38

2.5K 102 1
                                    

Givan mengendarai motornya dengan sangat cepat tanpa memperdulikan umpatan, sumpah serapah dari pengendara lain dan bahkan keselamatannya sendiri.

"Gue gak akan biarin lo dalam bahaya!"

Givan benar-benar kalut saat tau Milla berada dalam markas Vito. Givan benar-benar khawatir melebihi rasa khawatirnya dulu pada Ayulia.

Sekitar dua puluh menit Givan sampai di depan gedung tua yang masih berdiri kokoh. Dinding-dinding yang telah usang serta semak belukar menambah kesan menyeramkan pada gedung tua di hadapannya ini.

Kedatangan Givan disambut oleh lima orang yang sedang menjaga gedung itu dengan tatapan meremehkan saat Givan memberhentikan motornya.

"Minggir!" Ucap Givan pada kelima orang itu dengan tatapan tajam.

Salah satu dari mereka maju dengan tatapan masih menatap Givan.

"Nyalimu besar sekali untuk datang sendirian ke markas kami."

"Gue gak ada urusan sama lo semua!" Kata Givan lalu kembali melangkah maju untuk melewati kelima orang itu.

Baru tiga kali melangkah, dada Givan sudah didorong oleh salah satu dari kelima orang itu.

"Bocah ingusan banyak gaya!" Ejeknya membuat Givan menggeram marah.

Entah siapa yang memulai duluan, kini Givan sudah melawan kelima orang itu sendirian. Pengecut memang, lihatlah lima banding satu itu benar-benar penngecut.

Givan tersenyum mengejek, "Lo semua pengecut!"

Tendangan serta pukulan terus menerus dilakukan oleh Givan. Givan bahkan memberikan pukulan telak pada salah satu dari mereka hingga membuatnya tersungkur ke tanah.

Keempat orang itu menggeram marah melihat salah satu temannya terkena pulukan Givan hingga terjatuh dengan begitu mengenaskan.

Givan terus diserang oleh mereka, hingga salah satu dari mereka memberikan pukulan. Givan belum sempat menghindar, namun pukulannya tak mengenai Givan. Ada seseorang yang menahan pukulan itu hingga tak mengenai Givan.

"Lucky," Kata Givan tak percaya bagaimana bisa lucky berada disini dan membantunya.
Bahkan saat ini bukan hanya lucky saja yang membantunya, melainkan juga ada Bobby, Om Hendra (papa Gissa dan Gea), dan juga Papa-nya Nando.

"Ck. Mau sampai kapan lo bengong kayak gitu? Cepetan masuk kedalam, selamatin Milla," Ucap Lucky yang langsung diangguki oleh Givan.

Salah satu dari anak buah Vito hendak menghalangi jalan Givan untuk masuk kedalam gedung, namun Lucky sudah lebih dulu menendang laki-laki itu hingga ia memekik kesakitan.

"Urusan lo sama gue!" Kata Lucky dengan tatapan tajam.

"Sialan kau bocah ingusan!" Setelah mengucapkan kalimatnya, laki-laki itu langsung menyerang Lucky.

Kembali pada Givan yang sudah mulai masuk ke bibir gedung tua yang telah usang itu. Baru sampai di ambang pintu, Givan sudah mulai mencium bau alkohol yang sangat menyengat indra penciumannya.

Botol-botol minuman berserakan dengan jumlah tidak bisa dikatakan sedikit. Sepertiya mereka pecandu minuman haram itu pikir Givan.

Givan terus berjalan memasuki gedung tua itu. Semakin dalam Ia memasuki gedung tua itu sampai dimana Ia melihat seseorang duduk dengan kepala menunduk serta tali gang melilitin tubuh mungilnya itu, bahkan saat ini keadaannya sudah sangat berantakan.

Givan berjalan semakin mendekat membuat dadanya semakin sesak melihat gadis itu dengan penampilan yang sangat berantakan.

Tepat saat Givan sudah berada dihadapan gadis itu, gadis itu mengangkat kepalanya dengan sangat pelan.

MY SENIOR IS MY BOYFRIEND [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang