Di kamar,Gavin kini sedang merapikan kaset PS-nya yang sangat berantakan. Bukan hanya kaset saja. Pikirannya hanya melayang kepada kamarnya yang seperti kapal pecah, siapa lagi kalau bukan karena Nino yang suka sekali hanya sekedar berbaring lalu mengobrak-abrik kamarnya.
Gavin memang tidak rajin, setidaknya ia suka membereskan apapun jika yang ia lihat memang berantakan.
"Dosa apa gue coba." Dumelnya sambil membereskan bantal guling yang sudah terpisah dari sarungnya. "Kalo bukan adek gue, udah gue pindahin ke pluto."
Mungkin sekarang hanya semut dan para cicak yang sedang mentertawakan dirinya. Mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur, kini bagiannya yang harus membereskan.
3 kali ketukan pintu membuat Gavin berdecak, "Siapa?"
"Ini Mama, Vin."
Gavin mendengus sambil mengusap peluhnya karena lelah membereskan kasurnya, "Masuk Ma, nggak dikunci."
Ayu membuka pintu lalu mendekati anak sulungnya itu. Wajahnya sedikit terkejut sambil menganga. "Kesambet apa anak Mama beres-beres."
"Duh Maaa, kan Gavin sering bilang. Kalau Gavin gak ada di rumah, jangan biarin Nino masuk kamar." Gavin mengacak rambutnya frustasi, ya kalian bisa tahu mana wajah yang dikasihani mana wajah yang menyebalkan tapi lucu.
Tawa Ayu seketika pecah dan langsung membalasnya dengan cepat, "Biarin aja sih, adik kamu sendiri. Bukan orang lain."
"Terserah dah."
"Ngomong-ngomong orang lain, Kamu udah punya..." Belum saja Ayu melanjutkan pembicaraannya, Gavin sudah menyelak, "Udah punya, nih." Gavin menunjukkan ototnya yang baru-baru ini tumbuh. Dengan gayanya yang sok keren Ayu hanya menggelengkan kepalanya sambil menyentil telinga Gavin.
"Bukan itu ih."
"Terus apa dong?" Gavin hanya pura-pura tidak tahu, padahal ia tahu apa yang akan ditanyakan Mamanya itu.
"Kamu pasti tahu kan." Ayu hanya tersenyum singkat, ia hanya berharap usaha pertanyaannya ini akan dijawab benar-benar oleh anaknya.
"Ma, aku belum mau pacaran."
Seketika Ayu langsung menatapnya tajam, perlahan tapi menusuk. Ia mengerutkan dahinya. "Mama gak pernah nyuruh kamu pacaran, Gavin."
"Tapi pertanyaan Mama seakan-akan nyuruh aku buat cari pacar."
"Pede banget kamu, ew." Ayu menaikan sebelah bibirnya geli. Hanya kata sabar yang ada di dalam hatinya. "Ya tapi kamu tau kan? Mama pengen punya anak perempuan dari dulu. Seenggaknya kamu bawa temen perempuan terdekat kamu biar Mama bisa ngobrol. Itu aja cukup."
"Baru kali ini ada emak begini, huh." Gavin langsung mendapat jeweran dari Ayu.
"Pokoknya besok ya."
"Kalau tahun depan aku turutin."
"Nggak mau."
"Mauin lah."
Ayu langsung menatap Gavin seakan-akan ingin mengintrogasi. "Bilang aja gak laku, ya kan?!" Ayu menunjukkan jari telunjuknya ke wajah Gavin.
"Jahat banget!" Gavin memasangkan wajah tidak enaknya. Untung sayang, kalau tidak?
"Ah kamu mah nggak tau sih, Mama dulu primadona, banyak yang ngejar Mama. Masa anaknya gak ada sih." Ayu menatap kuku-kukunya sambil iseng membersihkannya.
"Paling yang mau Ayah doang." Bisiknya pada Ayu.
"Enak aja, liat kamu ya." Omel Ayu.
"Napa jadi berantem si, Ma."
![](https://img.wattpad.com/cover/110176573-288-k614976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara [SUDAH TERBIT]
Teen FictionRasa itu yang memulai, rasa itu yang membuat semuanya berbeda, rasa itu yang menemukan kata cinta, tetapi cinta yang dapat mengubah rasa itu. Meskipun Nara belum mengenal cowok itu sepenuhnya, rasa itu mulai ada. Sampai akhirnya ia lebih memilih dia...