Menjagamu adalah tugasku dan Tuhan.
Kini ia berada di ruangan yang sangat Cindy hindari, ruang kerja Ayahnya Leonardo Christopher.Cindy yang duduk di sofa panjang milik Ayahnya di temani Hwan Sang Calon Tunangannya,
Iya Cindy telah di jodohkan dengan Hwan sejak SMA tapi Cindy ingin menyelesaikan pendidikan di Universitasnya baru ia akan tunangan.Cindy sangat ingin merasakan namanya jatuh cinta tapi ia tidak sempat merasakannya karena ia tahu bahwa ia akan menikah dengan orang pilihan Ayahnya, sudah sejak dulu Cindy berusaha mencintai Hwan.
Tapi ia bingung sebisa apapun ia mencoba rasa itu tak pernah ada."Jelaskan." Suara Leonard yang datar memecahkan keheningan di ruangan itu.
"Aku hanya ingin menyebrang untuk ke supermarket dekat kampus Ayah dan mobil itu tiba-tiba saja menabrakku, aku yang salah memainkan handphone saat sedang menyebrang." Jelas Cindy, ia memilih jujur karena ia tahu tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari Ayahnya.
"Kenapa tidak panggil bodyguardmu? dan malah menyuruh mereka tidak mendekat?!" Suara Leonard mulai meninggi.
"Aku kira aku bisa mengatasinya sendiri..." mendengar Ayahnya Cindy hanya bisa menunduk.
"Aku akan menambahkan bodyguardmu dan Hwan yang akan langsung turun tangan mengantar jemputmu ke kampus. Bisa-bisanya anak seorang mafia ternama di culik!" baiklah Cindy mulai takut dengan suara Ayahnya yang sudah tidak bersahabat lagi.
"Tapi Ayah..." Cindy berusaha untuk mencegah karena ia tidak ingin semua aktivitasnya di bayang-bayangi.
"Tidak membantah atau kau keluar dari kampus itu!" Keputusan Ayahnya sangat sulit di bantah, Cindy lebih memilih pasrah dan tidak komentar.
-----------
"ini berkas yang anda minta bos." Suara Alan yang memberi laporan kepada tuannya.
"baiklah, terimakasih Huan. Aku akan menjemput Indriana di kampusnya hari ini. Tolong tangani perusahaan." Perintah Ferry.
"Apa butuh bodyguard tambahan bos?" Alan sedikit khawatir karena ia tahu orang yang sedang di hadapi bosnya bukan orang sembarangan.
"Tidak, aku rasa aku baik-baik saja."
----------
"Are you okay?" tanya Vanesha yang melihat sahabatnya murung tidak seperti biasanya, bahkan dia mengabaikan sapaan orang-orang. Bukan sosok Cindy..
"Hm..." Jawab Cindy seadanya.
"Tumben sekali tunanganmu mengantarmu dan ia akan menjemputmu sekarang?" lagi-lagi Vanesha bertanya.
"Hm..." Jawaban Cindy sukses membuat Vanesha kesal.
"O c'mon Cin, aku sedang tidak bicara dengan tembok bukan?" kata Vanesha sambil memutar bola matanya.
"Moodku sedang tidak bagus Van."
"Apa kau sungguh tidak tahu terimakasih?" tiba-tiba Cindy dan Vanesha di kejutkan oleh suara Indriana.
"Kau pergi dengan membunuh satu pengawalku! Sungguh kau orang terpintar di kampus ini? Aku tidak yakin dengan kelakuanmu itu." Lanjut Indriana.
Cindy tidak ingin membalasnya, ia diam dan malah membuka ponselnya.
'Apa aku baru saja dikacangin?' batin Indriana
"Hm, maaf Cindy sedang tidak ingin di ganggu. Dan aku tak mengerti dengan apa yang terjadi jadi bisakah kau tidak mengganggu kami?" Jelas Vanesha dengan senyum seramah mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun dan Senja (hiatus)
RomansaKarena Embun punya cara sendiri untuk mendinginkan, dan Senja punya cara sendiri untuk menghangatkan.