Prolog

44.1K 1.4K 118
                                    

Ingin kutepis rasa ini
rasa yang membuncah di dada
memecah setiap keping hatiku
bergemuruh hebat layaknya ombak menyapu bibir pantai.

Inginku berteriak sekuat mungkin menghilangkan sesak di dada yang bagaikan di tusuk beribu anak panah membuat luka yang teramat dalam, membius syahdu membuatku terbelenggu akan sakitnya mencinta.

Inginku tenggelamkan rasa ini kedasar laut yang paling dalam agar tak lagi menghampiriku menyertai rasa sakit yang teramat perih.

Ingin kuenyahkan bayangmu yang tak kunjung hilang dari pelopak mataku namun apa dayaku. Aku tak mampu, biarlah waktu yang menghapus kenangan indah tentangmu.

Berharap suatu hari nanti datang seseorang yang mampu memporak porandakan kembali hati yang layu ini.

***

JODOH tidak ada yang tahu kapan akan datang dan dengan siapa. Kita hanya mampu berdo'a dan berusaha. Jika berdo'a tanpa usaha maka percuma. Tidak ada hasil tanpa usaha namun ada hasil dengan berusaha.

Menikah adalah satu hal yang mudah diucap namun sulit diterapkan. Menyatukan hati yang awalnya dua menjadi satu, menyatukan pemikiran berbeda dan mengatasi perdebatan kecil di antaranya.

Tidak pernah terpikir bahwa ketika dewasa akan menjalani biduk rumah tangga dengan seorang pria yang menyebalkan namun pada akhirnya dialah yang menjadi imamku mengarungi samudera rumah tangga. Kami berlayar dalam satu kapal yang sama menerjang ombak bersama.

Untuk menetapkan pilihan bahwa dia akan menjadi imamku sungguh sulit dengan perasaan yang sama sekali tidak mencintainya sungguh suatu keputusan yang membuat kepalaku berdenyut sakit.

Allah menciptakan luka berbalut bahagia namun Allah juga menciptakan bahagia berbalut luka. Rumit. Rumah tangga yang kujalani tidak semulus yang kubayangkan. Menghadirkan cinta bukanlah hal yang mudah bagiku, membuat hati ini menerimanya bukan hal yang menyenangkan. Inilah luka bernalut bahagia yang kumaksud. Jika jatuh cinta menyenangkan berbeda dengan memaksakan cinta itu sndiri. Sangat menyakitkan.

Eem..., aku menoleh ke arahnya lalu menatap manik mata hitam pekatnya dengan lekat. Dia masih fokus menatap layar laptop di hadapannya. Aku masih menunggu jawaban yang keluar dari bibirnya akan pertanyaanku yang sedari tadi belum ia jawab. Kutunggu jawaban itu sampai akhirnya dia berkata.

"Kamulah takdirku."


💓💓💓


Kamulah Takdirku

17.04.2018
                       
 16.53
           

Kamulah Takdirku (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang