Bagian 10

12.6K 716 61
                                    

Jika angin bisa berembus tanpa protes dengan takdir, lalu mengapa setiap insan harus memaki jika keinginan tak sesuai harapan.

✴✴✴

Siang ini cuaca sangat panas, kedua sahabat itu menyeka keringat yang terus membasahi wajah mereka. Kerongkongan terasa amat kering. Kayla dan Keisha berencana untuk membeli es kacang hijau yang dijual di pinggir jalan sekedar menghilangkan dahaga.

Dari kejauhan Adiba berjalan sangat cepat menghampiri dua sahabat itu. Setelah sampai Adiba merangkul leher keduanya, sesungging senyum mengembang dari kedua sisi bibir Adiba.

Kayla hanya diam merasakan rangkulan itu. Niat untuk membalas tidak ada sedikitpun, kecewa masih menyelimuti hatinya. Hanya senyum tipislah yang ia persembahkan, bertanya darimana pun tidak juga. Adiba sadar bahwa ada yang berubah dari Kayla, sudah beberapa hari ini Kayla selalu menghindarinya. Setiap kali Adiba mengajak Kayla jalan-jalan, Kayla selalu menolak dengan alasan mengerjakan tugas kuliahnya. Dan hari ini Kayla berniat pergi dari kedua sahabatnyan itu. Kayla tidak ingin berlama-lama berada di dekat Adiba karena hanya akan membuat lukanya menganga.

Kayla tidak ingin membenci Adiba, namun hatinya masih sakit sehingga untuk dekat dengan Adiba pun ia belum sanggup. Adiba memang tidak merebut Ilham darinya sebab Ilham bukan siapa-siapanya, namun tetap saja dengan Adiba menikahi Ilham, Kayla terluka. Hatinya sakit. Cinta itu rumit, terkadang saat kita mencintai, yang dicintai malah pergi namun saat kita tidak mencintainya malah dialah jodoh kita.

"Dib, Kei, aku pulang duluan ya..., aku lupa hari ini aku diminta Bunda untuk bantu bikin kue, nggak apa-apakan kalau aku tinggal?" sesungging senyum menyembul dari kedua sisi bibir Kayla, senyumnya masih sama seperti dulu tapi sikapnya mulai berbeda. Kayla lebih banyak diam saat Adiba datang menghampirinya atau seperti hari ini dia akan pergi sejauh mungkin untuk menumpahkan segala sakitnya.

"Tunggu Kay." Adiba memegang tangan Kayla saat Kayla hendak pergi.

Kayla memutar tubuhnya. "Ada apa Dib?"

"Kamu bohongkan? Kamu pergi bukan karena Bunda Aisyah tapi karena aku ada di sini," ucap Adiba dengan suara lirih, Adiba sedih Kayla menjauh darinya. Kayla hanya menganggap Keisha tidak dengannya.

"Aku nggak bohong Diba."

Di hati kecil Kahla sebenarnya dia tidak tega melihat Adiba seperti itu dengan mata berkaca-kaca. Kayla menjadi serba salah, hatinya sakit namun saat seperti ini mana mungkin ia mengedepankan perasaannya jika sahabatnya sendiri menangis karena sikapnya. Rasanya dia egois dan gagal menjadi sahabat yang baik untuk Adiba. Tidak seharusnya ia menyakiti perasaan Adiba, bukan salah Adiba jika Adiba menikah dengan Ilham. Jodoh sudah ditetapkan oleh Allah maka dengan siapapun, kita tidak berhak menghakiminya.

"Maafkan aku, jika aku salah berucap..., aku sayang banget sama kamu. Aku merasa kamu membenci aku, Kay." Adiba terisak, tangisnya pecah begitu saja.

Kayla memeluk tubuh bergetar Adiba, Kayla menyesal telah mengacuhkqn sahabatnya itu. Hati Adiba benar-benar lembut, hanya karena lelaki, Kayla sanggup membuat hati sahabatnya terluka. Kayla bukan hanya egois namun ia jahat. Lihatlah, dia telah membuat sahabatnya menangis karena sikap acuhnya. Lihatlah dia, karena lelaki tega membohongi sahabatnya. Kebohongan-kebohongan telah ia lakukan.

"Maafin aku Dib, aku nggak bermaksud nyakitin kamu, aku beneran akhir-akhir ini sibuk bantu Bunda..., kamu jangan nangis dong."

Kamulah Takdirku (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang