Sebuah perhatian mampu membuat kenyamanan.
Indriana tidak ingin berangkat ke kampusnya, ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama abangnya Jhens yang besok akan kembali ke Indonesia."Apa tidak bisakah kau tetap disini bang?" Tanya Indriana
"Aku punya banyak hal yang harus aku kerjakan Princess" inilah hal yang paling berat Jhens lakukan yaitu meninggalkan adiknya.
"kau masih punya aku Princess walau aku juga akan pergi tapi aku tidak akan meninggalkanmu lama." kata Richard menenangkan
"dan jangan lupakan kau masih bisa mengunjungi aku dan opung di Indonesia." kata Jhens menambahkan,
*opung = nenek dan kakekIndriana masih duduk dan menatap lantai sambil sesekali menghapus air mata yang lolos tanpa bisa ia duga.
"Princess, cukup kau membuatku sedih. Bagaimana kalau kita menghabiskan hari ini ke taman bermain?" kata Jhens yang ingin menghibur adiknya.
"Baiklah, aku ingin!!" Indriana kembali tersenyum "dan aku ingin bang Richard juga ikut!"
"Anything for you babe." kata Richard sambil mengusap rambut adiknya.
dan akhinya mengggunakan mobil Richard mereka bertiga pergi ke taman bermain.
-------------
"Apa kau akan terus menghindar?" kata Vanesha
"menurutmu?" jawab Cindy
"Aku sudah memanggilmu, menyenggolmu dan memperingatimu bahwa dia di depan kita. Dan kau malah memujinya, salahku dimana?"
"Aku tidak menyalahkanmu, aa.. ak..aku hanya... malu." jawab Cindy sambil menundukan kepalanya di dalam kelas.
"Bagus, berarti urat malumu tidak putus," Vanesha tersenyum "Apa Hwan akan menjemputmu?"
"hhmm.."
Ting
Aku sudah di depan kampusmu
tanpa membalas pesan dari calon tunangannya Cindy bangkit berdiri dan hendak keluar.
"Kau pulang dengan siapa?" tanya Cindy yang hampir saja melupakan sahabatnya itu.
"tak usah pedulikan aku, aku akan dijemput temanku."
"Teman? Apa aku melewatkan sesuatu?" tanya Cindy yang curiga, seingat Cindy teman Vanesha adalah temannya juga dan Vanesha anak sebatang kara dan tidak punya keluarga.
"Hahaha nanti aku ceritakan jika waktunya tiba." jawab Vanesha
"Aku menunggunya Van." kata Cindy dan berlalu menuju gerbang kampus.
---------
Saat melihat Cindy berjalan dari kejauhan Hwan sudah membukakan pintu penumpang untuk Cindy. Dan saat Cindy hanya tersenyum dan masuk ke dalam mobil.
"Apa kau sudah menunggu lama? " suara bariton di campur harum mint yang mengagetkan Vanesha.
"Ah, ti.. ti.. Tidak Mr. Holoan. Hanya mengagetkan." Jawab Vanesha kaget, jantungnya berdegup kencang.
'Ini karena kaget' batinnya sambil menetralkan jantungnya.
Siapa yang tahan dengan pesona pria di hadapannya ini."Panggil aku Ferry, apa temanmu sudah pulang?" Tanya Ferry sambil mengedarkan pandangan ke segala arah.
"Sudah, dijemput calon tunangannya tadi.". Kata Vanesha,
"hhm, begitu. Kalo begitu ayo. Kita bicara di cafe jangan disini." Ajak Ferry.
Dan mereka berlalu menuju Cafe.
"Ada yang ingin anda sampaikan?" Tanya Vanesha membuka pembicaraan.
"Aku hanya ingin tau tentang sahabatmu"
'Sudah ku duga, cih! Kenapa jantung ini merespon lebih.'
"Oh, ada apa?" Tanya Vanesha yang sudah tau arah pembicaraan ini."Bagaimana dia?" Tanya Ferry
"Dia sahabatku, dia baik, dia pintar, dia ramah, dia riang, dia suka warna pink, biru, hitam dan putih, dia suka masakan Indonesia dan Korea, dia suka drama korea tapi dia tidak suka band korea, dia suka baca novel, dia suka shopping, dia suka minum air dingin, dia suka ke pantai dan melihat matahari senja karena dia lahir saat senja makanya namanya ada senjanya, dia peranakan Jerman dan Amerika tapi dia punya nenek di Indonesia dan Senja adalah nama pemberian neneknya." Jelas Vanesha
"Wow, lancar sekali dan lumayan lengkap."
"Aku sudah biasa dan itu seperti hafalan karena sudah banyak yang mendekatiku hanya untuk mengetahui tentang Cindy" ada nada kecewa di kalimat Vanesha tapi ia menutupi dengan senyuman.
"Hm begitu, tapi aku tak butuh informasi seperti itu. Aku ingin tau keluarga dan masa kecilnya."
'Wow, dia berbeda dengan pria lain yang hanya ingin tau apa yang Cindy sukai.' Batin Vanesha
"Hm, ternyata kau berbeda. Ku pikir kau sama dengan pria lain, tapi untuk keluarga dan masa lalu Cindy. Maaf aku tak berhak memberitahumu, yang bisa ku beri tau kalo dia sudah tak punya ibu dan hanya punya Ayah." Jelas Vanesha
"Baiklah, tak ada lagi yang ingin ku ketahui. Kau tidak makan? Aku tau di kosanmu tidak ada makanan dan hanya akan makan makanan instan saat malam, taukah kau itu tidak baik?"
Vanesha terdiam, sungguh ia kaget karena belum ada yang memperhatikannya seperti ini kecuali Cindy dia bahkan lebih dari ini.
Tapi ini PRIA TAMPAN yang sedang memperhatikannya, 'oh tidak, pipiku terbakar. Perutku menggelitik, ada apa ini?'Oh lama tak menulissss, hihihi
Happy reading semua
Vote and comment gengssss
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun dan Senja (hiatus)
RomanceKarena Embun punya cara sendiri untuk mendinginkan, dan Senja punya cara sendiri untuk menghangatkan.