Sabolas

16 2 0
                                    

"Dad!!! Mom!!!" teriak Indriana saat menjemput kedua orang tuanya di LAX bandara yang terletak di baratdaya Los Angeles di kota Westchester.

"Oh, sayang mom merindukanmu." kata Debora memeluk putri satu-satunya.

"Hello, boy." sapa Jerry kepada Richard, dan di balas pelukan oleh Richard.

"Apa abangmu tidak ikut?" tanya Debora.

"Dia sibuk dengan pekerjaannya, mom kayak tak kenal dia saja." jawab Indriana.

"Ceritakan tentang wanitanya itu." kata Jerry menatap Richard, dan yang ditatap tampak kaget dan bingung lalu menatap Indriana tajam.

"Aku tak sengaja" katanya melihat tatapan abangnya. "Mom and Dad kan sudah ku bilang jangan beritahu aku yg bilang, sudah pasti abis ini tamatlah riwayatku."

"Aku tak tahu, Dad. Nanti tanyakan langsung saja." jawab Richard yang tak ingin mendapatkan bogem sang kakak yang sudah melarang mereka cerita kepada orang tuanya.

"Aku tahu, anakku." ucap Debora yang semakin tersenyum seolah mendapat firasat baik dan bahagia.

--------------

"Bagaimana kalo kita mengerjakan tugas di rumahmu, Cin?" tanya temannya yang bernama Emely.

"Ha? Hm... Bisakah diperpustakan saja?" jawab Cindy tergagap, pasalnya Ayahnya melarang semua temannya untuk tahu rumahnya. Pasalnya mafia itu tidak suka ada yang masuk kediamannya apalagi orang asing.

"Bagaimana kalo di rumahku saja?" jawab Dion salah satu anggota kelompok mereka.
Ya, salah satu dosen mereka memberikan tugas kelompok untuk suatu penelitian.

"Setuju! Kita semua naik mobil Dion saja bagaimana? Berhubung kita hanya berempat?" usul Emely yang di sambut anggukan Doin dan Vick.

Cindy membuka handphone dan mengetik sesuatu untuk Hwan.

To: Hwan

Tak usah menjemputku, aku ke rumah temanku untuk mengerjakan tugas.

Tak lama setelah pesannya terkirim.

From: Hwan

Baiklah, hubungi aku jika sudah selesai aku akan menjemputmu dan jangan mematikan ponselmu!

Setelah membacanya Cindy memasukan handphonenya ke tas dan berjalan menuju mobil Dion. Tak lama mereka bergerak pengawal yang ditugaskan Ayahnya pun ikut bergerak.

"Sepertinya kita diikuti." kata Dion yang sedari tadi melirik spion karena merasa mobil hitam dibelakangnya mengikuti setiap jalurnya.

"Benerkah?! Apa mereka perampok?!" tanya Emely panik.

Cindy yang mengetahui hanya diam karena dia tahu itu ulah Ayahnya, dia memilih memejamkan matanya sejenak.

Tak terasa mobil Dion bergerak dengan cepat tanpa rem membuat Emely dan Vick berteriak histeris, menyenangkan bagi mereka kebut-kebutan di jalan seperti ini. Berbeda dengan Cindy yang masih memejamkan mata, ia sungguh tidak tertarik.

"Yeaaayy!!!! Kita lolos!!!" teriak Emely yang sukses membuat Cindy bangun, pasalnya semua anak buah Ayahnya terlatih tidak semudah itu ia lolos.

"Yuhuuu!!! Sudah ku bilang Dion pemenang lomba balap mobil, belum ada yang menandinginya." ucap Vick membanggakan sahabatnya, Dion yang di puji hanya tersenyum sambil melirik Cindy. Ia berharap gadis itu kagum padanya, tak lama Cindy kembali memejamkan matanya ia sedikit tidak peduli. Toh, nanti Hwan yang akan menjemputnya.

Tak lama mereka sampai di apartemen Dion yang cukup luas, ya Dion tinggal sendiri dan jauh dari orang tuanya yang tinggal di Thailand. Dion peranakan Thailand dan Jepang membuat wajahnya lumayan tampan, walau tak setampan Ferry.

Embun dan Senja (hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang