Jiseo baru saja pulang dari minimarket tak jauh dari rumahnya sembaei memeluk paper bag coklat berisi beberapa belanjaan. Kakinya berjalan menapaki aspal sembari sedikit terseret karena tali sepatunya yang terlepas. Ia takut akan terjegal jika sampai menginjak tali sepatunya sendiri. Namun, ketika Jiseo ingin masuk ke gerbang, ia melihat Jimin sedang bermain sendirian di depan rumahnya.
"Jiminie?"
Bocah 5 tahun itu mendongak, ia tersenyum mengenali siapa yang memanggil namanya. Jimin lantas bangkit dan berlari begitu saja menyeberang jalan tanpa menyadari bahwa ada sepeda motor yang melaju cepat.
"Jim—"
Jiseo belum terlambat, ia berlari mengambil tubuh Jimin yang hampir saja tertabrak walaupun akhirnya ia terjegal kakinya sendiri dan jatuh. Barang bawaannya pun berhamburan ke jalan.
"Kau tidak apa-apa?"
Jimin menangis, anak itu jatuh diatas tubuh Jiseo. Tidak luka bahkan tubuhnya masih halus tiada cacat. Berbeda dengan Jiseo. Sikunya terilihat berdarah.
"Jiminie, sshh … anak baik tidak menangis," bujuk Jiseo. Gadis dengan kaos putih itu segera berdiri kemudian menggendong Jimin, "Jiminie … ." Jiseo mengusap air mata anak itu. Mungkin dia menangis karena kaget.
"Jimin?"
Tak lama Yoongi yang baru pulang keluar dari mobil, ia melihat adiknya menangis dan langsung merebutnya dari Jiseo.
"Kau apakan adikku?!" geretaknya.
"Ti—tidak, dia—"
"Kau tidak apa-apa?" tanya Yoongi pada Jimin.
"Jim—Jiminie takut, hyung …," jawab Jimin sambil terisak.
"Hyung disini, kau tidak usah takut," Yoongi mengusap pipi gemuk Jimin. Ia kemudian menatap Jiseo dengan ekor matanya. Hidungnya menangkap bau darah yang keluar dari lengan Jiseo.
Gadis itu baru sadar dan mengingat bahwa Yoongi bukanlah vampire baik-baik. Menyeramkan. Ia segera menutup lukannya dengan tangan.
"Ah, jika tidak ada Jimin kau adalah santapan keduaku hari ini," lirih Yoongi.
Jiseo mundur, ia takut apalagi ketika Yoongi terus mengendus dan menghirup aroma tubuhnya.
"Tulip merah pekat, aroma ketika ia tersiram embun. Pantas!" ujarnya.
"Mu—mundur, jangan mendekat …," Jiseo nampak ketakutan.
"Jungkook sedang tidak ada, kau tunggu sini karena aku akan mengisap darahmu sampai kering …," Yoongi menyeringai.
"Hyung?"
"Mm? hyung hanya bermain dengan noona ini, Jiminie," Yoongi mencubit hidung Jimin, "ayo masuk," pria putih pucat itu segera membawa Jimin yang masih terus menatap Jiseo masuk ke dalam rumah.
"Mengerikan sekali dia …," Jiseo kesal, ia lantas memungut belanjaannya yang berhamburan diatas aspal kemudian pulang ke rumah.
"Seo-ya, kau dari mana?" tanya Taehyung yang baru keluar dari dapur membawa secangkir kopi.
"Supermarket, ayah," jawab Jiseo yang meletakkan belanjaannya diatas meja. Ia mengambil beberapa snack dan minuman kemasan sebelum berlari keatas.
"Sayang! sikumu?"
"Ah, hanya jatuh!" jawab Jiseo.
Taehyung menggeleng pelan, ia meminta Jiseo mengobati lukanya sebelum terjadi infeksi. Namun Jiseo mengabaikannya. Terpaksa, pria tampan itu membawa kotak obatnya kemudian pergi ke kamar putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
검은 튤립 [Black Tulip] × Jungkook [CLOSED PO] [√]
Fanfiction14 Maret 2018 [COMPLETE IN BOOK!] PRE ORDES STATUS = END E-BOOK = CLOSED FOR A WHILE "Tulip hitam yang tergeletak di depan kamarku, adalah awal dari semua tragedi yang terjadi padaku." Jungkook!AU! √ Kim Jiseo as You √ Jeon Jungkook of BTS as Himse...