Dua hari berlalu. setelah perdebatan antara Givan dan Nando, tidak ada yang saling menyapa satu sama lain.
Selama dua malam ini kegiatan Givan kalau tidak ikut balapan liar ya pergi ke club malam. Meminum minuman terkutuk itu. Bahkan dua hari ini Ia sama sekali tidak mengunjungi Milla dirumah sakit.
Givan sangat kacau. Pulang kerumah dalam keadaan mabuk, bahkan Nando hanya memperhatikan anaknya dengan tatapan dingin.
Maya benar-benar jengah dengan sikap anak satu-satunya itu. Ia benar-benar kesal pada Givan karna melampiaskan emosinya pada hal negatif.
Givan berjalan gontai menuju kamarnya. Sesekali juga ia memijit pangkal hidungnya karna merasakan sensansi pusing akibat alkohol yang ia minum.
"Givan!" Panggil Maya sama sekali tidak didengar oleh Givan.
Givan masih berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sesekali juga ia sampir terjatuh karena pusing menghampiri kepalanya.
"Givan!" Maya kembali memanggil Givan.
Tidak ada tanda-tanda Givan akan berhenti berjalan ataupun menjawab panggilan dari Maya.
Tiba didepan pintu kamarnya, Givan hendak menarik kenop pintu kamarnya namun Maya lebih dulu menarik tangan Givan hingga Givan berbalik berhadapan dengan Maya.
"Givan mau sendiri." Bau alkohol menyengat indra penciuman Maya saat Givan membuka suaranya.
"Mama mau bicara sama kamu!"
"Givan bilang Givan mau sendiri!"
Givan memutar kenop pintu, namun suara Maya menghentikan aksinya.
"Dengan mabuk seperti ini apa masalah kamu cepat selesai?" Tanya Maya dibalik punggung Givan.
"Aku bisa lupa."
"Cuma sementara. Setelahnya bahkan kamu lebih menyesal."
"Kalau Milla tau kamu seperti ini, dia pasti akan sangat kecewa dan menyesal sudah mengorbankan dirinya buat orang gak tau diri dan pengecut kayak kamu, Van!" Sambung Maya membuat Givan tersentil.
"Milla pasti menyesal karna sudah suka sama orang yang selalu menghindar dari masalah."
"Disaat kamu butuh sesuatu atau kamu dalam keadaan kesepian siapa yang selalu ada buat kamu?! Siapa yang dulu bela-belain bergadang sampai larut malam cuma buat selesain tugas kamu?! Siapa Van siapa?!"
"Dan sekarang orang yang selalu bantu kamu ada dirumah sakit dalam keadaan koma!"
"Kemana kamu disaat Milla lagi butuh seseorang buat menguatkannya? Mama kecewa sama kamu, Van! Mama malu punya anak pengecut kayak kamu!" Tumpah sudah emosi Maya.
Maya pergi meninggalkan Givan yang masih diam mematung membelakanginya.
Givan diam tak bergeming. Satu kristal bening mengalir membentuk sungai kecil dipipi Givan.
Givan membuka pintu dengan air mata yang semakin deras. Ia mengingat saat Milla membantunya merangkum tugas yang sangat ia malas untuk mengerjakannya.
"Gipan" panggil Milla
"Hm.." Givan berdehem dengan mata masih terfokus pada layar diponselnya.
"Kamu udah selesain tugas?" Tanya Milla saat melihat buku berserakan diatas kasur Givan.
Milla memang masuk kedalam kamar Givan hanya untuk menghilangkan rasa rindunya. Saat melihat buku berserakan di kasur dan Givan sedang bermain game diponselnya, Milla pikir Givan sudah menyelesaikan tugasnya lalu bermain game. Tapi ternyata jawaban Givan membuat Milla geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR IS MY BOYFRIEND [Completed]
Teen Fiction[Part Lengkap] [BELUM DI REVISI] "Gue gak suka sama lo!" Bentak Givan. "Nanti juga Gipan bakal suka sama Milla." Jawab Milla dengan senyum percaya dirinya. "Gak akan!" "Dengar ya Gipan, sekarang emang Gipan gak suka sama Milla tapi nanti Milla yakin...