Jika mengenalmu saja harus membuatku bertarung, Aku rasa kau sangat berharga.
-Ferry Embun Holoan Nainggolan-
"Apa kalian saling mengenal?" tanya Ferry yang berada di depan kamar tamu.
Ya walaupun Cindy sudah menolak di bawa ke rumah sakit tapi bukan Ferry Embun Holoan namanya jika membiarkannya mengalami luka,
ia hanya tak mau ambil resiko banyak kemungkinan jika dia tak bertanggung jawab bisa saja Cindy menyebarkan gosip yang tidak-tidak dan merugikan Ferry lebih baik mencegah dari pada mengobati bukan?Dan sekarang Cindy sedang diperiksa oleh dokter di Penthouse milik keluarga Holoan.
"tidak!" jawab Indriana sambil melihat dan memainkan jarinya.
"Princess, kau tak pandai berbohong." kembali Ferry bertanya karena dia mengenal adiknya.
"sungguh aku tidak mengenalnya bang, aku hanya sempat ditabrak olehnya ketika aku sedang menuju kelasku tapi aku salah, ternyata aku sudah salah masuk gedung. Dia seniorku di kampus. kata Cika dia orang yang paling cantik dan pintar walau aku tau yang tercantik adalah aku!" jawab Indriana yang menatap kakaknya itu kesal.
Lalu keluarlah dokter dari kamar tamu.
"bagaimana keadaannya dokter Jo?"
"tenanglah Mr. Ferry dia tidak apa-apa tapi aku sarankan untuk membawanya ke rumah sakitku. Ada beberapa pemerksaan yang harus kulakukan padanya sepertinya mobil anda telah membentur lututnya. Saya hanya ingin memeriksa apa ada cedera dalam atau tidak." jelas Dokter Jo yang tidak lain adalah dokter kepercayaan keluarga Holoan.
"baiklah, kita bawa dia tapi dengan jalur khusus. Saya tidak ingin ada wartawan atau orang lain yang mengetahui ini." lalu Ferry memanggil Alan yang tidak lain adalah tangan kanan Ferry yang sangat dia percaya sudah 5 tahun Alan bekerja mendampingi Ferry dan Alan tak pernah mengecewakan tuannya itu.
"apa kau tidak akan memberitahu mommy and daddy?" tanya Indriana sambil mengikuti Ferry menuju ruang kerja miliknya.
"tidak, aku tidak ingin daddy dan mommy terganggu dengan masalah sepele ini. Dan tutup mulutmu Princess jika tidak ingin kartu kreditmu ku blokir." jawab Ferry sambil menutup pintu ruang kerjanya.
"ancaman? sungguh menyebalkan!" umpat Indriana di depan pintu yang sudah di tutup kakaknya itu.
--------
Sungguh Cindy enggan beranjak dari tempat nyamannya itu.
'tunggu, nyaman?' batin Cindy dan Cindy membuka matanya dan melihat sekelilingnya, ini bukan kamarnya dan ia mengingat apa yang terjadi.
"untung nona sudah bangun, bisakah nona berjalan ke mobil?" jelas Alan yang sudah berdiri tidak jauh dari kasur Cindy.
"mau kemana?" tanya Cindy setengah duduk.
"Nona harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit, karena luka nona." jelas Alan, dan Cindy melihat kalau dia sudah tidak memakai baju yang dia pakai ke kampus.
'Apa aku mati suri? hingga tidak sadar ada yang mengganti bajuku? apa dia yang membukanya?!' batin Cindy dan menatap tajam Alan.
"bukan saya nona, tapi pelayan perempuan yang mengganti bajumu dan itu baju yang dibelikan oleh bos Ferry untukmu." jelas Alan yang merasa Cindy sedang bingung dengan kondisi bajunya terlihat Cindy memegang tubuhnya dengan tangan menyilang di depan dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Embun dan Senja (hiatus)
RomanceKarena Embun punya cara sendiri untuk mendinginkan, dan Senja punya cara sendiri untuk menghangatkan.