Bagian 9

11.9K 797 138
                                    

Jika getar di dadaku bukan karena-Mu maka cabutlah. Namun jika karena-Mu maka izinkanlah, aku untuk menjaganya agar tetap suci.

***

Dengan langkah gontai Kayla melangkahkan kakinya ke cafe dimana mereka sering bertemu namun setelah sampai Adiba tak kunjung datang padahal sudah hampir setengah jam ia menunggu. Tidak ada keinginan untuk pulang, tempat itu seperti ada magnet tersendiri hingga ia betah berlama-lama di sana berharap sesak di hatinya sedikit terobati.

Kayla duduk di sebuah cafe tidak jauh dari kampusnya. Cafe Hitam Putih. Kayla menyedot jus yang ada di hadapannya. Tatapan mata indah itu kosong menembus keluar kaca, wajah cantiknya nampak sendu. Setumpuk kesedihan bersarang di dadanya menusuk jantung membuat sesak saat  ia bernapas.

Kemarin waktu Kayla pula dari menemani Qila latihan, Adiba menghubunginya mengajak ia  bertemu di cafe dekat kampus. Perempuan itu ingin menyampaikan sesuatu yang amat penting kepada Kayla. Dari suaranya saat menelpon kemarin sepertinya Adiba sangat bahagia. Sebenarnya Kayla tidak ingin keluar dari kamar lantaran lukanya masih basah. Namun demi sahabat tercintanya dia akan melakukan apapun demi sahabatnya itu bahagia.

"Maaf... Aku telat banget ya?" tangan mungil itu sibuk merenggangkan kursi kemudian ia duduk tepat di hadapan Kayla, dengan napas terburu-buru ia tersenyum kepada Kayla.

"Dari mana aja Dib? Hampir satu jam loh aku nungguin kamu." jawab Kayla sedikit kesal.

"Maaf.... Tadi aku.. Ah nanti aja deh aku ceritanya." katanya, menggantung kata-katanya.

"Terus kenapa minta aku datang ke sini?" tanya Kayla penasaran.

Seketika wajah Adiba berubah bahagia. Perempuan itu tidak bisa menyembunyikan rasa yang bergejolak di dadanya hingga Kayla sedih pun ia tidak menyadarinya.

Terkadang bahagia membuat kita tidak peka terhadap orang di sekitar kita padahal mereka sangat membutuhkan pelukan kita untuk mengobati lukanya. Saat ia tidak diperdulikan akan sakitnya, dia akan berpura-pura baik-baik saja. Ia akan terlihat bahagia padahal yang terjadi tidaklah seperti itu.

"Sebentar lagi aku akan menikah." tutur Adiba dengan mata berbinar.

Mendengar penuturan Adiba, Kayla pun ikut merasakan kebahagiaan yang sama. Ia beranjak dari kursinya kemudian duduk di samping Adiba, lalu ia memeluk sahabatnya dengan erat. Tidak peduli seberapa pum sakit yang ia rasakan saat ini, semua rasa itu akan ia singkirkan demi Adiba, karena disaat sahabatnya bahagia, ia pun harus bahagia.

"Masyaa Allah, calonnya siapa? Dion ya?"

Sepengetahuan Kayla laki-laki yang sangat mencintai Adiba adalah Dion dan setahunya Dion akhir-akhir ini mulai berubah walaupun belum sepenuhnya, namun patut dipertimbangkan.

Adiba menggelang.

"Siapa dong?" Kayla semakin penasaran.

"Dokter Ilham." jawab Adiba antusias.

Jedddeerr

Seketika ubun-ubun Kayla serasa disambar petir disiang bolong. Selang hari, dijam yang sama Kayla mendapatkan kabar luar biasa menyakitkan baginya. Skenario Allah benar-benar sempurna. Sempurna pula luka di hatinya. Sekarang dia tahu mengapa Ilham tiba-tiba berubah menjadi dingin terhadapanya, karena laki-laki itu sebentar lagi akan menjadi suami dari sahabatnya sendiri. Tangan yang semulanya menggenggam erat tengan Adiba terlepas begitu saja. Tangan itu perlahan meraba dadanya yang berdenyut sakit. Lautan kecil di kedua matanya hampir tumpah.

"Kamu kenapa, kok nangis?" tanya Adiba saat mata indah Kayla sudah dipenuhi air mata.

Dengan cepat Kayla menciptakan senyum terbaiknya namun penuh luka seakan dia baik-baik saja. Nyatanya kabar itu hanya akan menyakitinya, menciptakan luka lebih dalam. Kini Adiba lah yang menarik anak panah dan menghunus tepat di dadanya. Adiba pula yang menusuk pisau bermata silet ke dadanya.

"Ini air mata bahagia karena kamu sebentar lagi akan menjadi istri. Kita pasti nggak akan sedekat ini lagi, kamu nggak akan sebebas sekarang lagi. Aku pasti kangen kamu." ucapnya sembari memeluk Adiba. Tanpa dapat ia tahan air mata itu tumpah begitu saja. Kayla telah berbohong kepada Adiba, air mata itu bukanlah air mata bahagia melainkan air mata kesakitan. Luka yang membuat mata itu berontak untuk menumpahkan segala kesakitannya.

"Kita masih bisa ketemu kok, di kampus bahkan di sini. Ya kan?" seraya mengusap pundak Kayla.

Kayla melepas pelukannya kemudian menyeka air mata yang menggenang di kedua pipinya." Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu."

"Makasih, kamu memang sahabat aku yang paling baik." seraya tersenyum masih tidak tahu dengan tangisan Kayla. "Oh iya... Walimahan nanti kamu harus dampingi aku loh." rengek Adiba.

Ya Allah... Langit seakan runtuh. Bagaimana mungkin Kayla melakukan hal paling menyakitkan dalam hidupnya? Itu sama saja menusuk beribu anak panah ke jantungnya. Perlahan membunuh.

Dengan senyum yang dipaksakan Kayla menganggukan kepalanya. Ia akan datang dan akan menemani Adiba. Lengkap sudah penderitaannya, menyaksikan sahabatnya menikah dengan pria yang ia cintai, ditambah lagi pria itu kini membencinya. Sakit. Sakitlah yang Kayla rasakan. Jika hanya menikah namun tidak membencinya mungkin tidak akan sesakit ini.

❤❤❤

Kayla Nadhifa Almaira

Langit mendung dengan awan hitam pekat, angin berhembus kencang. Sepi. Langit seakan mengerti perasaanku saat ini. Aku menangis dibawah rintik hujan, air mataku mengalir deras bersama jatuhnya air dari langit. Kutatap tetes demi tetes air di luar sana, lukaku mengalir, menganga semakin besar layaknya air dikaca jendela kamarku. Kubuka jendela lalu merentangkan tangan menghadang dinginnya, merasakan kedamaian. Dinginnya menusuk hingga ketulang. Aku tak peduli dingin ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang kurasakan saat ini.

Allah begitu hebat menciptakan luka di hati secara bersamaan dari orang-orang yang aku cintai tanpa memberi jeda untukku mengobatinya terlebih dahulu, berbaur saling meradu di sana. Menusuk hingga aku tak sanggup untuk menata kembali serpihan hatiku yang hancur.

Allah menciptakan rasa menyakitkan ini agar aku menjadi kuat. Karena kuyakin dibalik rasa sakit yang Allah beri pasti ada bahagia yang tak terkira tepat pada waktu yang Allah tentukan.

Duhai Allah... Hamba terlena akan perasaan hamba hingga lalai akan mencintaimu. Hamba terlalu mencintainya sehingga Engkau tegur hamba melalui rasa sakit yang amat sangat pedih.

Duhai Allah... Jika Engkau menciptakan luka, hamba yakin engkau sudah menyiapkan obat mujarab luka ini.

Duhai Allah... Jika Engkau begitu cemburu karena hamba mencintai hambamu begitu dalam, hamba yakin cinta-Mu jauh lebih besar dari rasa cinta hamba kepada dia.

Oh Allah... Engkah Yang Maha Segalanya, tariklah rasa yang membuat-Mu cemburu ini. Tariklah hingga Engkau kembali menyunggingkan senyum untuk hamba kembali. Hamba ikhlas jika memang hal itu yang terbaik untuk hamba.

❤❤❤

Selamat membaca. Jika suka tinggalkan jejak. Jika nggak suka bilang aja bagian mana supaya saya perbaiki lagi.

Jangan lupa baca Qur'an.

Sayang kalian😘
Terima kasih sudah membaca karya apa adanya saya ini.

08.10

28.06.2018

😘

Kamulah Takdirku (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang