Space

1.6K 133 32
                                    

A Fanfiction request from MysticalHealer

.

.

.

Tahun xxxx

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun xxxx

Selamat datang di masa depan, mereka menyebutnya begitu. Dunia masa depan yang penuh dengan kedamaian. Tak ada lagi Negara yang mempetak-petakkan manusia. Di masa ini kalian hanya akan menemukan empat golongan yang membedakan tingkatan manusia.

Leader, Philosopher, Healer, dan Warrior.

Keempat golongan tersebut dipilih berdasarkan seleksi panjang yang wajib diikuti oleh seluruh umat manusia sejak berusia sepuluh tahun. Dari rangkaian tes itulah nasib mereka mulai ditentukan.

Tak hanya Bumi, beberapa planet yang berada di tata surya pun mulai dihuni. Bahkan mereka membuat Bulan menjadi tempat tinggal bagi para si penyusun strategi dan penasehat dari Leader, yaitu golongan Philosopher.

Namun seperti yang terjadi pada umumnya, meski meniadakan Negara dan alih-alih menginginkan semua umat manusia bersatu, akan ada satu dari seribu pemikiran yang tidak sejalan.

.

.

.

"Kadang aku sering bertanya, untuk apa para warrior itu diciptakan?" Hyuuga Hinata, putri pertama dari seorang ketua philosopher bersedekap. Matanya tak lepas memerhatikan layar berukuran 29 inci yang ada di depannya. Layar itu menampilkan gambar dari keadaan Bumi dan para warrior yang menghuninya. Mereka sedang berlatih, terkadang Hinata melihat mereka bertarung, berlari mendaki gunung, berenang menyebrangi lautan. Tak jarang mereka terluka, namun selalu ada healer yang memang bertugas menyembuhkan serta memberi tenaga bagi para warrior.

"Dan aku pun tidak mengerti mengapa mereka melakukan itu," Hinata terkekeh. Neji, seorang philosopher yang juga sepupunya mengangkat bahu. "Dalam masa damai seperti sekarang, mereka memang tidak berguna."
Hinata menoleh ke arah Neji, "Kau benar, nii-san."

Masa damai yang sudah tercipta dari sejak galaksi Bima Sakti berubah, Hinata belum lahir saat itu pun Neji. Hingga sekarang.

"Jadi, mereka adalah golongan sia-sia yang telah diciptakan." Keduanya tertawa bersamaan.

.

.

.

Hinata selalu kagum dengan pangkalan Mars yang merupakan tempat tinggal dari para leader. Planet yang dulu digadang-gadang bisa menjadi seperti Bumi itu, kini menurutnya malah jauh melampaui Bumi. Meski tidak seluas Bumi, namun Mars masa sekarang bisa dibilang lebih indah daripada Bumi, setidaknya itu yang Hinata ketahui saat ini.

Request FicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang