Opat

26 5 3
                                    

Jangan bermain Api jika kau tak ingin terbakar.

Cindy sangat enggan membuka matanya jika saja tidak ada orang yang sedang mengelus pipinya saat ini.

"Selamat Pagi Sayang." Sapa Hwan yang sudah duduk di pinggir tempat tidur Cindy.

Hanya senyuman yang diberikan Cindy,
"Cepat bersiaplah, aku akan mengantarmu ke kampus dan Ayah sudah menunggu di meja makan." Hwan bangkit dan berjalan keluar kamar setelah mendapat anggukan Cindy.

Sungguh pertemuannya dengan Ferry yang singkat tapi berkesan horor itu mampu membuat hari Cindy berantakan.

'Apa aku akan bertemu dengannya lagi hari ini? Aku ingin mendengar suaranya dan mencium aroma tubuhnya.'
Cepat-cepat Cindy menggeleng, ia merasa sudah gila memikirkan itu dan berjalan menuju bathroom.

-----------

"Aku akan menjaga dan mengantar Indriana selama masih disini." Jelas Jhens menarik satu kursi makan dan duduk sambil mengambil roti.

"Apa kau yakin dengan keputusanmu?" Richard yang sudah tau keputusan Jhens kembali menanyakan perihal keseriusan saudara kembarnya itu.

"Apa kau juga tidak ingin jauh-jauh dariku saudara kembarku?" Jawab Jhens menggoda Richard.

"Diam atau ku muntahkan makanan ini ke mukamu!" Richard menjawab dengan kesal dan di sambut kekehan Jhens dan Ferry yang dari tadi hanya menikmati rotinya.

"Apa kabar Iren?" Tanya Jhens kepada Ferry yang berhasil membuat Ferry tersendak.

"Apa kau ingin membunuhku?!" Teriakan Ferry sukses membuat Jhens dan Richard tertawa,
mereka tau saat ini Iren adalah pembahasan yang mampu mengusik ketenangan Ferry.

'Iren? Apa dia mengingatku? Aku sudah melupakannya!' batin Ferry.

"Apa aku baru saja mendengar tentang pembunuhan? Ada lagi yang akan kau bunuh bang?" Indriana memasuki ruang makan dan sudah menduduki bangku di sebelah Richard,
Ferry yang mendapat pertanyaan itu hanya diam.

"Oia, apa wanita itu mengganggumu Princess? Aku sudah mendengar ceritanya dari bang Ferry." tanya Jhens.

"Dia adalah sainganku!" Jawab Indriana kesal.

"Tak ada yang mampu menyaingimu Princess, kau yang terbaik!" Perkataan Richard dan elusan tangannya di kepala Indriana sukses membuat Indriana tersenyum.

"Princess, aku melarangmu untuk mendekati atau mencari gara-gara dengan wanita itu. Lagi pula dia seniormu bersikaplah anggun dan tunjukan sopan santun keluarga Holoan. Jika mommy tau kau akan kena omelannya." Ferry sudah memberi peringatan kepada Indriana.

"Lihat! Bang Ferry selalu membela wanita itu dibanding aku!" rengekan Indriana sambil menatap Jhens meminta pembelaan.

"Hm, untuk kali ini dengarkan bang Ferry ya Princess." Jhens yang sudah tau siapa Cindy mendukung keputusan abangnya itu.

Indriana berdiri dan mengambil tasnya berjalan keluar, "Aku akan memberi penjelasan dan mengantarnya." Kata Jhens sambil berjalan menyusul Indriana,

"Itulah kenapa aku sangat tidak suka dia selalu di manjakan!" Kata Ferry yang menatap Richard kesal.

"Tenangkan dirimu bang, kau hanya perlu belajar memperlakukan wanita dengan baik. Karena kau sudah lama tidak berlaku seperti dulu kau memperlakukan Iren dengan baik." Perkataan Richard di sambut dengan lemparan roti dari Ferry dan Richard sudah berlari ke kamarnya.

------------
Tanpa sengaja Cindy melihat Indriana turun dari mobil, ia mengira akan bertemu Ferry tapi sayang ia melihat laki-laki lain yang tidak kalah tampan dari Ferry.

"Apa kau menunggu seseorang?" Tanya vanesha yang berjalan di samping Cindy dan mengikuti tatapannya.

"Tidak." Jawab Cindy sambil terus berjalan

"O'cmon Cin, aku sudah bersabar dengan sikapmu kemarin seharian dan di telpon juga kau berbeda. Dan aku tidak tahan jika hari ini kau bersikap sama! Lagi pula ada apa denganmu sebenarnya?! " pertanyaan Vanesha juga menjadi pertanyaan Cindy,

'ada apa denganku?' Batin Cindy dan kembali masuk kelas tanpa menjawab pertanyaa Cindy.

-------------

Suasana di Penthouse milik keluarga Christhoper sangat dingin dan mencekam,
lebih dari rumah hantu karena sudah lama rumah itu hangat semenjak ke pergian Istri dari Christhoper dan ibu dari Cindy.

"Penjualan senjata di Brazil dalam keadaan stabil Tuan, dan bisnis di Jepang juga tidak ada masalah. Tapi club yang berada di Indonesia sedang mengalami gangguan. Pasalnya Negara ini memperketat sistem pengawasan dalam club-club yang beredar di Jakarta." Jelas salah satu kaki tangan Leonard.

"Tidak apa-apa tetap lanjutkan rencana, selama itu belum merugikan."
"Dan satu lagi Tuan, Mr. Holoan mulai mengawasi kita." Laporan terakhir dari sang kepercayaannya.

"Bunuh setiap mata-mata yang mendekat dan jangan sampai CIA mencium semuanya." Tampak tenang walau otaknya sedang berpikir.

"Baik Tuan."

--------------

Di kampus Cindy sungguh tidak tenang, entah apa yang dia rasakan. Pasalnya akhir-akhir ini ada satu nama yang mengganggu pikirannya.

"Oh bolehkah kau izinkan aku menjitak kepalamu?" Kata Vanesha dengan kesal, dia mulai geram melihat sahabatnya itu.

Cindy tak menjawab malah terus memandangi aktivitas teman-teman dikampusnya dari taman tempat ia duduk.

'Apa aku mulai gila? Aku melihat bayangan orang itu mendekat. Sungguh menyedihkan'
Batin Cindy mulai berbicara ketika matanya melihat sosok Ferry jalan mendekat.

"Hai" terdengar suara bariton dan aroma mint yang sangat Cindy kenal.

Tanpa disadari Cindy hanya menatap Ferry penuh arti, dan Vanesha yang menyadari itu menyenggol lengan sahabatnya itu.

"Bisakah kau tak menggangguku Van? Aku sedang menikmati halusinasi di depanku." Jawaban Cindy sontak membuat Vanesha terbahak-bahak dan Ferry yang sekuat tenaga menahan tawanya dan hanya tersenyum lebar.

Melihat orang yang ditatapnya tersenyum membuat Cindy tak berdaya 'tampannya, tolong jangan bangunkan aku dari mimpi indah ini. Terserah orang mau bilang gila sekalipun.'

"Apa aku sungguh mempesona Nona?" Tanya Ferry yang sedang menunduk untuk mensejajarkan mukanya dengan Cindy.

"Ya, kau bagaikan dewa yang turun dari Khayangan. Bisakah aku memeluk tubuh yang indah ini?"

Sungguh mendengar kata-kata Cindy membuat Vanesha tak bisa menghentikan tawanya, dan sukses membuat Ferry tertawa.

'Biarkan mereka tertawa, toh ini hanya mimpi yang indah. Tak masalah jika aku malu di mimpiku sendiri.'

"Aww" teriak Cindy yang mendapat cubitan keras dari sahabatnya itu.

Ia menatap sahabatnya tajam dan....

'tunggu, ini sakit? Jadi ini nyata?!' 'Tidak, tenggelamkan aku di laut sekarang juga!!!!!' Cindy menutup wajahnya dengan tangan sungguh ia malu.

"Hahaha aku senang kau mengagumiku, aku merasa diatas awan" kata-kata Ferry sungguh membuat blushing di wajah Cindy

Tanpa aba-aba Cindy bangkit berdiri dan kabur dengan seribu langkah. Membuat Vanesha dan Ferry tertawa keras dan Cindy masih mendengar tawa mereka.

'Kau mampu mengusik bagian terdalamku, jangan buat aku jatuh terlalu dalam'


Hai, Hai, Hai, maaf ya pendek entah kemana semua ide-ide untuk membuat cerita, maaf aku hanya penulis amatir yang sangat suka menulis dan membaca membuat aku bisa mengungkapkan isi hatiku yang terkadang sulit diucapkan.

Jika kalian berkenan membaca tolong vote dan comment ya, membuatku semangat menulis :)

Embun dan Senja (hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang