"Terkadang berpura-pura menjadi kuat itu butuh energi dan mental yang kuat."
~Milla Yuliana~
****
Givan tidak pulang kerumahnya melainkan pergi kerumah Lucky. Merekan sudah berjanjian akan berkumpul di rumah Lucky setelah sepulang sekolah. Tapi berhubung Givan mengantarkan Milla, ia jadi telat dan harus membelikan camilan untuk temanya sebagai hukuman. Padahal sebenarnya setiap kali mereka berkumpul bersama yang selalu membeli camilan adalah Givan.
Givan memasuki halaman rumah Lucky. Baru saja Givan keluar dari mobilnya, Zahra-adik Lucky langsung berlari sambil memeluk boneka taddy bear-nya.
"Bang Gipan!" Teriak Zahra sambil berlari.
"Eh ada Zahra. Abang Lucky nya ada?" Sapa Givan sambil menanyakan dimana Lucky padahal dia tahu persis sekarang Lucky sedang berada dimana.
"Ihh. Bang Gipan mah gitu. Halusnya tuh abang tanyain Jahla bukan bang Luki." Gerutu Zahra dengan suara cadel khas anak berusia empat tahun.
Zahra memang dekat sekali dengan Givan. Terkadang Lucky saja suka bingung. Sebenarnya kakaknya itu dia atau Givan."Iya iya maaf ya cantik" ucap Givan sambil mengusap puncak kepala Zahra dengan gemas.
"Iya deh Jahla maapin. Yaudah Jahla mau main dulu ya bang Gipan. Bang Luki ada dikamal tuh abang masuk aja ya." Ucap Zahra sambil berlari menuju taman tempatnya bermain bersama teman sebayanya.
"Lama banget sih lo Van" kesal Boby. "Lo gak tau napa ya gue udah kelaperan gini" lanjutnya sambil memegangi perutnya.
"Saan amat lo ya. Baru aja makan dua piring sekarang udah laper lagi." Jawab Lucky kesal sambil menoyor kepala Boby.
"Bacot lo berdua!" Ada jeda. "Tuh makan abisin kalo perlu sama bungkus-bungkusnya" lanjutnya
"Alah baperan lo mah Van" kata Boby sambil membuka bungkusan keripik kentang.
"Lo nungguin si Milla sampai sadar terus nganterin si Milla pulang?" Tebak Lucky tepat mengenai sasaran.
"Sumpah gue gak mau lagi berurusan sama dia." Kata Givan sambil mengusap wajahnya kasar.
"Kenapa dah?" Tanya Boby.
"Sumpah dah tuh cewek cerewet banget. Ngomong mulu. Udah gtuh ngomongnya ih jijik banget gue." jawab Givan kesal saat mengingat itu.
"Kalo gak karna temen-temenya titipin dia ke gue dan kalo gak karna dia kena bola karna gue, gue juga gak akan mau anterin dia ke bengkel." Lanjutnya sambil merebahkan tubuhnya di kasur milik Lucky.
"Bentar-bentar bengkel? Dia punya bengkel?" Tanya Lucky penasaran.
"Bukan. Dia ambil sepedanya di bengkel itu." Jawab Givan masih dengan posisi berbaring.
"Dia kesekolah naik----" belum selesai Boby menuruskan ucapanya sudah dipotong oleh Givan.
"Udah sih ngapain bahas dia gak penting banget." Potong Givan berdiri sambil pergi meninggalkan Lucky dan Bobby.
****
Milla yang sedang asik bersama novel-novel nya tersebut seketika teringat akan sosok Givan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR IS MY BOYFRIEND [Completed]
Подростковая литература[Part Lengkap] [BELUM DI REVISI] "Gue gak suka sama lo!" Bentak Givan. "Nanti juga Gipan bakal suka sama Milla." Jawab Milla dengan senyum percaya dirinya. "Gak akan!" "Dengar ya Gipan, sekarang emang Gipan gak suka sama Milla tapi nanti Milla yakin...