lima belas

19 5 0
                                    

Aku berjalan di koridor sekolah, dengan langkah pelan. Suasana sekolah sekarang sudah sepi. Sahabat sahabatku sudah pulang sedari tadi. Aku meminta Kak Doni untuk menjemputku, dan berniat menunggu dalam kelas. Tetapi sudah 15 menit aku menunggu dia tak kunjung datang.

Jadi aku berniat untuk menunggu di depan pintu gerbang saja. Sangat bosan berada di dalam kelas. Amel tadi sempat ngajak pulang bareng, tapi aku menolaknya. Karena Amel harus buru buru pulang untuk menjaga Papanya yang sedang sakit.

Tetapi saat aku melangkah demi melangkahkan kaki ku, tiba tiba suara berat menghentikan langkahku.
"Rianti.."

Refleks aku pastinya sudah sangat mengenali suara tersebut, suara yang sangat familiar di telingaku, suara yang sangat aku rindukan yang sekarang jarang menelponku.
Siapa lagi kalau bukan Daniel.

Aku pun mengangkat kepalaku yang sempat tertunduk tadinya dan sedikit mengembangkan senyuman di bibirku. Tentunya aku bersorak di dalam hati

Aku membalikkan badanku masih dengan senyuman yang terukir di bibirku. "Daniel?" ucapku.
Daniel pun menghampiriku, "kenapa belum pulang?" ucapnya.

Aku melirik sekilas ke sekitaranku, sekolah benar benar sudah sangat sepi, tak ada satu pun siswa yang berkeliaran menyaksikan pertemuan ku dengan Daniel.

"Haii Rianti?" Daniel menyadarkan ku dari lamunanku.

"Eh maaf, kamu tadi nanya apa?"

"Kenapa jam sekarang belum pulang?" tanya Daniel.

"Ohh, aku lagi nungguin Kak Doni. Aku minta di jemput" jelasku.

"Ohh gituhh"

Aku hanya mengangguk dan tersenyum ramah kepada Daniel. Jujur sekarang aku merasa gugup bertambah sekarang keringat dingin seketika meluncur di pelipisku. Kenapa rasanya aku sangat grogi jikalau sudah berhadapan dengan Daniel?

Drttt Drttt...

Tiba tiba ponselku berdering nyaring.
Ku lihat nama yang tertera di layar ponselku, tanpa basa basi lagi aku mengangkatnya dan langsung tothepoint dengannya.

"Kakak kemana sih? Harus yah kalau jemput aku Mandi dulu, terus abis itu makan, terus sempet main game dulu" ucapku sekarang sudah kesal dengan seseorang yang di sebrang sana.

"Haduhhh buset deh, iya iya maaf. Gue lagi isi bensin tapi ngantrinya panjang banget"

"Loh mau di tengah jalan nanti mobil nya mogok? Terus gue suruh deh loh yang dorongin sampe rumah. Syukur syukur gue nelpon kasi kabar buat loh" ucap Kak Doni juga kesal.

"Loh kok Kakak sih yang marah sama aku? Harusnya tuh aku yang marah karena jemputnya lama banget. Heran deh sama kakak"

"Oke tunggu bentar, napaa. Kalau gak mau nunggu. Yaudah naik gojek aja atau naik taxi. Susah amat!!"

"Cepetan, aku tunggu" ucapku langsung mengakhiri sambungan telpon sepihak.

Aku sudah menebak pasti Kak Doni akan menyuruhku naik gojek atau taxi kalau aku gak bisa nunggu. Liatkan, aku jadi mati kutu deh ngelawan Kak Doni yang nyeselin itu!

"Kayak nya ada yang lagi kesel nih" ucap Daniel yang sedari tadi menyaksikan perang panas ku dan Kak Doni.

"Hehehehe abisnya Kakak aku itu nyeselin deh"

"Hehehe Kakak aku juga gitu, tapi walaupun nyeselin dia juga kakak kandung kamu. Dan kamu harus menyayanginya" ucap Daniel menyeramahiku.

"Hahaha iya iya"

"Aku temani boleh?" pinta Daniel.

"Heh?" ucapku kaget.

"Dari pada kamu sendiri nunggunya. Mending aku nemenin"

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang