"Naraaaa!"Nara dan Gavin terkejut dan saling menutup telinganya karena suara mereka yang sangat berisik seperti toa.
"Ih cokelat!" Chacha langsung merebut cokelat yang digenggam oleh Nara dan memoteknya 1 bagian. "Enak ih pagi-pagi makan cokelat." Celotehnya sambil mengunyah cokelat yang penuh dimulutnya itu.
"Itu basi." Celetuk Gavin sambil menunjuk cokelat yang sudah berada di mulut Chacha, mungkin sudah tertelan semua.
"HAH! DEMI APA?" Chacha langsung menjulurkan lidahnya sambil berlogat seperti orang ingin muntah.
"Tapi boong."
"Hahahaha, rasakan sensasinya, Cha." Balqis langsung menoyor kepala Chacha gemas.
"Lagian orang itu cokelat spesial main rebut aja." Gavin menatap Nara lama, "Yegak?" ia langsung menaik-turunkan alisnya.
"Ugh, gemasnya." Rissa melintirkan handuk kecil yang biasa ia bawa itu.
Nara hanya menatap mereka dengan tatapan seolah menusuk. Tetapi mereka balik menatap dengan tatapan jahil. Biasa, seperti itulah teman sebenarnya.
"Vin, lo duduk di sini aja. Gue mau sama Ken. Ok?" Balqis menaikkan sebelah alisnya.
"Santui." Senyum sumringah sudah berada pada wajah Gavin.
"Ya udah, gue berdua ke belakang ya dah. Hehe." Rissa dan Chacha ke bangku barisan paling belakang, sesekali yang Nara dengar mereka curhat tentang cogan.
Apalagi ini?
"Vin." Nara meletakkan bungkus cokelat yang belum habis di atas mejanya.
"Hmm."
"Lo pernah ngerasain sesuatu nggak?"
"Sesuatu apa?" Gavin langsung menatap Nara. Mereka saling menatap, tetapi hanya sebentar karena Nara langsung menundukkan pandangannya. Itulah kelemahan Nara, ia tidak bisa memandang lama lawan jenisnya.
"Nggak jadi deh." Nara menghirup dan menghembuskan nafasnya perlahan.
"Don't turn away, kalo lo udah mau nanya sesuatu sama gue. Jangan pernah bilang gak jadi. Okay."
"Gue malu." Nara semakin menundukkan kepalanya.
"Sumpah." Gavin menjambak rambutnya sendiri seolah frustasi.
"Kenapa?" Nara menatap Gavin dengan tatapan tidak mengerti.
"Abang gemes sama dedek." Gavin mencubit pipi Nara gemas, sambil sesekali memukul pelan kepala Nara.
"Ih, serius. Malah geplak pala." Gerutu Nara sambil melipat kedua tangan di dadanya.
"EKHEM." Ken yang baru saja masuk bersama Kamil langsung membopong tubuh Kamil seolah Kamil pingsan.
"Aduh tolong ini babu gue pingsan." Ken langsung mengipas wajah Kamil dengan tangannya.
"Pingsan kenapa tuh?" Celetuk Chacha dengan suara yang penuh arti. Apalagi kalau bukan suara meledek.
"Ini keselek biji duren."
"Kegedean kocak." Kamil langsung menoyor kepala Ken.
"Lewatnya pinggir sini jangan ganggu."
Semua yang berada di kelas tertawa geli karena perlakuan mereka meledek Nara dan Gavin. Nara yang merasa pun hanya menahan tawa. Sedangkan Gavin dia hanya tertawa geli sambil mengangkat ibu jarinya kepada Kamil dan Ken secara diam-diam.
•
"Nara kalo sakit kenapa gak pulang aja?" Rissa menyentuh telapak tangan Nara sambil sesekali mengusapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara [SUDAH TERBIT]
Teen FictionRasa itu yang memulai, rasa itu yang membuat semuanya berbeda, rasa itu yang menemukan kata cinta, tetapi cinta yang dapat mengubah rasa itu. Meskipun Nara belum mengenal cowok itu sepenuhnya, rasa itu mulai ada. Sampai akhirnya ia lebih memilih dia...