Hwan sudah meminum wine entah gelas ke berapa, ia tidak tahu lagi harus kemana. Semua pengawal dan dektektif handal sudah ia kerahkan tapi belum ada hasil, genap 4 jam Cindy menghilang.
"Satu gelas lagi"
Kriiingg, Kriinggg
"Sial!" nama Leonard terpampang di handphone Hwan.
"Dimana kalian?" tanya suara itu dari sebrang.
"Makan malam paman, Cindy belum mau pulang."
"Baiklah, kalau dia ingin menginap di apartemenmu juga tidak apa-apa"
Hufh, lega yang sangat Hwan rasakan ketika mendapat kata-kata itu.
Selesai percakapan singkat itu, "baby, where are you?!" kata Hwan sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.
---------------
"Kau gila?!" kata Cindy membuka percakapan di kamar Ferry yang sudah di tutup, untung kamar itu kedap suara.
"Siapa suruh kau tidak mengatakan alamat rumahmu." jawab Ferry santai.
"Bukan berarti kau bisa membawaku kemari!!!!"
"Tidurlah, besok kau ku antar ke kampus."
Cindy memilih tenang, "dimana aku harus tidur?"
"Disini." kata Ferry sambil menepuk kasur yang sedang ia tiduri.
"Sungguh kau gila!" teriak Cindy. "Aku ingin kamar sendiri atau aku akan membuat keributan di rumah ini!"
"Kita pacaran, hal wajar bukan tidur bersama?"
Seketika Cindy teringat percakapan dengan keluarga Ferry tadi.
"Oh God! Kau sungguh sudah tidak waras." kata Cindy. "Ku peringkatkan padamu bahwa aku sudah memiliki calon tunangan, brengsek!"
Ferry menatap tajam mata Cindy dan berjalan mendekati Cindy yang duduk di sofa.
Melihat itu Cindy meningkatkan kewaspadaan pasalnya Ferry sangat menakutkan saat ini.
"Kau mencintainya?" tanya Ferry membungkuk dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Cindy.
Tatapan itu sungguh menakutkan.
Cindy membisu, menelan saliva pun rasanya sulit."Jawab!!" kata Ferry tegas dan tajam, seperti srigala yang akan memakan mangsanya.
"Emm, eh, ehm, itu.."
"Kau tidak mencintainya." kata Ferry sambil menegakan badannya dan berjalan membelakangi Cindy menuju balkon.
"Itu bukan urusanmu, brengsek!" kata Cindy.
"Kau kasar sekali, aku tidak suka cewek kasar."
"Bukan urusanku!"
"Diam! Sekarang tidur atau aku takkan membiarkanmu tidur!"
Kata-kata Ferry yang sulit diartikan itu membuat Cindy diam dan menuruti. Ia merapikan bantal disofa dan meletakan kepalanya di bantal itu.
Ferry masih menatap keluar dan menghirup udara malam, ia tidak menerima bantahan dari wanita itu lagi.
Penasaran Ferry berbalik dan melihat wanita itu tidur di sofa miliknya.
"Shit!" ia berjalan ke arah Cindy. "Wanita ini sungguh menguji kesabaranku!"
Ferry menggendong Cindy ke tempat tidur, mendapat perlakuan itu membuat mata Cindy terbuka lebar dan meronta minta diturunkan.
"Turunkan aku!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun dan Senja (hiatus)
RomanceKarena Embun punya cara sendiri untuk mendinginkan, dan Senja punya cara sendiri untuk menghangatkan.