Merindu bukan hal mudah untuk di kontrol.
Bukan hal mudah melepas kepergian seseorang, ia yakin akan merindukan sosok abangnya ini. Sama seperti yang sedang Indriana lakukan di bandara.
"Jaga dirimu baik-baik my Princess, aku akan merindukanmu." Kata Jhens memeluk adiknya erat.
Indriana hanya mampu menangis, matanya yang sembab dan bengkak menghiasi wajahnya.
"Jaga dirimu baik-baik bro!" Kata Richard yang memeluk saudara kembarnya itu setelah Indriana melepaskannya. Dan di jawab anggukan oleh Jhens.
"Apa tak ada kata perpisahan?" Kata Jhens melirik abang pertamanya Ferry.
"Perhatikan sekitarmu, kau takkan tau ketika aku akan memergokimu kapanpun."
"Sungguh kata-kata yang manis dan menyeramkan." Jawab Jhens
Setelah itu Jhens berjalan menuju gate pesawatnya sambil melambai-lambaikan tangan ke belakang. Sungguh ia tak tega melihat Indriana yang di peluk Richard menangis.
Tapi ini sudah jadi keputusannya untuk mengejar apa yang menjadi keinginannya.--------------
'Apa aku takkan bertemu dengannya lagi?'
'Apa aku merindukannya?'
'Apa dia sudah punya pacar?'
'Aku tak pernah melihat adiknya lagi beberapa hari ini.'
Vanesha hanya melihat Cindy yang sedang melamun semenjak kehadirannya di samping sahabatnya itu.
'Aku yakin dia tak menyadari kedatanganku' batin Vanesha.
Dengan keisengan Vanesha, ia berjalan ke arah pintu kelas dan seketika....
BRAAKKKK
Suara pintu menutup secara kasar dan sukses membuat Cindy terkejut hingga jatuh dari tempat duduknya.
"Sial!!!!! Apa kau tak bisa lembut sedikit?!"
"Siapa suruh mengabaikanku!" Jawab Vanesha santai sambil berjalan kembali ke tempat duduknya. "Lagi pula, apa yang sedang kau pikirkan?"
"Pelajaran."
"Apa aku bodoh? Bukan sebulan dua bulan aku menjadi temanmu Cin!!"
"Lalu?"
"Aku tau kau takkan pernah memikirkan pelajaran kecuali saat ujian, bodoh!" Jawab Vanesha dengan kesal.
"Hahahaha masa sih?"
Vanesha memutar bola matanya tanda ia mulai tak peduli.
"Aku hanya memikirkan seseorang, dan aku ingin bertanya padamu..."
"Hmm... "
"Apa kau pernah merasakan cinta padahal kau belum mengenalnya? Kau merasakan itu bahkan saat baru pertama kali menyentuhnya."
"Itu bukan cinta, itu nafsu." Jawab Vanesha asal sambil menulis ringkasan materi yang akan dipelajarinya nanti.
"Ih kau ini! Bukan seperti itu, bodoh!" Jawab Cindy kesal, apa Vanesha baru saja berpikir ia mesum?
"Lalu?"
"Hanya saja ini berbeda, aku hanya bersentuhan kulit tapi merasa ada sengatan listrik..."
"Apa dia manusia atau tiang listrik?" Tanya Vanesha.
"Apa kau bisa serius?!"
"Hahaha baiklah, baiklah. Tapi aku tak pernah merasakan seperti itu, dan aku ingin kau to the point! Kau jatuh cinta? Dengan siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun dan Senja (hiatus)
RomanceKarena Embun punya cara sendiri untuk mendinginkan, dan Senja punya cara sendiri untuk menghangatkan.