🥀5. Scentist

4.6K 745 146
                                    

Jiseo masih terpaku menatap tulip hitam yang belum ia sentuh sama sekali di bingkai jendelanya. Ia takut, sungguh! bahkan ia belum tidur dari semalam. Matanya terlihat berkantung dan kini mulai berair. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali ia menguap.

"Apakah benar cerita bunga tulip hitam itu?" tanya Jiseo.

Ia lantas bangkit dari tempat tidurnya, tangannya yang gemetar mengambil bunga tulip yang seolah membeku dengan beberapa titik embun di kelopaknya. Jiseo menatapnya lekat-lekat, mendekatkan pada hidungnya dan mencium aromanya.

"Berbeda," lirih Jiseo.

Ya, wangi bunga tulip itu berbeda dari tulip biasa. Lebih pekat dan juga—

Lebih menggoda.

"Ini hanya tulip biasa, tapi mengapa semua orang takut dengan tulip ini," gumam Jiseo.

Ia menggidikkan bahunya lantas membawa tulip tersebut ke dalam kamar mandi. Jiseo ingat, ada vas kosong disana. Ia ingin meletakkan tulip 'kutukan' itu di dalam vas kaca bening dekat washtafel nya. Setelah selesai, ia kembali masuk ke kamar merapikan sisa pecahan vas di lantai dan memungut kembali Tulip merah yang ayahnya berikan kemarin.

"A!"

Tanpa sengaja, tangan Jiseo tergores pecahan vas. Luka robek kecil tersebut meneteskan darah yang kemudian menempel di tulip merah miliknya. Cepat-cepat, Jiseo menghisapnya agar darah tersebut berhenti.

"Sial!" katanya.

Ia lantas pergi ke kamar mandi lalu membasuh lukanya. Matanya kembali melihat tulip hitam di hadapannya. Ia seolah terbius dengan harum yang begitu hangat dan seolah memang harum ini menjadi favoritnya sebelum ia sadar bahwa darah yang masih mengalir di jarinya menempel pada tangkai tulip yang kini ada di pegangannya.

"Ini bukan bau tulip," Jiseo meletakkan kembali bunga tersebut ke dalam vas.

"Sayang! kau sudah bangun?!"

Teriakan ayahnya menyadarkan Jiseo dari lamunannya. Ia segera keluar dari kamar mandi dan melihat ayahnya tengah membereskan pecahan vas yang berantakan di lantai.

"Ayah, biar aku saja," kata Jiseo.

"Sayang, ada apa? mengapa vas ini—"

"Tidak, aku tidak sengaja menyenggolnya dan kemudian vas itu jatuh," bohong Jiseo.

Kakinya melangkah kecil mendekati ayahnya. Ia kemudian mengambil sapu dan tempat sampah untuk membersihkan sisa-sisa kaca disana.

"Biar aku yang membuangnya keluar, Ayah," kata Jiseo.

"Kau tidak sedang membohongi ayah bukan?" tanya Taehyung.

"Ayah …"

"Sayang, kau sedang dalam bahaya. Ayah tidak ingin terjadi apa-apa denganmu, apa itu salah?"

"Aku baik-baik saja, buktinya aku masih didepan ayah sekarang," kata Jiseo.

Taehyung hanya menyisir rambut putri cantiknya ke belakang. Ia terlihat sangat khawatir, tapi —

"Ayah, aku bisa menjaga diriku sendiri," ujar Jiseo. Wajahnya datar, dingin bahkan seperti tanpa ekspresi.

Taehyung mengerti, sejak lahir Jiseo tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Ia sendiripun terlalu sibuk bekerja sampai-sampai ia menyerahkan pertumbuhan Jiseo kepada seorang baby sitter yang ia sewa. Mungkin dari sana, Taehyung berfikir bahwa Jiseo membencinya karena menelantarkannya. Maka dari itu, setelah Jiseo berumur 13 tahun Taehyung memutuskan memecat seluruh asisten rumah tangga dan baby sitter  yang mengurus dan mengawasi Jiseo lalu membiarkan dirinya berganti pekerjaan yang bisa ia selingi untuk merawat putri tunggalnya.

검은 튤립 [Black Tulip] × Jungkook [CLOSED PO] [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang