Sapulu opat

16 2 0
                                    

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Vanesha.

"Kau lihat Cindy?" Bukan menjawab, Hwan balik bertanya.

"Ia di kelasnya, aku baru saja bertemu dengannya."

Tanpa basa-basi Hwan berjalan ke kelas Cindy dan menemukan wanita yg ia cari sedang duduk bersama laki-laki, melihat itu puncak amarah Hwan sudah mencapai batasnya.

Hwan berjalan ke arah mereka yang belum sadar kalau ada seseorang yang mendekat, apa mereka tidak merasakan panas tatapan itu sampai mereka tidak sadar?

Braaakk

Suara gebrakan meja memenuhi ruangan kelas, dan semua mata tertuju pada sumber keributan. Ada yang berbisik kaget ada juga yang menatap Hwan lapar.

"Huu.. Hwa.. Hwan.. Ap yang kau lakukan disini?" Tanya Cindy panik.

"Bukannya itu yang harus kau jelaskan padaku!" Bentak Hwan, ini pertama kalinya seumur hidupnya ia membentak Cindy. Tapi ia sedang tidak bisa di kontrol, ia sangat marah saat ini.

Tatapan mata tajam Hwan membunuh Cindy saat ini, rasanya seluruh udara menipis membuatnya sesak.

"Okay, aku tak tau apa yang terjadi disini. Dan siapa kau?" Tanya Dion melihat ketegangan di depannya.

Hwan menatap suara yang mengganggunya saat ini. "Aku calon tunangan Cindy dan aku tidak suka ada yang mendekatinya!"

Cindy panik, sangat panik, baru kali ini melihat Hwan seperti ini.

"Okay, okay, Hwan kita pergi. Akan aku jelaskan semuanya." Kata Cindy menengahi, ia tau jika ini berlanjut kelas ini akan hancur. "Dan Dion, tolong bereskan absenku."

Cindy menarik Hwan keluar kelas menuju parkiran, ia membawa Hwan pergi ke suatu tempat untuk menjelaskan semuanya. Kecuali tentang Ferry.

---------------

tokk.. Tok... Tokk...

Masuklah Jerry ke ruangan Ferry.

"Dad? Ada apa?" Tanya Ferry menatap Ayahnya.

"Ada yang harus ku bicarakan padamu."

"Apa tidak bisa di rumah? Aku sedang sibuk akan ada meeting."

"Ini soal Cindy" Jerry duduk di sofa, mendengar nama itu Ferry bangkit dari kursi kebesarannya dan duduk di hadapan Ayahnya.

"Ada apa dengannya?"

"Aku sudah tau asal usulnya."

"Dad?" Ferry menatap Ayahnya dengan tatapan setengah tidak percaya, apa yang Ayahnya lakukan? Memata-matai gadisnya?

"Okay, okay, aku hanya ingin yang terbaik untuk anakku."

"Aku sudah tau semuanya, Dad."

"Apa kau mencintainya?"

Hening.
Ferry tidak bisa menjawab itu, ia tidak yakin itu cinta.

"Dad, sudah bisa menebaknya. Dari caramu memperkenalkannya kemarin." Jelas Ferry "Berhentilah, nak."

Ferry mematung.

"Kau tidak mencintainya, percayalah itu hanya obsesimu. Kau sudah tau dia putri seorang mafia, dan apa gunanya kau berjuang sampai mempertaruhkan semuanya jika kau tidak mencintainya?"

Ferry pun tidak tau dengan ia lakukan, ia hanya nyaman di dekat gadisnya, ia hanya gelisah jika tidak melihatnya, ia tidak suka jika gadisnya di miliki orang lain. Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?

Embun dan Senja (hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang