🥀10. Memories

4.7K 610 232
                                    

Setelah Jiseo pergi, Jungkook terdiam. Ia menatap bunga tulip merah didalam kotak yang beberapa hari lalu sempat ia awetkan. Pemuda dengan iris merah-jingga tersebur nampak sendu, terpaku dan tidak bergerak sama sekali kecuali mulutnya yang sedikit terbuka. Hujan masih saja mengguyur deras setelah sempat reda beberapa saat.

"Jadi, kau benar-benar bersedih?" lirih Jungkook.

Ia menyunggingkan bibirnya tipis lantas menoleh memperhatikan hujan diluar rumahnya. Tangannya menyentuh kaca bening dihadapannya. Dingin, seolah air mata itu tidak habis turun. Jungkook sedikit mendongak, matanya melihat ke arah jendela kamar di lantai 2 yang ada diseberang rumahnya. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya bergumam kemudian kembali duduk diatas kursi yang tadi sempat Jiseo duduki.

"Jangan terlalu keras, hatiku sakit mendengarnya," gumam Jungkook.

Ia memeluk kakinya sendiri seolah jiwanya benar-benar tersiksa sekarang. Tangannya meremas sweater putih bersih yang ia kenakan. Ada perasaan sedih berkecamuk didalam dadanya. Jungkook tidak sanggup menangis walaupun air matanya kini perlahan menetes. Otaknya masih merekam jelas kejadian yang pernah ia alami. Indah, sangat indah sampai ia sendiri mengakhirinya.

"Kau hanya membuang waktumu, Jeon!"

Yoongi berdiri didepan pintu dengan menyandarkan tubuh pucat tersebut pada bingkainya. Pemuda manis dengan kemeja biru gelap tersebut nampak melipat kedua tangannya. Matanya menatap sang sepupu yang terlihat sangat menyedihkan.

"Kau tau aku sudah menunggunya berapa lama, 'kan?" tanya Jungkook dengan suara paraunya.

"Ya, tapi percuma saja. Gadis itu bukan milikmu," jawab Yoongi.

"Hmm ... tapi aku sudah menandainya, hyung!" ujar Jungkook.

"Cih! tanda? dengan kau bercinta dan meninggalkan aromamu disana itu kau sebut tanda?!" remeh Yoongi.

Jungkook diam, balas menatap Yoongi saja tidak. Ia lebih memilih melihat ke arah Tulip merahnya.

"Dia tidak akan pernah tau jika kau telah menandainya. Bukankah itu akan menjadi bencana untuk gadis Kim itu?" tanya Yoongi.

"Aku sudah berjanji pada diriku sendiri,"

"Kau memberinya tulip hitam sama artinya kau memberinya pesan kematian, seperti kau-"

"Sudahlah, hyung. Aku muak mendengar omong kosongmu!"

Jungkook lantas beranjak mengambil mantelnya di lemari sebelum berjalan meninggalkan Yoongi.

"Argh! kau sungguh keras kepala!" ujar Yoongi kesal.

"Cepat, hyung! atau uang itu akan melayang ke tangan orang lain," sindir Jungkook.

Yoongi memukul tembok di sampingnya dan berakhir mau tak mau mengikuti adik sepupu sialannya itu.

"Kalian mau pergi?" tanya Namjoon yang kebetulan sedang duduk di kursi ruang tengah sembari menemani Jimin bermain.

"Ya, ada pekerjaan penting Ayah," jawab Jungkook.

Jungkook lantas mendekati Jimin yang sedang bermain lego diatas lantai.

"Jiminie?"

"Hyung, mau pergi kemana?" tanya Jimin.

"Hyung ada urusan sebentar," jawab Jungkook.

"Eung, Jiminie boleh ikut?" tanya Jimin.

"Tidak, Jiminie dirumah saja ... diluar sedang hujan, nanti Jiminie bisa sakit," kata Jungkook lembut. Ia mengusap surai hitam Jimin lembut.

검은 튤립 [Black Tulip] × Jungkook [CLOSED PO] [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang