🥀1. Prolog

13.4K 975 81
                                    

Aku selalu memperhatikannya. Melihatnya dari balik sebuah kaca yang membatasi raga kami berdua. Walaupun tubuhku sanggup memecahkan sekat diantara kami, aku tetap saja tidak bisa melakukannya.

🥀🥀🥀
Black Tulip
Jungkook Fanfiction
180314

Suara kecipak air terdengar begitu nyaring kala seorang menapakkan sepatu kulitnya diatas setapak. Awan mendung baru saja meninggalkan kota Seoul dengan hawa dingin yang begitu mencekam. Ditambah lagi, jejak-jejak air hujan masih menggenang dimana-mana membuat lembab suasana jalan yang kini telah sepi.

"To—tolong!"

Teriakan itu menggema dari sudut gang sempit setelah pertigaan toserba dekat halte. Suara nyaring sepatu kulit sang pemilik juga mewarnai indahnya melodi teriakan yang kini ia raungkan. Ditangannya, nampak sebuah koper besar berwarna coklat beludru. Nampak mahal, seperti apa yang orang itu kenakan.

"J—jangan! Tolo—"

Bruk!

Sial! Ia tidak memperhatikan jalan saat berlari. Akhirnya, ia jatuh tersungkur karena terjegal kakinya sendiri. Pria yang diketahui baru saja memenangkan tender sebuah proyek apartemen di tengah kota maju seperti Seoul itu nampak kotor dengan jas yang kini ternodai oleh lumpur. Dia lebih pantas disebut tunawisma daripada seorang Pemimpin perusahaan yang baru saja memenangkan tender.

"Kau mau lari kemana?"

Seseorang yang nampak santai berjalan kini menghampirinya, tersenyum miring dengan begitu remehnya.

"Kau tidak bisa lari dariku, Tuan," ujarnya.

Orang yang memiliki surai sehitam malam dan bias wajah yang begitu tampan tersebut bergerak cepat tanpa sang mangsa menyadarinya. Kaki mangsanya telah dicengkeram kuat sekarang. Mata merahnya menatap remeh bahkan ia sempat membuang ludahnya tepat mengenai wajah pria yang diketahui berumur 58 tahun tersebut.

"I—ini!!! ambilah!! jangan menggangguku!!" usir pria itu.

Sebelah tangan bebasnya meletakkan kayu yang ia bawa kemudian merebut koper yang sepertinya berisi dokumen penting.

"Kau mau bermain denganku?" tanyanya tetap dengan seringai mengerikannya.

"B—bermain?! tidak! aku ti—"

Ia membuka kunci tas tersebut dengan mulutnya lalu menumpahkan seluruh isi tas tersebut.

"Ini hanya sampah," ujarnya.

"I-itu—"

"Cih! kau pikir aku anak-anak yang mudah tertipu dengan akal rendahan yang kau miliki, Tuan?" tanya lelaki yang melempar tas tersebut ke tong sampah.

"Bohong! disana ada dokumen tentan tender itu,"

"Mana? tidak ada?!"

Dengan polosnya ia mengobrak abrik kertas yang telah basah karena air dengan kedua tangannya. Merasa ancamannya lengah, pria paruh baya itu bangkit kemudian berlari tunggang langgang walau ia tau kakinya telah patah karena cengkraman tadi.

Pria yang sedang berjongkok itu mendongak, ia tersenyum manis saat itu juga kemudian membersihkan tangannya lalu kembali mengejar pria yang ia yakini telah lari cukup jauh darinya.

Pria yang dikejar tersebut mulai kelelahan, ia nampak terengah-engah di jalan sempit tersebut namun ia memaksa tubuhnya memutar dan mengamati orang yang mengejarnya. Ia merasa sudah aman dan bernafas lega, tapi—

"Kau cari apa? aku disini,"

Lelaki dengan surai hitam dan mata merah tersebut telah duduk dengan santainya di atas tong sampah yang tertutup.

"Aku mohon, jangan —"

'klak'

Terlambat, pria yang masih terlihat muda di usianya yang menginjak 115 tahun itu telah mematahkan lehernya.

"Ak—"

"Maaf, aku hanya menjalankan tugasku sebagai peliharaan tuanku," desisnya tepat di telinga orang yang kini telah ia patahkan kepalanya.

Tangannya merogoh saku jas hitam yang pria itu pakai dan menemukan lipatan kertas yang ia cari.

"Voila! aku bisa pulang dan tidak berurusan dengan tua bangka cerewet itu lagi,"

Ia nampak senang, terlihat dari ia mengibar-ngibarkan kertas itu diudara sambil tertawa ngeri.

Tak puas sampai disitu, sebelum ia meninggalkan targetnya, laki-laki tersebut menggigit leher yang telah patah lalu menghisap habis darahnya. Ia meminumnya dengan brutal seakan tidak pernah menemukan darah seenak itu selama ia hidup.

Setelah puas, ia memisahkan tubuh buruannya menjadi 7 bagian kemudian membuangnya sembarang dengan membawa kepalanya pergi.

"Ini hadiah untukmu, tua bangka!"

Ia tertawa sambil menatap kepala yang ada di tangannya.

Next? Yay or Nay?
Pendapat dong?
Kalian bosen gak kalo Ji bikin castnya pake JeKa terus? engga kan ya huhu :(
Ini mau dibikin kayak gloomy atau gimana?
Chapter aku pikir standar aja ya, hehe

검은 튤립 [Black Tulip] × Jungkook [CLOSED PO] [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang