Sia

22 2 0
                                    

Mencari tahu tentangmu adalah salah satu hobi favoriteku

Cindy berada di perpustakan di penthousenya, iya mengerjakan skripsinya.

"Apa perlu bantuan?" Sapa Hwan.

"Cemilan dan susu coklat, maybe?" Kata Cindy.

"Anything for you, babe" jawab Hwan beranjak ke dapur.

Tak lama Hwan datang dengan nampan berisi coklat panas dan satu kantong cemilan.

"Jangan terlalu lelah." Kata Hwan sambil memberi pijatan ringan di pundak Cindy. Dan wanita yang sedang di pijit itu hanya tersenyum.

Tanpa mereka sadari seorang pria sedang menatap mereka di depan pintu.

'Aku mengandalkanmu Hwan, aku tak mampu menjaganya.' Batin pria tersebut dan berbalik meninggalkan mereka.

----------------

"Cepat hubungi Indriana, kau menyakitinya. Dan aku tak kenal saudara jika kau berani menyakiti my Princess " kata Ferry

"Hahahaha kata-katamu seperti saudara kembarku" kata Jhens, "aku sedang mengerjakan sesuatu jadi belum sempat memberi kabar padanya."

"Kau sudah janji bocah sialan, jangan berjanji kalo kau tidak bisa menepatinya!" Kata Ferry sedikit meninggikan suaranya.

"Iya bang, akan aku hubungi setelah kau menutup telfon ini."

Setelah perbincangan selesai, ponsel Ferry kembali berdering.

"Apa kau sudah menemukan sesuatu?" Tanya Ferry membuka pembicaraan.

"Ya, tuan Jhens memiliki kekasih di Indonesia." Jawab pria di sebrang sana.

"Hm, sudah ku duga."

"Wanita itu tidak memiliki keluarga, ia sebatang kara dan bekerja malam hari di sebuah club dan Menurut informasi ia bukan jalang hanya pengantar minuman dan siang menjadi seorang barista di cafe." Jelas Informan itu.

"Baik, lanjutkan penyelidikanmu dan tutupi ini dari keluargaku." Kata Ferry mengakhiri perbincangan itu.

--------------

"Apa yang sedang kau pikirkan bang?" Tanya Indriana melihat abang kembarnya duduk di pinggir kolam renang.

"Tidak ada" jawab Richard sambil tersenyum ke adiknya itu.

"Bang, temani aku ke mall dan toko buku." Pinta Indriana

"Sekarang? Baiklah, aku ganti pakaian dulu. Tunggu di ruang tamu yah." Kata Richard sambil berdiri dan berjalan bersama Indriana masuk Penthouse Holoan.

Setibanya mereka di mall, Indriana berbelanja dengan kesal. Karena melihat abangnya selalu di hinggapi wanita-wanita yang ingin berfoto atau meminta tanda tangannya. Bahkan tak segan memberi kado.

"Sulit sekali membawamu kemana-mana, bang" kata Indriana setelah Richard menjauh dari fansnya dan tangannya penuh dengan kado.

"Hahaha maafkan aku princess, apa sudah selesai?" Tanya Richard sambil memberikan semua kado kepada pengawalnya. Ya, Richard dan Indriana terbiasa kemana-mana dengan pengawal selain orang tua mereka yang protektif karena Richard memiliki tuntutan pekerjaan. Berbeda dengan Ferry dan Jhens, mereka memilih mandiri.

"Sudah, terakhir kita berenti di toko buku yah." Pinta Indriana.

"Anything for you, Princess" jawab Richard sambil menggandeng adiknya dan diikuti 6 pengawal di belakang mereka.

Sesampai mereka di toko buku.

"Aw... " teriak seorang gadis yang berhasil jatuh terduduk.

"Kenapa pertemuan kita selalu dengan tabrakan?" Kata Pria yang menabrak Vanesha sambil mengulurkan tangannya.

"Maaf, aku asik dengan bukuku." Jawab Vanesha sambil menerima tangan pria itu.

"Kau kutu buku sekali, biar ku tebak. Apa kau murid terpintar di kampus?"

"Hampir, karena aku punya saingan tak terkalahkan." Jawab Vanesha.

"Hm, menarik." Kata Pria itu sambil tersenyum. "Apa kau sudah mengenalku?"

"Efek tabrak selalu membuatmu besar kepala. Aku tidak mengenalmu, dan aku tidak ingin mengenalmu." Jawab Vanesha dengan ketus.

"Wow, kau orang pertama yang berkata seperti itu selama 27 tahun hidupku."

"Dan wow, aku merasa tersanjung." Kata Vanesha sambil menaruh tangan di dada dan sedikit membungkuk "aku tak punya waktu bercengkrama denganmu, bye." Lanjut Vanesha sambil berjalan melewati pria itu dan melambaikan tangan sama seperti yang pernah pria itu lakukan.

"Hm, menarik." Kata Pria itu sambil tersenyum. "Cari tau tentang wanita itu." Perintah pria itu kepada seseorang yang sudah menghampirinya.

--------------

"Hmm" gumam Cindy saat seseorang sedang menciumi pipinya dan mengusapkan hidung di pipinya.

"Bangun, ini sudah sore." Terdengar suara serak khas bangun tidur.

"Five minute" kata Cindy dengan mata terpejam.

"Kau sudah mengatakan itu 7 kali, sayang" kata Hwan, dapat Cindy rasakan hembusan nafas Hwan dipipinya. "Bangun atau ku cium hingga kau kehabisan oksigen."

Mendengar ancaman itu pun Cindy tak membuka matanya.
"Kau menantangku rupanya." Tanpa basa-basi bibir Hwan mendarat di bibir Cindy, kecupan panas yang Hwan berikan membangunkan Cindy.

"Hu.. Uu.. Wan" kata Cindy di tengah-tengah ciumannya, Hwan tidak berhenti malah semakin memperdalam ciumannya.

Hingga cubitan kuku Cindy mendarat ditangan Hwan,
"Shit!" mendapat itu Hwan meringis dan menjauh dari Cindy.

Sambil mengatur nafasnya Cindy melihat Hwan tajam.

"Apa? Kau yang menantangku dan cubitanmu sungguh menyakitkan" kata Hwan membela diri.

"Haisshh, kau menyebalkan. Dan calon pemimpin mafia merengek dengan cubitan? Sungguh memalukan" kata Cindy sambil melipat tangannya di dada.

Mendengar itu Hwan panas dan memajukan tubuhnya berdekatan dengan Cindy hingga wajah mereka hanya berjarak 5 senti. "Aku lebih suka kau meninggalkan bercak merah di leher dari pada luka di tanganku."

"Hwaannn!!!!! Sejak kapan kau mesum?!"

Mendengar teriakan Cindy, Hwan berdiri dan tertawa. "Mandi dan berpakaian cantiklah, kita akan makan malam di luar." Kata Hwan sambil berjalan meninggalkan Cindy diperpustakaan.
Tepat di depan pintu Hwan berhenti dan membalikan badan "jika kau tak beranjak, aku akan menggendong dan memandikanmu."

"HWAAANN!!! KU BUNUH KAU!!!" Teriak Cindy. Yang disambut gelak tawa Hwan yang menjauh dari perpustakaan.







Happy reading gengs,
Mampir di lapak kita cyiiinnn. Hahahahaha
Gbu

Embun dan Senja (hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang