Author's Pov
Aku masih berada di Tenda pengantin, dengan wajahku yang sangat kusam. Disini bahkan sangat membosankan.
"Tidak ada hiburan!" ucapku mendengus kesal. Aku masih berdiam diri menatap tamu tamu. Tiba tiba Edi datang dan menghampiriku."Kak rianti" ucapnya.
"Ya? Ada apa?"
"Ini dari seseorang" ucapnya seraya menyodorkan sebuah amplop yang berwarna pink.
"Dari siapa?" ucapku yang mulai bingung.
Edi hanya menaikkan bahunya, tandanya dia pun juga tidak tau.
"Aku pergi dulu yah kak" ucapnya sambil berlalu meninggalkanku.
"Aneh, dari siapa yah?" ucapku langsung membuka isi amplop tersebut dan mulai membacanya.
"Temui aku di taman sekarang!!"
Aku membaca surat tersebut dengan pikiran ku yang masih bingung. "Dari siapa yah? dan untuk apa aku kesana?" batinku.
Aku menghela napas ku panjang, aku melirik arloji yang berada di pergelangan tanganku, "masih jam 2, mending aku kesana dari pada kepo sampe mati" ucapku kepada diri sendiri.
"Tapi kalau Ayah, ibu nyariin gimana?"
"Tapi kan gue kepo"
"Gimana yah?"
"Emmmm kalau gue minta izin pasti nggak di bolein"
"Pergi ajah deh, orang cuman sebentar kok"Setidaknya begitulah yang terjadi pada diriku sendiri. Aku tidak ingin berlama lama larut dalan pikiran ku. Aku berjalan menuju taman untuk menemui seseorang tersebut.
......
Kini aku sudah berada di taman tersebut, pemandangan yang indah dipandang, udara yang begitu sejuk dihirup dan bisa mendamaikan perasaan ku seketika itu. Aku pun asyik bermain dengan pemandangan ini, ku rentangkan kedua tangan ku sejajar dan menghirup udara segar tersebut.
"Rianti" tiba tiba seseorang dari belakang memanggil namaku, dan suaranya tak familiar terdengar di kupingku. Aku membalikkan badan dan mendapati Alwan yang sudah berada di hadapan ku sekarang.
Sontak saja aku kaget dengannya. Pertanyaan bertubi tubi sudah ada dalam benakku. Aku masih menatapnya dengan wajah datar dan dia sudah siap untuk mengatakan sesuatu terlihat dari gerak gerik mulutnya.
"Oke rianti, loh udah dewasa. Jangan berpikir labil lagi. Loh nggak boleh emosi di depan dia, loh nggak boleh marah marah karena insiden masa lalu loh. Bener kata bunda loh harus berdamai sama masa lalu loh" batinku.
"Khmmm" dehem alwan dengan suara khas beratnya.
Aku sadar dalam lamunanku, aku kembali menetralkan jantung ku yang sudah berdetak dua kali lebih cepat, "duhh lebay banget sih gue, aduhh tarik nafas hembuskan, tarik nafass hufffttt" batinku lagi.
"Kamu yang nyuruh Edi anter surat itu?" akhirnya aku memberanikan diri untuk mengeluarkan sebuah kalimat untuk alwan.
"Hmm iyya aku yang nyuruh" ucap alwan.
Aku hanya mengangguk seraya memalingkan wajah dari tatapan matanya. "Aku mau ngobrol sama kamu, boleh?" ucapnya.
"Hmm boleh" ucapku singkat.
"Yaudah kita duduk dulu" ucapnya sambil mengajakku duduk di sebuah bangku taman. Aku hanya mengikuti arahan yang dia berikan.
"Rianti? Aku mau kita balik kayak dulu?" ucapnya seraya menggenggam kedua tangan ku.
"Hufttt kenapa dia ngomong gitu terus sihh, bosen gue" batinku.
"Kayak dulu apa?"
"Yahh aku mau kita balikan, kamu jadi pacar aku"

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionKamu pernah berjanji kepadaku kamu akan selalu ada menemaniku dan melindungiku. Kamu pernah bilang status pacaran itu hanya sekedar, seseorang yang singgah dihidupmu dan membekaskan luka dihatimu. Dulu kau mengikrarkan sebuah kata yang membuat ku pe...