Kehilangan adalah cara untuk menghargai apa yang kau miliki.
Bicara tentang kehilangan adalah hal yang paling menyakitkan, right?
Cindy kehilangan ibunya saat dia berusia 10 tahun, saat itu ayahnya belum menjadi mafia yang ditakuti seperti sekarang.
Leonard Chirsthoper mulai menjadi mafia semenjak istrinya dibunuh.Sebelum ibunya meninggal, keluarga Christhoper adalah keluarga yang hangat. Leonard Christopher adalah kepala polisi yang bijaksana dan ahli dalam melakukan tugas, siapa sangka keluarganya target dari sekumpulan preman.
Sejak saat itu Leonard Christhoper kinerja bekerjanya menurun drastis, ia mulai mabuk, berjudi, tapi ia tidak pernah menyentuh wanita. Sekalipun itu anaknya Cindy, setiap melihat Cindy ia selalu ingat istrinya dan itu membuatnya frustasi.
Pernah ia meninggalkan Cindy sendiri selama 5 tahun untuk berlatih menjadi seorang mafia, Cindy yang tidak tahu apa-apa tumbuh tanpa kasih sayang orangtuanya.
Ayah Hwan lah yang telah membantu Ayah Cindy menjadi seorang mafia yang ditakuti, dan untuk itu Christhoper memberikan anaknya kepada Hwan untuk membalas budi keluarga itu.
"baegopeu ni?" (Kau lapar?) Tanya Hwan membuka pembicaraan dimobil.
"Ye," (iya,) jawab Cindy dengan tatapan keluar kaca mobil.
"meonjeo meoggo sipni?" (Ingin makan dulu?)
"honja jib-e" (dirumah saja)
Sedingin apapun Cindy, Hwan tak pernah kasar dan selalu ada untuknya. Saat kecil ayahnya memberi foto seorang gadis, sejak saat itu Hwan ingin mengenalnya.
Dan pertama melihat Cindy tertawa disekolah menengah pertama dengan teman-temannya, saat itulah ia melihat kebahagian.
Hidup dikalangan mafia membuat Hwan hanya mengenal kekerasan dan kepalsuaan, hanya bersama Cindy ia merasa kedamaian.Jadi seperti apapun sikap Cindy, buat Hwan menunggunya bukan hal sulit.
--------------------
Iren?
Sosok wanita yang membuat Ferry mengenal Cinta, sosok wanita yang ramah, cantik, dan periang membuat sosok Ferry yang dingin meleleh.5 tahun berhubungan dengan Iren mengubah banyak hal dalam hidup Ferry, sebelum mengenal Iren hidupnya tak tersentuh oleh orang luar. Irenlah yang berhasil menerobos dinding yang Ferry buat.
Tapi sayang, saat itu Iren terpaksa pindah ke Afrika untuk melanjutkan bekerja disana.
Menjadi seorang jurnalis membuat Iren harus meninggalkan cintanya demi karirnya.Menunggunya? Ferry rela melalukan itu, 3 tahun menunggu Iren bukan hal yang sulit. Karena bagi Ferry, Iren adalah dunianya.
Sampai ketika, dektektif yang bertugas menjaga Iren disana memberitahu kalau Iren akan bertunangan.
Hancur? Ya, Ferry hancur. Ia menunggu tapi di tinggalkan.
Upaya? Sudah, Ferry bahkan rela meninggalkan pekerjaannya untuk terbang ke Afrika menemui gadisnya.
Tapi yang ia dapat, Iren memilih laki-laki yang menemaninya di kala sulit ataupun senang.
Ferry menerimanya, ia merelakan dunianya bahagia.Dan menjadi makhluk tak tersentuh kembali, tapi melihat Cindy ia merasa ada yang aneh. Bukan cinta, hanya...
Penasaran?
Entahlah, ia baru bertemu dengan Cindy dan sentuhan di kulitnya mampu memberi sengatan hingga hatinya.Konyol?
Tidak tahu, hanya mengikuti hati."Kemana perginya semua orang?" Tanya Ferry kepada salah satu pelayan di penthousenya.
"Nona Indriana dan tuan Jhens serta tuan Richard pergi ke taman bermain, tuan." Jawab pelayannya.
"Baiklah, aku akan beristirhat."
---------------
"Kapan kau lulus?" Tanya Christhoper ditengah acara makan malamnya dengan Cindy dan Hwan.
"Sebentar lagi, aku sedang menyelesaikam skripsiku." Jawab Cindy
"Sebulan setelah kelulusanmu, kau akan bertunangan dengan Hwan." Perintah yang tegas dan mampu membuat Cindy dan Hwan menoleh ke arah Christhoper.
"Tapi ayah, aku ingin bekerja." Cindy memohon,
"Tidak ada bantahan! Selama ini aku sudah menuruti mau mu untuk bersekolah!"
"Tidak apa paman, aku masih siap menunggu." Kali ini Hwan bersuara, sungguh ia tak ingin memaksa Cindy.
"Tidak, sudah cukup mengulur waktu. Kau juga akan di angkat menjadi kepala mafia menggantikan ayahmu. Jadi Cindy harus siap menjalani hidup bersamamu apapun resikonya."
Seperti biasa Cindy tidak menjawab dan memilih menghabiskan makanannya dan kembali ke kamar.
'Maafkan aku Cindy, aku pun takut kehilanganmu...' Batin Hwan melihat punggung Cindy yang kembali menaiki tangga menuju kamarnya.
----------------
"Kau sedang packing bang?" Tanya Indriana di dalam kamar Jhens.
"Sudahlah Princess, sungguh aku sulit meninggalkanmu jika seperti ini." Jawab Jhens sambil melipat baju-bajunya.
"Apa kau akan kembali?" Indriana mulai menghapus air mata yang jatuh tanpa ia kehendaki.
"Aku akan sering berkunjung Princess, dan kau pun akan sering mengunjungi opung bukan?" Jhens berjalan ke arah Indriana dan memeluknya.
"Apa kau akan tinggal di jakarta?" Tanya Ferry yang sedang duduk di sofa kamar Jhens.
"Iya, aku sudah membeli apartemen disana." Jawab Jhens tanpa melepas pelukannya.
"Apa kau akan melupakanku?" Tanya Indriana di dalam pelukan abangnya itu.
"Princess, berhenti menangis atau aku takkan menemuimu lagi! Sungguh, aku tak sanggup melihatmu menangis." Jhens sedikit melonggarkan pelukannya dan menatap adiknya.
"Kau harus sering mengirimku email, video call, pokoknya seminggu 3 kali."
Hiks... Hiks "Dan tiga bulan sekali harus bertemu!" Perintah Indriana sambil menenggelamkan wajahnya di dada bidang abangnya itu."Siap Komandan!"
Huaaaaaa kemballliiiiiiii
Happy reading gengs
Maaf ada typo atau salah kata
Jika berkenan mohon koreksi hehehehehe
Penulis amatir
Hobby di tengah bolong
Terbit ga nentu
Gbu
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun dan Senja (hiatus)
RomanceKarena Embun punya cara sendiri untuk mendinginkan, dan Senja punya cara sendiri untuk menghangatkan.