasa itu yang memulai, rasa itu yang membuat semuanya berbeda, rasa itu yang menemukan kata cinta, tetapi cinta yang dapat mengubah rasa itu. Meskipun Nara belum mengenal cowok itu sepenuhnya, rasa itu mulai ada. Sampai akhirnya ia lebih memilih dia...