-EIGHTEEN-

429 95 1
                                    

Kini Eunbi segera menghampiri Chanyeol yang sedang berdiri menyandar didepan mobilnya. Pria itu terlihat tersenyum ketika melihat Eunbi mulai mendekat menuju kearahnya.

"Sorry ya gue ganggu waktu lo bih."

"Gapapa ka santai aja." Padahal didalam hatinya Eunbi menggerutu tak jelas, namun tak mungkin kan ia berterus terang pada Chanyeol bahwa ia tak ingin pergi dengannya. Mengingat Chanyeol sudah jauh-jauh kemari menjemputnya, Eunbi tak tega jika harus menolaknya.

Eunbi masih punya hati gaisss :)

Di sepanjang perjalanan Eunbi hanya diam. Chanyeol yang memilih membuka pembicaraan, memecah keheningan diantara mereka.

"Lo udah makan ?" Tanya Chanyeol.

Ya tuhan Eunbi baru ingat kalau dari pagi pun ia tak sempat sarapan. Pantas saja badannya agak sedikit lemas. Namun untuk mempercepatnya Eunbi malah menganggukan kepalanya.

Jika ia berkata belum makan pasti Chanyeol mengajaknya makan dulu dan kegiatan mereka akan lebih lama, dan Eunbi sangat ingin cepat-cepat pulang kembali. Begitulah pikirnya.

"Bagus deh."

"Emang lo mau ngapain ka ke toko buku ?"

"Beli baju bih."

"Ih serius deh."

"Menurut lo gue mau ngapain kesana ?"

"Beli buku ?"

"Nah itu. Keliatan banget sih gabut gitu kaya ga ada pertanyaan lain aja."

Eunbi hanya mendelik pada Chanyeol. Pasalnya sedari tadi pun Chanyeol terus-terusan menggoda Eunbi.


Hanya perlu waktu 15 menit untuk sampai di sebuah Toko Buku yang cukup ramai. Chanyeol dan Eunbi pun sama-sama turun dari mobil, mereka segera memasuki bangunan tersebut.

"Lo cari buku apa ka ?"

"Sastra."

Eunbi hanya mengangguk-ngangguk mengerti.

Melihat Chanyeol yang sedari tadi asik memiliki dunia sendiri, gadis itu pun merasa bosan.

"Ngapain dia ngajak gue kalo asik sendiri. Kan nyebelin."

Eunbi lebih memilih mencari beberapa buku yang menurutnya hanya menarik. Matanya bergerak kesana kemari dan ia mendongakkan kepalanya.

Ada satu buku yang membuatnya begitu tertarik. Sebuah buku kutipan yang berjudul "LOVE IS ABOUT TAKING AND GIVING", namun sial tangannya tak bisa menggapai buku yang berada di posisi atas itu.

Tiba-tiba sebuah tangan terjulur untuk menggapai buku tersebut. Eunbi menoleh kebelakang melihat siapa pemilik tangan tersebut.

Matanya kini beradu pandang dengan si pemilik tangan. Mata sayu yang bertemu dengan sorot mata teduh dan tak lupa wajah tampannya membuat si pemilik mata sayu betah memandanginya.

"Biasa aja kali natapnya. Makanya badan tuh tinggin."

"Lo nya aja yang kelewat tinggi ka." Ujar gadis itu tu sambil berusaha merebut bukunya dari tangan Chanyeol. Namun Chanyeol malah mengangkat tinggi-tinggi bukunya dan membaca beberapa kalimat yang ada di cover bagian belakng buku tersebut.

"Cinta memang datang dengan mudah, ketika mencintai pun terasa sangat indah, hanya saja membuatnya mencintai terasa begitu susah." Lalu Chanyeol tersenyum sambil kembali menatap manik mata Eunbi.

"Sama kaya perasaan gue ke Lo." Lanjutnya.

Eunbi masih terdiam. Gadis itu masih mencoba mencerna perkataan Chanyeol, hingga akhirnya lelaki itu berujar lagi.

"Lo mau buku ini ? Ya udah sekalian gue bawa ke kasir ya."

"Engga-"

"Tenang aja. Gue yang bayar."




-R A I N-

Kini mereka sudah kembali. Setelah melewati jalanan yang macet hampir 1 jam karena ada sesuatu yang menghambat jalanan.

"Makasih ya ka udah beliin gue buku."

"Sama-sama, ga masalah kalo lo nya suka. Makasih juga udah nemenin gue."

"Iya sama-sama."

"Gue balik dulu."

"Hati-hati dijalan ka."

Setelah melihat mobil Chanyeol yang sudah menjauh, kini Eunbi memasuki rumahnya.

Ia menghela nafasnya. Ini benar-benar sudah waktunya mengerjakan tugas sialan itu.

Ia mendudukkan dirinya diatas meja belajarnya yang tepat berada disamping jendela. Hujan turun dengan lebat, gadis itu menikmatinya. Melihat butiran-butiran air hujan yang turun melewati kaca jendelanya.

Ini hampir tengah malam. Gadis itu masih terjaga, namun matanya sudah memerah menandakan bahwa ia sudah mengantuk. Tapi tugas yang ia kerjakan masih belum selesai.

Tiba-tiba

DUARRRRR

suara petir yang menggelegar membuatnya terkejut. Beberapa memori mengerikannya kembali terputar. Masih shock dengan suara tadi kini petir kembali menggelegar, membuat gadis itu semakin lemas.

Ia merasakan kepalanya begitu berat dan sakit, hatinya merasa tak tenang dan tubuhnya yang lemas karena ia melewatkan makannya untuk hari ini.

Gadis itu terduduk dilantai, memeluk kedua lututnya. Airmata yang mulai membanjiri pipinya dan isakan yang kini mulai terdengar.

Wajahnya sudah semakin pucat. Tubuhnya menggigil. Dan kini ia sudah meracau tak jelas.

"Hentikan kumohon.."

"Aku ingin pergi saja."

"Seseorang tolonglah aku."

Disisi lain ada seseorang yang baru saja terbangun dari mimpinya. Mendengar suara guntur yang besar membuatnya begitu khawatir.

"Lo baik-baik aja kan ?" Gumamnya.



-R A I N, TO BE CONTINUE-


Holla ♡
Ayo d vote sama d comment ceritanya

Jujur aja aku lama ga up karena agak males ini ff ko sepi banget apalagi liat sidersnya yang allahu akbar banyak bener

Copyright 2018
@audreynfz

Sinkook : RainWhere stories live. Discover now