🥀7. Blood in Water and Dark-Red Tulips

4.3K 693 254
                                    

Jiseo menatap tulip yang ada ditangannya sembari duduk di bingkai jendela kamarnya. Mulutnya terlihat mengunyah makanan yang ada dalam bungkus di pelukannya. Hujan belum mereda semenjak ia menjatuhkan titik-titik airnya sedari tadi. Sesekali ia menyasap aroma tulip merah pekat pembelian Jungkook tersebut.

"Mengapa tidak layu? bahkan aku tidak meletakkannya di air sama sekali," gumam Jiseo.

Jiseo menyentuh kelopaknya, benar-benar kaku seperti es namun lembut saat ia mengusapnya. Gadis itu lantas beranjak kemudian mengambil vas kosong yang ada di meja riasnya. Ia berlari ke kamar mandi lalu mengisi airnya hingga mencapai setengah. Ia ingat dengan apa yang Jungkook katakan tadi siang padanya.

Jiseo kembali kedalam kamar, meletakkan vas berisi air tersebut diatas meja. Sementara, tulip pemberian Jungkook masih berada di tanganya.

"Goblin akan datang dan mengabulkan seluruh permintaan jika pengantinnya meniup lilin. Jadi, apakah dia juga akan mengabulkan permintaanku jika aku meneteskan darahku?" tanya Jiseo.

Jam di meja belajar Jiseo menunjukkan pukul 11.30 malam saat itu. Penasaran, ia lantas mengambil cutter diatas meja lalu mendorongnya hingga mata cutter tersebut keluar.

"Jika memang bisa, aku akan meminta ibu hidup kembali," katanya yakin.

Dengan ragu, ia menggoreskan ujung cutter tersebut pada jari telunjuk kirinya mengingat jari kanannya sedang terluka.

"A!"

Darah menetes seketika saat Jiseo berhasil melukai bagian tubuhnya sendiri. Tetesan darah itu bahkan sampai mengotori lantainya jika ia tidak cepat-cepat meneteskannya pada air didalam vas. Setelah itu, ia meletakkan tulip tersebut dan mengusap kelopaknya dengan jari yang masih memiliki sisa noda darahnya.

Jiseo menatap ke arah luar jendelanya. Hujan disertai badai besar harus membuatnya tinggal sendiri di rumah karena ayahnya tidak bisa pulang.

"Ramalan cuaca yang tepat," gumam Jiseo sebelum beranjak mengambil handuk yang tergantung di sudut kamarnya. Entah mengapa ia ingin berendam air hangat tengah malam seperti ini.

Beberapa menit kemudian, Jiseo terlihat keluar dari kamar mandi sembari menggusap rambutnya yang basah dengan handuk. Ia lantas duduk didepan meja rias lalu mengambil hair dryer dalam laci, tapi-

Mata Jiseo terbelalak lebar saat ia menemukan 3 tangkai bunga tulip pada bingkai jendelanya. Jiseo berjalan perlahan, mengurungkan niatnya mengeringkan rambut dan memilih mendekati bingkai jendelanya. 2 tangkai tulip merah pekat dan setangkai tulip merah yang seperti ayahnya berikan padanya. Tangannya yang bergetar mengambil ketiga tulip tersebut, lalu melongok keluar jendela.

"Tidak ada siapa-siapa," gumam Jiseo.

Ia yang ketakutan segera menutup kemudian mengunci jendelanya rapat-rapat.

"Kau menyukainya?"

"Oh astaga!"

Jiseo berbalik dan mendapati Jungkook tengah duduk diujung ranjangnya. Ia mendengus kesal, mengapa Jungkook selalu datang dengan cara mengagetkan dirinya. Jungkook hanya tersenyum tipis sebelum melipat kedua tangannya didepan dada. Lelaki muda yang mengaku berumur 115 tahun tersebut nampak duduk angkuh disana.

"Kau tau, ruangan ini sangat dingin," ujar Jungkook.

"Di-dingin?"

"Mm ... bisakah kau membuatnya lebih hangat?" tanya Jungkook.

"Aku sudah menyalakan penghangatnya, kau-"

"Bukan itu, tapi-"

Jiseo terpaku.

검은 튤립 [Black Tulip] × Jungkook [CLOSED PO] [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang